9. London

43.8K 1.2K 21
                                    

Helena menghirup udara dingin di kota metropolitan dunia ini. Ia baru saja memijakkan kakinya di tanah Eropa. Rasanya sangat menyenangkan, ia bahkan selalu tersenyum sejak keluar dari pesawat.

"Jadi, kemana kita sekarang?" Tanya Helena pada pria disampingnya yang tampak sibuk dengan ponselnya, mengurus pekerjaan katanya.

"Dinner, then, go to our home."

Helena semakin senang. Itu artinya ia bisa beristirahat total sebelum ia menjalankan niat nya untuk mengajak Nathan berkeliling kota.

Setelah makan malam disalah satu restaurant bersama Dion, mereka menuju tempat tinggal yang akan mereka tempati bersama. Nathan memilih apartment mewah miliknya di pinggiran kota karena tempatnya yang sangat indah. Sebenarnya gedung itu miliknya, tapi ia tidak ingin mengumbarnya dihadapan Helena. Ia merasa, tidak ada gunanya. Karena Helena bukan tipikal wanita yang lemas saat melihat uang. Wanita itu bahkan pekerja keras, ia mau melakukan apapun agar dirinya senang. Tapi, satu yang tidak ia habis pikir tentang wanita itu. Patricia, ibu Helena pernah berkata jika Helena sebenarnya tipe pendiam saat ada masalah, bahkan beliau meminta agar Nathan melindunginya saat dia sendirian di kota itu. There is no one, just Nathan that Helena knows. Nathan berniat mengenalkannya pada orangtuanya agar Helena tidak merasa kesepian.

Nathan memilih mengemudikan mobilnya sendiri yang diantar anak buahnya di bandara tadi. Sedangkan Dino memakai mobil yang lain dan membawa koper besar mengantarnya ke rumah majikannya itu.

"Are you happy?" Tanya Nathan sambil melirik Helena karena fokus menyetir.

"Sure.."

Nathan tersenyum membuat Helena ikut tersenyum. Mereka membelah jalanan dengan saling berbincang dan berbagi cerita. Helena sangat senang bisa sedekat ini dengan Nathan, ia tidak menyangka jika Nathan akan memperlakukannya dengan manis dan lembut.
Jauh dari ketakutan yang ia bayangkan, ia merasa siap menjadi istri Nathan sepenuhnya. Karena sikap Nathan yang selalu manis padanya. Helena semakin jatuh cinta pada suaminya ini.

"Semua barang bawaan sudah saya pindahkan ke kamar, sir." Ucap Dion saat Nathan dan Helena keluar dari mobil dan berjalan melewati mobil. Nathan mengucapkan terima kasih lalu mengambil 2 room card yang diberi Dion.

Helena memandang kesekeliling lobby, tampak sangat berkelas dengan sedikit sentuhan mewah dan warna dominan putih beige..

Nathan berjalan kearah lift, dengan Helena yang mengikut dibelakang Nathan.
"Kau harus mulai terbiasa dengan semuanya."

Helena melirik ke arah kirinya tempat dimana lelaki itu berdiri dengan jemari di saku celananya.

"Maksudnya?"

"Ya kau harus mulai biasa dengan hidup diatas standar."

Helena mengangkat alisnya. "Kenapa harus begitu? Aku tidak bisa mengubah hidupku begitupun denganmu. Aku hidup sebagaimana aku hidup, senang atau tidak, kau harus menerimanya, aku tahu cara hidup yang benar."

Nathan tersenyum tanpa sepengetahuan Helena yang terlihat kesal. Ia tidak salah menjadikan Helena sebagai istrinya walau tujuan utamanya hanya untuk menolong mantan kekasihnya ini yang dulu sempat mengisi hari-harinya. Ia tidak mau wanita sepolos Helena jatuh ke tangan pria brengsek yang hanya memanfaatkannya.

Pintu lift terbuka, Nathan berjalan menelisuri lorong diekori Helena dan menggesekkan Id Card ke salah satu pintu yang terlihat mewah dari yang lain. Pintu ini bahkan terdiri dari 2 pintu dengan warna krem yang sangat teduh jika dipandang.

"Wow.." Helena menganga melihat ruang pertama yang ia masuki sementara Nathan mengunci pintu dibelakangnya.

Nathan melangkah menuju meja bar dan dapur disebelah kiri.
"Ini dapur."

He is My Husband (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang