Empat

1.1K 149 38
                                    

Sudah 3 hari sejak Jinan mendapatkan teror berupa pesan dari orang yang tidak di kenal.

Hal ini tentu membuat remaja pria itu sedikit gugup karena ada yang mengetahui identitasnya.

"Jinny, apa mungkin Hanbin sudah mengetahui rencana kita?" tanya sang kakak disela renungan yang terjadi.

Ucapan Jinan membuat Jinny sedikit berpikir "Tapi oppa, jika itu benar Hanbin, kenapa ia meminta nomor ponsel mu secara terang-terangan, ku rasa Hanbin tidak akan melakukan hal sebodoh itu" jelas sang adik.

Tentang siapa yang mengirim pesan teror itu belum juga terpecahkan oleh kedua saudara kembar ini, mereka terus saja berdebat siapa orang yang patut dicurigai di sini.

*knockknock* seseorang menganggu konsentrasi mereka, membuat dua bersaudara itu memandang ke arah pintu.

"Jinaniee.. Kau di sini ternyata.." ucap June yang mengintip di ambang pintu.

"Astaga June.. Maaf aku hampir lupa dengan janji kita, apa Bobby sudah datang?" Jinan menghampiri pria itu dan segera mengajaknya pergi menjauh, meninggalkan Jinny yang duduk tanpa melepaskan pandangannya pada pintu.

"Hmm, dia ada di kamar mu" sahut June namun matanya masih sedikit mengintip ke arah kamar Jinny.


-




"Apa kau tau Jennie adik tingkat kita itu? Dadanya kecil, tapi jika kau mengajaknya berciuman, wahh.. Ku ancungkan dua jempol" ucap Bobby dengan mulut yang penuh berisi kudapan yang telah di sediakan pelayan rumah.

"Dasar otak mesum" Jinan melemparkan komik yang ada di hadapannya ke arah Bobby, membuat pria itu sedikit merintih lalu tertawa sembari menampakkan gigi kelincinya.

"Bagaimana hubungan mu dengan Rose, Jun?" tanya Jinan penasaran.

June tersenyum sebelum merepon, ia membaringkan tubuhnya di ranjang "Sudah tidak ada harapan" jawabnya sambil menutup mata.

"Kenapa tidak mencoba meminta maaf saja?" bujuk Jinan.

"Anii.. Jangan pernah, kau harus menjaga martabat mu Jun, sekarang bukan jamannya pria yang bertekuk lutut" sahut Bobby menghasut.

Jinan mengerling ke arah Bobby lalu memukul lengannya "Berkacalah Bob, bukannya selama ini kau yang sering memohon agar Jisoo menerima cinta mu huh?" Jinan menaikan sebelah alisnya dengan tatapan kesal.

"Itu karena aku ingin tau bagaimana sensasinya meniduri seorang perawan haha.." pria itu memberikan sedikit gurauan sembari memeluk tangan Jinan yang mungil.

"Lepaskan aku...." Jinan menolak kasar. "Kau mau ke mana Jun?" tanya nya saat June beranjak dari posisi tidur.

Pria itu enggan menjawab, ia terpaku pada suatu benda berwarna merah muda yang pergantung di balik pintu kamar Jinan.

"Hyaa Yoo Jinan.. Kau sudah dewasa huhh?" June menggapai benda itu lalu melempar ke arah teman-temannya.

Wajah Jinan memerah mendapati sebuah bra jatuh tepat di dekat kakinya, mata Bobby yang memang kecil tiba-tiba saja membesar saat melihat benda yang tidak lagi asing untuknya.

"Aigoo, milik siapa ini? Hanna? Atau Lee Hi?" goda Bobby sembari mengayun-ayunkan benda itu di hadapan temannya.

"Brengsek, itu punya adik ku.."

"Eh? Punya Jinny? Lalu kenapa ada di kamar mu? Apa kau sedang berpikir untuk melakukan transgender? Atau tengah berpura-pura menjadi wanita" celoteh June.

*degg* perkataan itu membuat Jinan menatap tajam lawan bicaranya. Terbesit sedikit curiga jika June mengetahui rencananya.

"Wae? Aku hanya bercanda.." ketegangan berakhir saat June memukul lembut kepala Jinan.

TWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang