Pengkhianat (2)

771 87 10
                                    

Aku begitu kaget saat melihat Elsie masih hidup dan baik-baik saja. Dia bahkan tak mengalami luka sedikitpun di tubuhnya.

Tapi bagaimana dia bisa selamatan dari semburan api Naga tempo hari? Bukankah aku melihat dengan mata kepalaku sendiri jika dia telah hangus terbakar? Bagaimana dia ada di sini?

"Elsie...," kataku lagi masih dengan wajah tak percaya.

"Kenapa, kamu kaget By?" tanya Elsie dengan nada yang pongah.

Siapa yang tidak kaget jika melihat peri yang sudah mati tiba-tiba asa di hadapannya. Bukan hanya karena dia muncul kembali di hadapanku, tapu juga karena dia dengan sengaja menghancurkan usahaku menahan pergerakan Naga itu.

Dia menghancurkan semak yang sudah aku tumbuhkan. Dia seolah sengaja melakukan semua itu agar Naga itu menghancurkan kawasan pemukiman peri warior.

Dia mengaku sebagai seorang peri penjaga, tapi sikapnya tidak mencerminkan hal itu sama sekali. Dia tidak menjaga kami, tapi dia berusaha menghancurkan kami.

"Apa ... apa yang kamu lakukan Els?" tanyaku dengan suara terbata menahan emosi yang hampir meledak.

"Apa yang aku lakukan? Tentu saja aku melawan Naga itu," jawab Elsie.

"Bohong! Aku melihat semua kelakuanmu, kamu menghancurkan semak yang aku tumbuhkan," kataku dengan amarah yang semakin meledak.

Tak ada jawaban dari bibir Elsie, dia hanya menyunggingkan sebuah senyuman yang penuh dengan kelicikan. Elsie terlihat begitu puas dengan keadaan yang menimpa pemukiman peri warior yang mulai hangus terbakar.

Dia mulai terbang menjauh dariku dan Ataska. Dia berputar di angkasan sambil menggerakkan tangannya dan menyerang beberapa peri yang sedang bersembunyi.

Ataska yang melihat itu langsung bergerak naik mencoba menghentikan usaha Elsie yang sudah di luar batas. Tapi sayang, gerakannya sedikit terhambat karena dia harus memegangiku agar aku tidak terjatuh.

"Antarkan aku batang pohon itu!" kataku sambil menunjukkan sebuah batang pohon yang cukup besar dan kokoh.

Aku meminta hal itu agar pergerakan Ataska dalam melawan Elsie tidak terganggu. Sekarang yang lebih penting adalah menyelamatkan pemukiman peri warior dari pada egoku.

Ya, jika menuruti egoku maka aku ingin melawan Elsie. Aku ingin membuat perhitungan dengannya. Tapi aku sadar diri, Elsie bisa terbang sedang aku tak bisa.

Satu-satunya harapan untuk menghadapi Elsie hanya Ataska. Tapi dia pun akan kesulitas jika harus menyerang Elsie sambil memegangiku.

"Tapi By...," kata Ataska sedikit menola keinginanku.

"Kamu hadapi Elsie, aku akan mencoba menghalangi pergerakan Naga itu," kataku mencoba menghapuskan keraguan yang ada di hati Ataska.

Ataska mulai terbang menuju pohon yang aku tunjuk. Dia menggunakan seluruh kemampuannya agar aku cepat sampai. Ya, lebih cepat sampai akan lebih baik bagi semuanua.

"Kamu yakin By?" tanya Ataska sesaat setelah kami sampai di pohon yang aku maksud.

"Aku yakin!" jawabku menyakinkan.

Aku mulai menggerakkan tubuhku untuk menghalau pergerakan Naga itu. Dan Ataska mulai terbang ke arah Elsie. Dia sepertinya benar-benar akan melawan Elsie bagaimana pun caranya.

Kali ini aku sedikit kesulitan untuk mendapatkan sisi yang tepat agar dapat menjerat Naga dengan tumbuhan semak. Pergerakkannya sangat cepat, sedang ruang gerakku sangat terbatas.

Berada di atas pohon dan tidak memiliki sayang memang menjadi kesulitan tersendiri bagiku. Salah bergerak saja maka tubuhku akan jatuh dan hancur berkeping-keping.

Aku sendiri tidak mungkin menumbuhkan pohon lain sebagai pijakanku setiap kali aku bergerak. Karena hal itu hanya akan membuatku kehilangan fokus untuk menghadapi Naga itu.

