"Maaf, tapi sungguh, aku hanya igin bertemu denganmu." Dia kemudian berjalan mendekati Alesha yang masih terduduk di ranjangnya sambil menggigit ujung selimut, cemas.

"Alesha kenapa? Kau terlihat takut sekali padaku. Apa aku menakutkan?"

"Mundurlah ,Vickey! Jangan mendekat!"

"Ke...kenapa?"

"Berhenti! Kubilang jangan mendekat!" Alesha kini benar-benar gugup, keringat dingin mulai bercucuran di antara helai-helai rambutnya, saat ini benda itu sudah menetes di dahi lembutnya.

"Alesha kenapa?" Vickey makin mendekat, dan teriakan Alesha juga semakin melengking.

"Pergi!!!"

"Ada apa ini?!" syukurlah Ansley datang pada waktu yang tepat.

Alesha yang sedang phobia-pun langsung menghambur, bersembunyi di balik punggung lebar Ansley yang cocok digunakan sebagai benteng.

"Ada apa Alesha?" Ansley makin bingung dengan sikap adiknya yang tidak pernah ia lihat ini.

Alesha sadar kalau dia menceritakan keadaan Vickey pada Ansley dihadapan gadis psikopat itu maka bisa jadi nyawanya tidak akan bertahan lebih lama lagi, karena mungkin Vickey akan tersinggung dan menyakiti Alesha. Maka Alesha tidak memutuskan untuk menceritakan kejadian ini untuk sekarang.

"Tidak, tidak apa-apa. Vickey, maaf, aku sedang tidak enak badan. Aku tidak bisa pergi kemanapun untuk hari ini. Kata dokter aku baru boleh pergi sekitar tiga hari lagi. Maaf, tapi aku harus istirahat." Baiklah, Alesha telah berbohong pada sahabatnya, yang telah menjadi temannya selama SMA.

"Baiklah, aku bisa menunggumu. Aku akan menunggumu di teras."

"Ah, tidak perlu. Ansley sudah pulang, jadi kamu tidak perlu khawatir." Usiran halus Alesha membuat kaki Vickey melangkah menuju keluar kamar, selanjutnya membawa tubuhnya pergi dari rumah mewah itu.

Vickey telah berlalu, kini tinggal Ansley yang kebingungan dan adiknya yang mengusap-usap dadanya karena merasa lega.

"Aku ingin tahu apa yang baru saja terjadi." Ansley menatap Alesha serius.

Dengan sabar, Alesha menceritakan segalanya pada teman curhatnya yang baik ini. Matanya mula dipenuhi dengan air mata dan setelah sekian detik kemudian benda itu berlinang. Membasahi pipi tirusnya yang lembut tanpa sapuan make up apapun.

Ansley menggeleng tidak percaya pada apa yang baru diceritakan adiknya ini.

"Syukurlah, Ansley. Kau datang tepat pada waktunya. Aku sangat takut kalau Vickey akan menyakitiku." Air mata Alesha yang terakhir itu diusapnya hingga menyisakan rona merah di bagian pipi.

"Baiklah, aku paham semua yang kau ceritakan. Ini sudah malam, kau bisa tidur sekarang. Lagipula kau sedang sakit, kan?"

"Ah, itu tadi aku bohong. Aku hanya ingin Vickey pergi, karena aku sungguh tidak nyaman berada di dekatnya."

"Kau boleh berbohong padanya, tapi jangan sampai kamu menjauhinya. Orang seperti Vickey butuh banyak dukungan dari orang yang ia sayangi, kau paham?"

"Baiklah."

...

Ada apa dengan Alesha? Kenapa dia ketakutan saat aku datang ke rumahnya? Padahal biasanya aku masuk kamarnya tanpa permisipun aku tetap diizinkan olehnya. Lalu kenapa dia seperti ini? Apakah dia tahu kalau yang menyakiti Amber adalah aku?

Vickey mulai ketakutan. Ia sudah kehilangan Amber, Louis, dan dia tidak mau kalau harus kehilangan Alesha. Amber adalah sahabat yang paling disayangi gadis itu. kemudian Louis yang kedua, kemudian Alesha.

Dia sering menyakiti Louis dengan sayatan-sayatan silet. Kemanapun Vickey pergi, di tasnya selalu ada gantungan kunci yang liontin-nya adalah silet. Meskipun begitu, entah kenapa dia tidak pernah menyakiti Alesha.

Lengan Vickey melemas. Tangannya yang semula meremas-remas bantal, kini diam. Mulutnya tak mampu mengatakan apapun. Benda merah muda itu hanya terlihat sedikit terbuka, kemudian memperdengarkan nada-nada cemas dengan hembusan-hembusan yang berat.

Sesak mendesak dada gadis yang bingung itu. Rasa panas kini melingkar di lehernya. Ubun-ubunnya pun terasa ditendang.

Kini ia hancur.

Benar-benar hancur.

Otaknya tak berhenti membayangkan, bayangan sahabatnya satu persatu hilang. Mereka berubah menjadi benda transparan, kemudian menyublim seperti asap putih yang mengepul. Asap itu kian menggumpal, lalu pudar dan terbang entah kemana hilangnya.

...

TBC

...

The Friend Is Never ThereWhere stories live. Discover now