Limabelas

1K 153 60
                                    

Dua pria itu terbalut dalam keheningan, salah satu dari mereka tampak kaget dan tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Ibu yang selama ini ia anggap sebagai pelindung adalah seorang pembunuh?

"Tidak!! Tidak mungkin!!!" seseorang memecahkan keheningan, ia tengah berdiri di pojokan menguping semua pembicaraan yang baru saja berlangsung.

"Jin.. Jinny?"

"Eomma tidak akan melakukan ini pada ku.. Kau berbohong June!!" Jinny mengepalkan tangannya menahan tangis, walaupun kini ia bukanlah manusia, sebagai seorang anak ia masih merasa terpukul jika mendengar kabar yang sangat mengejutkan itu.

Jinny berlari keluar dari ruangan, entah kapan tepatnya ia sudah berada di sana, yang jelas saat ini ia melangkahkan kaki secepat mungkin dengan mata yang sudah terlebih dahulu berair.

June membatu, ia kehabisan kata-kata, ini semua bukanlah yang ia harapkan, Jinny pasti akan benar-benar terluka.

"Jinny.. Jinnyy..!!"

Berbeda dengan June, Jinan mengejarnya, memanggil nama sang adik hingga sosok wanita itu menghilang bagaikan asap yang tertiup angin. "Jinny-aahhhh.." Ia menghempaskan tubuhnya ke tanah, lututnya lemas, air mata pun tak mampu lagi ia bendung.

Hanbin yang menunggu Jinan di parkiran berlari ke arah pria mungil itu, ia bingung dan heran, mengapa saudara dari kekasihnya itu menangis.

"Jinan-shi.. apa yang terjadi?"

"Hanbin.." Jinan mengenggam hoodie yang Hanbin kenakan, ia menatap pria di hadapannya dengan tatapan kesedihan, saat ini Jinan tengah hancur, ia tak bisa menerima kenyataan bahwa ibunya adalah seorang pembunuh.

"Wae? Mengapa kau menangis seperti ini? Apa yang brengsek itu lakukan pada mu?

"Hanbiinn.." Jinan tak menjawab, ia terus memanggil nama pria di hadapannya ini dengan lirih.

"Aku akan menghajarnya untuk mu.. Tunggulah di sini.."

"Ku mohon jangan tinggalkan aku.."

Hanbin baru saja ingin melangkahkan kaki, tapi Jinan lebih dulu menarik telapak tangannya yang lebar, sungguh, ia tak ingin ada keributan lain, sudah cukup luka yang ia terima hari ini.

Hanbin sadar pria di hadapannya ini sedang membutuhkan tempat bersadar, ia menarik Jinan masuk ke dalam pelukannya, mengelus pundak pria itu dengan lembut, terdengar jelas isakan kecil yang coba Jinan tahan, walaupun di penuhi dengan ribuan pertanyaan Hanbin memilih diam dan terus menenangkannya.

"Hanbin-shi.."

"Hmm?"

"Bolehkah malam ini aku menginap di tempat mu?" Jinan memberi jarak di antara mereka, menatap Hanbin dengan harapan, hari ini ia tak ingin pulang, ia bahkan tak mau membayangkan wajah sang ibu.

Seakan dapat membaca tatapan Jinan, Hanbin tersenyum, mengacak rambut pria itu dengan kasar "Jangan lupa untuk membayar sewa!" candanya dengan kekehan kecil yang mengikuti, bukan.. bukan karna ia tak menghargai Jinan yang bersedih, hanya tak ingin suasana berubah menjadi canggung.

















"Pakai ini.."

Hanbin menyerahkan sepasang piama pada Jinan, karna saat ini pria mungil itu masih mengenakan dress yang digunakannya untuk menipu June.

Jinan mengapainya, lalu berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri, banyak hal yang ia pikirkan, mengapa ibunya membunuh Jinny? Apa yang terjadi? Dan mengapa June menyembunyikan hal sebesar ini dari dirinya?

TWINWhere stories live. Discover now