Chapter 59 - Regret

Start from the beginning
                                    

"Really?"

Aaron mengangguk, ia sangat senang ketika bisa membuat wanita itu kembali tersenyum seperti sebelumnya.

"Jadi mau kuantar?"

"Ini terlalu awal, agensi baruku juga sangat jauh. Jeremy mungkin--" Kendra menutup mulutnya rapat-rapat, ia baru sadar akan nama yang barusan keluar dari mulutnya.

"Haruskah, Jeremy lagi?" Aaron menghela napas panjang, ia meyambar jas hitam yang terlipat di atas meja lalu memakainya.

"Tidak, jangan khawatir. Hati-hati di jalan, Aaron" Kendra merapikan kera kemejanya lalu menyapu membersihkan jasnya yang terlihat sedikit kusut.

"Apa kau tahu berapa banyaknya taxi di kota ini? Tidak terhitung!" Sindir Aaron.

Kendra diam tak berkomentar.

Benar, Aaron tidak pernah tahu apa perlakuan tidak mengenakkan hati yang hampir menimpa Kendra saat ia terlalu dekat dengan publik.

Bahkan Kendra sendiri tidak tahu kenapa seiring berjalannya waktu muncul banyak anti-fans yang sering menjatuhkan namanya.

👑

"Pemotretan sebentar lagi, jangan menyia-nyiakan kesempatan emas itu, Kendra" Ujar Jeremy semangat.

Lagi-lagi ia berbohong kepada Aaron soal tumpangan, bagaimana lagi, jika Kendra memang sangat membutuhkan tumpangan dari Jeremy untuk menghadiri pemotretan penting hari ini.

"Apa aku bisa?" Tanya Kendra gugup. Berusaha menghilangkan rasa groginya dengan menatap jalanan dari kaca mobil.

"Kemana perginya Kendra yang selalu bersemangat?" Canda Jeremy.

"Aku bisa jadi bahan ejekan nanti. Kasihan sekali merek yang sudah memberikanku kontrak jauh-jauh hari!" Sahut Kendra tidak bersemangat.

"Jangan berkata begitu, tidak mungkin seisi dunia ini membencimu!"

"Aku akan jadi pembeli pertama," bisik Jeremy lagi.

Kendra tergelak, setidaknya rasa gugupnya itu sedikit tertolong karena canda-candaan Jeremy barusan.

Satu jam kemudian, setibanya mereka di lokasi pemotretan. Sudah banyak model lainnya yang didandani untuk pemotretan besar-besaran peluncuran model baju terbaru musim dingin.

Mereka mencari model dengan kualitas yang sama tingginya dengan produk dan merek mereka yang sangat-sangat terkenal.

"...Kenapa mereka mengundang model sampah sepertinya?"
"...Lihatlah apa ia masih bisa sombong seperti dulu"
"...tidak tahu malu"

Kendra menghela napas, berusaha tetap tenang walaupun ia tidak mungkin bisa menolak untuk mendengar sindiran-sindiran busuk dari beberapa model yang mungkin sedang iri dengannya.

Beruntung, Jeremy tetap bersamanya dan berusaha menanamkan kata-kata positif dalam otaknya.

"Model yang produknya berhasil terjual paling banyak selama tiga puluh menit kedepan, dia yang akan mendapat kontrak musim semi," Jelas Jeremy sambil membolak-balik kertas yang sedang dipegangnya.

"Mereka tentu akan mempostingnya secara bersamaan, bukan?" Tutur Kendra cemas. Berharap ia masih punya kesempatan untuk memperbaiki karirnya.

Jeremy menepuk pundaknya pelan, "Jangan dipikirkan, habis ini giliranmu"

"Itu Edward? Dia juga datang?" Seru Kendra ketika perhatiannya tertuju pada sosok pria bertubuh tinggi yang sedang berdiri di depan kamera.

Berhubung habis ini gilirannya, Kendra mendekati area pemotretan, sambil menunggu Ed dan gilirannya. Tidak membutuhkan waktu yang lama, bagian Edward telah selesai.

"Ed--" Ucapan Kendra terhenti saat sapaannya diabaikan begitu saja.

Wajahnya yang ceria langsung berubah ketika Edward memperlakukannya seolah tidak ada.

Edward jelas melihatnya, tapi ia hanya melewati Kendra begitu saja. Berniat mengejar pria itu, tapi beberapa orang sudah menunggunya untuk dipotret.

TBC
❣️Vomment please❣️

✅ A Missing PartWhere stories live. Discover now