Tujuhbelas

950 140 8
                                    

Sepasang kekasih itu saling memeluk lembut, tergambar jelas bahwa mereka tak ingin berpisah satu sama lain. Terlebih lagi Jinny, ia sangat mencintai Hanbin, namun takdir tak pernah berpihak kepadanya. Gadis mungil itu harus merelakan kekasihnya untuk mencintai oranglain, selain karna dunia mereka yang berbeda, Jinny tak ingin memaksakan kehendaknya.

"Apa kau benar-benar akan pergi?" Hanbin mengenggam tangan Jinny yang ingin melepaskan pelukan mereka.

Gadis itu tersenyum, membelai lembut wajah sang kekasih, ia tak menyangka ini adalah kali terakhir mereka menghabiskan waktu bersama.

Ya..

Jinny memutuskan untuk menjauh dari kehidupan Hanbin dan juga Jinan, ia ingin merenungi kesalahannya sampai alam merelakan gadis itu untuk naik ke surga.

"Aku harus pergi Hanbin.."

"Tapi.. Tak bisakah kau tetap di sini? Bersama ku.. Maksud ku.. Akh.. Aku tau aku tak pantas untuk meminta setelah menyakiti mu.." Hanbin menghela ia bahkan tak sanggup membalas tatapan Jinny.

"Ani.. Kau tak pernah menyakiti ku sedikit pun, ini bukanlah kesalahan mu Hanbin.."

"Tapi.."

"Aku harus pergi, tempat ku bukan di sini.."

Seketika suasana menjadi suram, Hanbin harus merasakan lagi sakitnya ditinggalkan, ia tau ia tak pantas memiliki Jinny tapi selama ini Jinny lah yang menjadi alasan mengapa ia tetap kuat.

"Baiklah Jinny.. Ku rasa itu yang terbaik, tapi bagaimana dengan Jinan? Apa kau tak ingin berpamitan dengannya?"

Pertanyaan Hanbin membuat Jinny sedikit ragu, ia benar-benar ingin menemui sang kakak tapi rasa bersalahnya terus menghantui, ia takut dan juga malu jika harus bertatap langsung dengan Jinan.

"Ku rasa aku tak sanggup jika harus menemuinya... Tapi Hanbin, dapatkah kau menyampaikan pesan terakhir ku pada Jinan?"

"Tentu.. " Hanbin menatap lembut wajah kekasihnya "Apa itu..?"

Jinny tersenyum membalas tatapan Hanbin, sebentar lagi ia akan merindukan tatapan dari orang yang berhasil merebut hatinya itu.

"Katakan padanya, terimakasih telah terlahir sebagai saudara kembar ku, aku sangat bersyukur memiliki kakak dan seroang teman sepertinya, dan maaf jika akhir-akhir ini aku sering membuat masalah.. Akh satu lagi, katakan bahwa aku menyayanginya.."

"Hmm, aku akan menyampaikan semuanya pada Jinan.."

Hanbin mendekap erat tubuh Jinny, mengelus surai hitamnya lembut, hatinya tersayat, terlebih ia sudah lebih dulu menyakiti gadis baik itu. Sedangkan yang dipeluk hanya tersenyum, membalas pelukan itu tak kalah lembut, ia sangat bersyukur Tuhan menitipkan pria seperti Hanbin dihidupnya, ini adalah hadiah terindahnya setelah kehadiran sang ayah.

"Hanbin-shi.."

"Hmm?"

"Saranghae..."

Tak lama setelah mengungkapkan perasaannya pada Hanbin, tubuh yang menampung arwahnya itu melemah, menyisakan sosok Jinan yang tengah tertidur pulas dalam pelukan Hanbin. Entah harus bersyukur atau pun sedih, mulai saat ini Jinny telah benar-benar pergi.

1

2

3

Jinan POV

Nafas ku terasa sesak, tubuh ku sulit sekali untuk di gerakan, hawa panas membuat ku merasa sedikit mual, namun aku dapat mencium aroma tubuh yang menenangkan. Tunggu.. Aroma tubuh?

TWINOnde as histórias ganham vida. Descobre agora