14. A

138 15 0
                                    

"Kenapa kau jadi terdengar seperti seseorang yang Indonesia sekali?"

"Bukan. Aku orang Korea Selatan."

"Wah, wah. Baiklah. Hormat untuk menejer Got7 yang baru, Nana."

"Ah, iya. Ada sesuatu juga yang kau harus tahu." Nana kini menoleh ke arah smartphone miliknya yang sepertinya disibukkan oleh sesuatu. Seperti pesan singkat atau semacamnya. Kenapa ia jadi terlihat seperti gadis sekolah menengah pertama yang baru merasakan cinta?

"Apa itu?" Sanggahku tidak sabar. Aku memang sedikit tidak sabaran jika seseorang berbicara dan justru memutuskannya di tengah mereka bercerita. Seperti sebuah buku dengan ending yang menggantung.

"Minggu depan aku juga akan terbang ke Thailand."

Aku memandangnya dengan tatapan penasaran. Apakah ia juga akan datang ke konser Got7 atau ia memang ada urusan lain dengan seseorang atau sesuatu yang ada di Thailand?

"Untuk?" Tanyaku memastikan.

"Got7, kan, mengadakan konser di Thailand. Setelah berbicara dengan ibu, aku memutuskan datang dan mungkin menginap beberapa hari di sana."

Aku memekik dan Nana terlihat seperti seseorang yang bekata 'apa kau baik-baik saja?'

"Kita akan datang berdua! Aku juga akan datang ke konser Got7!"

Dan kami berdua berakhir memekik bersama.

"Ada apa ini? Apa kau jadian dengan Yugyeom sehingga kau harus menemaninya kemanapun Got7 mengadakan konser?"

What the hell.

"Tidak. Aku sudah katakan padamu, kami hanya bertukar kabar dan sesekali Yugyeom menelfon."

"Itu tidak menjelaskan apapun, bodoh. Kau seperti menyembunyikan sesuatu dariku, Dinda."

"Kau sendiri justru terlihat lebih mencurigakan dibanding denganku. Apa yang kau sembunyikan di balik keberangkatanmu ke Thailand itu?"

Nana terdiam. Khas seseorang yang tertangkap basah tengah melakukan hal memalukan di kamar pribadi atau sebagainya.

"Sebenarnya ada sedikit," ujarnya dengan ragu dan aku dengan yakin mendoktrin itu bukanlah hal yang sedikit.

"Ayolah. Katakan padaku semuanya!"

"Baiklah. Berjanjilah kau tidak akan mengolok atau apapun."

"Aku mendengarnya saja, belum. Aku akan jadi juri yang tidak sah jika aku mengolok sebelum mendengar penjelasan darimu."

"Sebenarnya aku sedang dekat dengan Bambam."

"Oh! Astaga!" Aku kembali memekik untuk kesekian kalinya. Kuharap Bibi Sandra tidak akan keberatan karena ini.

"Aku curiga. Apa kau tadi di taman belakang sedang menelfonnya?"

"Ya! Ya! Dia menelfonku ketika aku makan dan lihatlah! Aku bahkan belum menyelesaikan makanku."

"Ini benar-benar hal yang berada di luar batasan wajarku, Na! Bagaimana bisa kalian justru mendahuluiku dengan Yugyeom. Meskipun aku juga tak yakin akan berakhir dengan Yugyeom walau aku percaya, tapi di sini kau benar-benar mencurigakan. Sejak kapan kalian saling bertukar kabar? Aku curiga kau datang ke Thailand bukan untuk sekadar bertemu dengan Bambam tapi juga menemui keluarganya. Mengakulah!"

"Kau gila! Aku tidak sejauh itu. Aku tahu bagaimana jalan pulang ketika nanti aku tak lagi dibutuhkan olehnya. Mungkin ia benar-benar kesepian. Ingat bahwa Bambam tak punya teman dekat di Thailand?"

"Itu bukan alasan yang ingin kudengar!" Aku menghela napas dan memutuskan untuk berdehem karena tenggorokanku mulai tidak nyaman. Lagipula tuan rumah seperti apa yang tidak menyediakan apapun untuk tamunya?

"Sebenarnya ada cerita lucu bagaimana dia mulai menghubungiku."

"Dia menghubungimu terlebih dahulu?"

"Kau pikir aku sasaeng atau perempuan gila yang akan mengirim seorang idola, sepertinya, sebuah pesan singkat, betapa aku sangat mencintainya?"

"Biasmu Yugyeom bukan Bambam."

"Aku bisa katakan itu benar sekali, nona Dinda. Aku mencintai Yugyeom sebagai seorang musisi bersama dengan enam orang yang lainnya. Mereka disebut Got7."

"Kenapa kau malah menjelaskan hal tidak penting ini?" Aku bertanya dan mulai menyandarkan tubuhku pada tumpukan bantal di sofa. Ini bukan kali pertama aku berada di sini tapi aku merasa sedikit asing dengan sofa yang tengah kududuki. Mungkin baru saja di laundry atau entahlah.

TBC

[ Kim Yugyeom ] Flight Log:Where stories live. Discover now