"Cepat hancurkan atau aku akan membuatmu kehilangan permata ini!" samar aku mendengar suara Elsie saat terbang ke dekat Naga.

Mendengar perkataan Elsie aku seolah tersadar akan seauatu. Naga itu tidak berniat jahat kepada kami, dia hanya berusaha untuk mendapatkan apa yang menjadi mikiknya, sancy diamond yang dicuri oleh Elsie.

Aaaggghhh ... betapa bodohnya aku hingga aku tak pernah curiga terhadap Elsie. Dia tiba-tiba hadir di hadapanku dan menawarkan sebuah persahabatan di mana peri lainnya lebih suka mengejekku.

Kini arah seranganku mulai terbagi antara menghentikan pergerakan Naga dan mengambil permata dari Elsie. Aku mencoba menumbuhkan beberapa semak tapi masih aaja belum berhasil.

"Ataska ... ambil pemata dari tangan Elsie!" teriakku tanpa memandang Ataska.

Aku terus saja menumbuhkan tanaman rambat untuk kembali mengikat kaki Naga itu hingga aku dapat fokus pada pergerakan Elsie.

Berulang lagi aku meleset dari sasaranku dan peluh mulai membasahi keningku. Ini benar-benar membuatku kesulitan.

Aku mulai memutar otakku mencari cara agar aku dapat menghentikan Naga.

Ya, hanya dari atas tanahlah aku dapat bergerak bebas tanpa mengkhawatirkan kondisiku sama sekali. Memang aku akan sedikit kesulitan untuk menjangkau Elsie, tapi setidaknya itu lebih mudah untuk menghadang Naga.

Aku segera menumbuhkan pohon yang cukup kokoh. Dengan perlahan aku menuruni setiap dahan dari pohon yang aku tumbuhkan sambil menghindari serangan yang di lancarkan oleh Naga dan Elsie.

Tak perlu waktu lama akhirnya aku dapat menginjakkan kakiku di atas tanah. Aku mulai menumbuhkan berbagai tanaman dan mengarahkannya pad Naga.

Lama kemalamaan aku mulai kehabisan tenagaku. Aku sadar bahwa semua ini tak mungkin akan selesai dalam waktu cepat.

"Siapa saja tolong aku untuk melawan Naga ini!" teriakku.

Aku berharap akan ada yang membantuku. Tapi sayang, harapan itu sirna saat tak ada satu peripun yang membantuku. Seharusnya aku sadar bahwa aku hanya peri tak berguna yang tak memiliki teman.

Wush ... tiba-tiba ada sebuah bola biru terbang di depan mataku saat aku tengah frustasi dan merasa sendiri. Bola biru itu bukan mengarah kepadaku, tapi mengarah pada Naga.

Ya, akhirnya pera peri penjaga itu mau membantuku. Sepertinya ketidak sukaan mereka hilang karena keinginan melindungi rumah mereka.

Dengan bantuan para peri itu aku mulai dapat lebih fokus hingga akhirnya aku berhasil menumbuhkan tanaman rambat dan semak berduri yang dapat menahan Naga sementara waktu.

"Tolong bawa aku mendekat pada Ataska!" kataku meminta tolong.

Aku sudah mengira bahwa kali ini mereka tak akan menolongku. Tapi ternyata aku salah. Salah satu dari mereka menggenggam tanganku dan memmbantuku terbang mendekat ke arah Ataska.

Dalam jarak yang tidak terlalu jauh dari pertempuran antara Elsie dan Ataska, aku mulai menumbuhkan tanaman rambat untuk mengarahkannya pada Elsie.

Beberapa kali aku gagal melakukannya dan itu membuatku frustasi karena di saat yang bersamaan aku melihat Naga itu mulai melepaskan diri.

"Kali ini harus berhasil," gumamku sambil menumbuhkan tanaman rambat. Dan ya ... aku berhasil mengikat kaki Elsie dengan tanaman itu.

"Ataska ambil permata itu!" tetiakku.

Dalam sekali terbang Ataska berhasil mengambil sancy diamond dan menyerahkannya padaku. Aku pun meminta peri yang memegangiku untuk mendekat ke arah Naga.

"Ini milikmu, pergilah ke tempat yang tidak akan di akan ditemukan oleh siapa pun," kataku pada Naga itu.

Naga itu menerima sancy diamond dan mulai pergi menjauh.

The Missing Of RubyWhere stories live. Discover now