Lima

962 160 11
                                    

Jinny yang tengah merapikan diri di kamar terkejut ketika seseorang datang membuka pintu dan masuk.

Setelah ia menyadari bahwa dirinya sudah menjadi arwah kekhawatiran itu pun menghilang, toh lelaki di hadapannya ini tidak akan menyadari kehadirannya.

"Apa yang June lakukan di sini? Ah sudahlah oppa sudah menunggu ku.." monolognya lalu berlenggang santai melewati lelaki itu.

"Tunggu.. K.. Kau.. Jinny?"

Deg..

Langkah Jinny terhenti, kekhawatirannya memuncak, ia membatu di sana menatap lelaki lain yang juga terlihat bingung dengan situasi kala itu.

Jinan.. lelaki bodoh itu datang pada saat yang kurang tepat, kenapa juga ia harus kembali ke kamar? Kenapa tidak menunggu saja di luar??

"Paboo.." gumamnya.

"Kau benar Jinny?" lagi pria itu bersuara, menambah gugup suasana di sana.

"Ehh.. iyaa.. annyeong..."

"Wuahh, bagaimana kabar mu?"

Lelaki bertubuh tegap itu berjalan mendekati Jinny palsu, membuat suasana semakin rumit.

"Ba..baikk" sahut Jinan.

Jinny menatap kedua pria itu dengan penuh ketegangan, ia harap kakaknya bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik.

"Aku kira kau akan berlibur di Jepang" June memulai pembicaraan ringan sambil mengaruk tenguknya gugup.

Jinan enggan menjawab ia hanya tersenyum "Tapi June-shi, mengapa kau ada di kamar ku?" selidik Jinan mengingat June seharusnya tidak berada di sana.

"Itu.. anu..."

"Aish, tunggu sebentar.." belum sempat June menjawab Jinan lebih dulu menjauh untuk mengangkat telpon.

Jinny yang tak terlihat terus memperhatikan gelagat June, ia merasa ada yang tidak beres di sini, mengapa pria itu terlihat sangat pucat saat mendapat pertanyaan dari Jinan.

Dan ia merasa tidak asing dengan ekspresi June saat ini, seperti pernah melihat, tapi ia tak bisa mengingat dengan jelas, kapan, di mana, dan kenapa June mengeluarkan ekspresi seperti itu sebelumnya?

"Maaf June-shi.. aku harus pergi.." Jinan yang sudah selesai dengan aktivitasnya datang menghampiri mereka lalu mengodekan sang adik agar segera mengikutinya.

Jinny sempat terpaku sejenak menatap dalam manik mata June, sampai akhirnya ia memutuskan untuk melupakan itu, mungkin hanya perasaan saja pikirnya.






















Kedua saudara kembar itu sedang dalam perjalanan untuk menemui Hanbin yang sudah menunggu mereka di tempat di mana ia dan Jinny sering menghabiskan waktu bersama.

Jinan tampak sedikit gugup kali ini, ia terus mencoba memilih kata-kata yang tepat untuk mengakhiri hubungan adiknya bersama Hanbin.

Jinny juga terlihat sedang melamun bedanya ia terus memikirkan June, perasaannya mengatakan bahwa ia dan June terikat akan satu hal, tetapi sulit untuk mengingat apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka.

"Oppa.. Apa June pernah bercerita tentang ku pada mu?" tanya Jinny memecahkan keheningan kala itu.

Yang merasa dilontarkan pertanyaan hanya menoleh heran dan bergumam tanpa suara karna takut dibilang aneh oleh driver taxi yang mereka tumpangi.

"Aniyeo.. Lupakan saja.." sahut Jinny ketika melihat kakaknya bergumam tidak jelas.

"Hyaa!!"

Pekikan Jinan yang secara tiba-tiba membuat Jinny merasa terkejut, begitu pula dengan driver taxi, ia mengintip Jinan melalui kaca.

"Ma.. maaff.. aku sedang melatih dialog ku.." dusta Jinan sembari membungkuk ke arah driver.
























"Hya Yoo Jinny, apa yang sebenarnya terjadi antara kau dengan June hhh?"

Tepat setelah mereka keluar dari taxi, Jinan menyerang adiknya dengan sebuah pertanyaan.

