"Maaf, ma." kepala Kevan tertunduk dalam karena merasakan penyesalan yang jauh lebih besar. Saat dikira penyiksaan terhadap dirinya sudah berhenti, ternyata Kevan salah besar. Karena sesaat kemudian ia merasa sakit akibat rambutnya yang ditarik paksa. Walau hanya sebentar, tetap saja rasanya sakit sekali.

"Maa... kok mama main anarkis lagi sih sama anaknya sendiri?" ucapnya nelangsa sambil mengusap bekas jambakkan di kepalanya yang menyisakan rasa nyut-nyutan.

"Rasakan!!!"Arlita menatap puas sejumput rambut di dalam genggaman tangannya. "Anggap saja mama mewakili Vania untuk memberikan pelajaran sama kamu yang brengsek, penjahat kelamin yang lebih nggak bermoral dari yang pernah ada."

Hermanu terkekeh pelan, takut mengganggu suasana hangat yang kini sedang melingkupinya. Asalkan sang anak kesayangan tidak lagi pergi saat berada dalam satu ruangan dengannya sudah sangat cukup bagi Hermanu. Dalam hatinya yang sangat berharap, akan tiba masanya mereka bisa berkumpul lagi suatu hari kelak dan Arlita kembali menjadi bidadari surganya yang sah.

Saat itu tiba, Hermanu berjanji akan melakukan yang terbaik yang ia bisa untuk melindungi keluarganya dari orang-orang yang berniat jahat kepada mereka.

Untuk permasalahan di masa lalu, Hermanu sudah mengambil langkah yang dulu tidak pernah terpikirkan olehnya, yaitu meminta orang terpercaya untuk menyelidiki sekaligus membersihkan namanya dari skandal menjijikkan yang dulu menjadikan ia sebagai tersangka utamanya. Skandal yang tidak hanya menyebabkan keluarganya hancur berantakan juga usahanya pun hampir gulung tikar jika saja Hermanu tidak segera bangkit dari keterpurukkan. Tentu saja semua tindakkannya itu diambil berdasarkan saran Arlita yang dikatakan wanita itu saat pertemuan mereka tempo hari.

Arlita memang wanita yang berbeda. Selain pintar wanita itu juga memiliki hati yang besar untuk memaafkan semua kesalahannya meski belum memberikan jawaban dari kata rujuk yang Hermanu utarakan.

"Tapi Kev... mama agak sangsi kalau Nara bersedia menjawab niat baik kamu," perhatian Kevan dan Hermanu kembali terfokus kepada satu sosok wanita yang berada di antara mereka. "Kalau Nara nolak niat baik kamu, trus jadinya gimana dong? Mama pasti nggak bisa kumpul sama cucu mama kan? Lalu, batal juga dapat menantu kayak Vania yang udah lama mama idamkan sebagai menantu."

Nada sedih di suara Arlita membuat kedua pria yang menempati posisi teratas di hatinya tersebut juga ikut menundukkan kepala lesu. Pasalnya mereka juga ikut khawatir kalau-kalau niat baik yang diutarakan Kevan tadi pagi bisa saja ditolak oleh Nara selaku wali dari wanita yang di pinang oleh Kevan.

Jika mengingat seberapa besar kesalahan yang sudah Kevan lakukan, maka besar kemungkinan niatnya untuk menikahi Vania akan kandas di tengah jalan. Bukan hanya tidak bisa merengkuh sang bidadari, malaikat kecilnya pun juga pasti terlepas dari genggaman. Tapi, sekali lagi masih ada secuil kesempatan, baik Kevan dan kedua orang tuanya sama-sama berharap juga berdoa semoga ada satu saja kesempatan yang diberikan untuk memperbaiki keadaan.


🌸🌸🌸

"Wah... kebetulan kita ketemu lagi ya?"

Pria yang sedang menatap layar ponselnya tersebut seketika mengangkat kepala. Begitu melihat siapa orang yang menyapa, pria itu kembali menundukkan kepala, seakan tak menganggap ada orang yang kini berdiri di depan meja di sebuah kafe yang ia datangi untuk istirahat makan siang.

Biarpun seseorang itu adalah wanita cantik yang dengan jujur ia akui kecantikannya walaupun wanita itu tampak lebih tua darinya. Namun bagi pria itu sendiri tidak ada yang lebih cantik daripada bidadari penghuni hatinya, yang baru saja pria itu ikat dengan tali pertunangan setelah bidadarinya itu menamatkan sekolah. Ya, bidadarinya itu memang baru lulus SMA, dan masih menyisakan sisi kekanakkan yang sangat pria itu sukai.

Semerah Warna Cinta [TTS #3 | SELESAI]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt