19. Bangkit

33.6K 1.2K 16
                                    

Sudah 3 hari Helena berada di Indonesia, Kakaknya Sean baru saja kembali ke Swedia karena dirinya harus melanjutkan sekolahnya kembali. Sebenarnya, Sean sangat berat meninggalkan adiknya sendiri yang terlihat seperti mayat hidup. Makan jika disuapi, itupun sedikit. Adiknya itu hanya duduk di kursi sambil melihat kearah jendela sambil menekuk lututnya lalu memandang kosong tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.

Tapi, Helena berbicara begitu banyak dan meyakinkan dirinya baik-baik saja. Helena bahkan meyakinkan Sean jika ia akan datang kesana jika dirinya membutuhkan sesuatu. Akhirnya, Sean dan Natalie hanya bisa memegang janji Helena dan berjanji akan mengabari Helena beberapa minggu sekali. Sean memang sempat bertanya dimana suami Helena, dan Helena menjawab, jika suaminya sedang sibuk dan akan ke Indonesia setelah urusannya selesai. Sean pun pergi dengan berat hati dan meminta bik Sani untuk menjaga dan merawat Helena sampai suaminya datang. Sisanya, pengacara keluarga mereka yang mengurus semua. Mengenai perusahaan dan rumah, sepertinya Sean akan memberinya pada adiknya itu. Karena, mengingat suami Helena juga pengusaha besar dan penanam omset terbesar di perusahaan keluarga Lambert. Sean dan Natalie hidup cukup berlimpah itu pun karena usaha mereka berdua, jadi Natalie pun tidak mempermasalahkan itu. Natalie memang wanita yang baik dan tidak gila harta.

"Non, waktunya makan siang.." Ucap Bik Sani sambil membawa nampan itu ke nakas disisi ranjang.

Bik sani sangat iba melihat majikannya ini. Setiap hari murung tanpa satu katapun yang keluar dari mulutnya. Itu semakin berasa pahit, lebih baik melihat Helena yang menangis meraung-raung dari pada diam layaknya mayat hidup seperti ini.

--------
"Tuan, saya baru mendapat kabar terbaru." Ucap Dion yang masuk tanpa mengetuk pintu karena ia juga terlihat sangat panik.

Nathan yang terlihat kusut dan lelah hanya mendongak. "Helena??"

"Bukan.."

Nathan kembali memfokuskan dirinya pada pekerjaannya agar ia bisa tetap hidup. Karena jika ia berhenti sebentar, maka ia akan secepatnya mati karena selalu memikirkan kemana Helena.
Semua anak buahnya sudah ia kerahkan untuk mencari wanita itu. Bahkan ia menyuruh orang untuk mengikuti Cassey, siapa tahu Cassey menculik Helena. Tapi, nyatanya tidak pernah ada kabar apapun, itu artinya Helena masih menghilang.

"Pergilah.." Ucap singkat dan tegas Nathan membuat nyali Dion menciut.

"Maksudku ya.. Helena kemungkinan berada di Indonesia karena saya mendapat kabar dari surat kabar jika kedua orang tua Helena meninggal karena kecelakaan, Tuan.."

Deg..

Nathan menghentikan pekerjaannya, ia merasakan matanya mulai memanas.

Bagaimana bisa wanita itu tidak memberitahunya?
Bagaimana bisa wanita itu pergi tanpa sepengetahuannya?
Bagaimana bisa wanita itu menghadapi semuanya sendirian?

Nathan sudah mengingkari janjinya sendiri untuk menjaga Helena. Ia sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Helena mengetahui kedua orangtuanya meninggal. Nathan menjambak rambutnya, bahkan airmatanya sudah keluar sekarang.

Cobaan ini begitu berat, Tuhan..

"Dion.." Lirih Nathan.

"Baik, Tuan. 20 menit lagi, helikopter akan tiba."
Dion pergi mengurus semua keperluan tuannya, karena ia sudah tahu apa yang harus ia lakukan jika Tuannya sedang kalut seperti ini.

Nathan tidak menghiraukan jetlag yang ia rasakan setelah beberapa jam di pesawat tadi. Ia harus kuat untuk Helena.

Ia harus menguatkan Helena dan membantu Helena sekarang. Ia tidak mau memperlihatkan kesedihannya.

He is My Husband (Completed)Where stories live. Discover now