"Na..nanti aku ceritakan.. Fokuslahh.."

Jinny memerintahkan sang kakak untuk fokus pada Hanbin yang datang mendekati mereka dengan sepucuk wild rose di tangannya.

"Kau di sini..." sapa Hanbin lalu merangkul pria yang ia kira kekasihnya itu dengan hangat.

Jinny tersenyum simpul, ia merasa bahagia karna bisa melihat sang kekasih sedekat ini, namun sedih karna kekasihnya tak menyadari bahwa orang yang berada dipelukannya itu bukan lah Jinny melainkan Jinan.

"Ini untuk mu.." pria itu melepaskan pelukannya lalu memberikan sepucuk mawar liar yang baru saja ia petik itu pada Jinny palsu.

"Bukan kah ini mawar liar? Hya, kenapa kau tidak memberi ku yang lebih bagus?" celoteh Jinan sembari memukul Hanbin dengan bunga yang ia dapatkan.

Jinny menikmati pertunjukkan di hadapannya tanpa mengeluh, ia mengikuti sang kakak dan kekasihnya dari belakang, berharap ia bisa berada di posisi Jinan saat itu.














Layaknya seorang kekasih Jinan dan Hanbin berbincang tentang banyak hal, dari yang penting sampai ke masalah yang sangat di pantas untuk di bahas.

Mendengar candaan sang kakak dengan kekasihnya Hanbin, Jinny pun ikut terkekeh geli walau kehadirannya tidak akan di sadari oleh Hanbin.

"Tanyakan bagaimana keadaan pussyyy.."

Perintah Jinny pada Jinan yang duduk di sampingnya.

Jinan mengerling sebentar ke arah sang adik sebelum meneruskan pertanyaan itu pada Hanbin.

"Bagaimana keadaan pussyy?" Jinan mengulang pertanyaan Jinny.

Jinny tersenyum menatap sang kekasih, menunggu jawaban darinya.

"Hyaa.. kenapa mambahas pussy huh? Kita bahkan sudah lama tidak bertemu dan sekarang kau malah membahas pussy.." sahut Hanbin merajuk.

"Aniiyaa Hanbin aku tidak bermaksud seperti itu.."

Melihat sang kekasih merajuk Jinny reflek berteriak dan mengapai tangannya untuk menghibur, namun usahanya sia-sia, karna semua itu mustahil diketahui oleh Hanbin.

Jinan merasa iba dengan keadaan sang adik, ia mengulang apa yang ingin Jinny lakukan pada Hanbin agar adiknya merasa lebih baik.

Namun semua tidak berjalan seperti yang diharapkan, Hanbin justru mengecup bibir Jinan secara tiba-tiba tepat di depan Jinny, membuat pemuda itu membulatkan matanya tidak percaya, sialan, umpatnya dalam hati, ia benar-benar merasa bersalah pada adiknya.

Jinny tersenyum menutupi lukanya, "gwenchanaa.." ucapnya pada sang kakak yang kala itu memandangnya dengan tatapan bersalah.

"Kau gila? Kita sedang berada di tempat umum!" Jinan mengomeli Hanbin karna menciumnya secara tiba-tiba, bukan hanya itu ia juga memukuli pergelangan tangan Hanbin kesal.

Setelah puas menyerang Hanbin, Jinan kembali duduk di posisinya, namun ia agak sedikit terkejut mendapati sang adik sudah tidak berada di sampingnya.

Mata Jinan menelurusi isi restaurant, ia merasa tidak tenang karna adiknya tiba-tiba saja menghilang.

Pria mungil itu berlari meninggalkan Hanbin sendiri di meja makan, ia menuju ke pintu utama untuk mencari Jinny, ia benar-benar merasa bersalah pada adiknya.

"Jinny... Yoo Jinny..." pekik Jinan tanpa memperdulikan orang -orang di sekitar, ia terus belari menelusuri area restaurant.

graabbbbb..

Seseorang menariknya hingga mereka saling berhadapan.

"Siapa yang sedang kau cari Jinan-shi?"





-tbc-

Cover by : Veoomize

TWINحيث تعيش القصص. اكتشف الآن