Pengkhianat

746 85 9
                                    

Hanya dalam sekejap mata saja sebuah bola berwarna biru mengenai semak-semak yang baru saja di tumbuhkan olehku. Bola biru itu membakar semak-semak yang aku tumbuhkan untuk menahan pergerakan dari Naga itu.

Ada rasa kesal dan kecewa di dalam hatiku saat menyaksikan semua usahaku hancur hanya dalam hitungan detik saja. Dan sekarang bencana besar akan mennghampiri daerah kekuasaan peri warior.

"Aaaggghhh...," kataku geram dengan ulah peri yang bersembunyi di balik sebuah pohon yang tinggi menjulang.

Aku cukup tahu jika peri itu merupakan peri warior. Kemampuan yang dia gunakan untuk menghancurkan semak yang kubuat adalah kemampuan peru warior.

"Kenapa By?" tanya Ataska yang menyadari jika raut wajahku menunjukkan adanya suatu masalah.

"Dia telah menghancurkan semak yang kubuat dengan kemampuannya," tanyaku sambil menunjuk ke arah peri tadi bersembunyi.

Ataska mengikuti arah telunjukku, tapi sepertinya dia pun tak dapat melihat siapa yang ada di balik pohon itu. Dia hanya menyipitkan matanya sambil berusaha untuk menajamkan pandangannya.

"Aku tak mengenalinya, dia terlindung dari penglihatanku karena pohon itu," kata Ataska.

"Bencana akan datang, perintahkan semua penjaga bersembunyi di balik tanah atau batu yang setidaknya dalat melindungi tubuh mereka dari serangan Naga itu."

"Maksudmu apa By?"

"Naga itu akan mengamuk, cepat perintahkan itu agar kita tidak kehilangan banyak peri terbaik!"

Tanpa pikir panjang Ataska melalukan apa yang aku perintahkan. Sedang aku sendiri memilih untuk tetap berada di posisiku dan memerhatikan apa yang akan Naga itu lakukan sekarang.

Sesekali mataku menatap ke arah di mana peri yang menghancurkan semak tadi bersembunyi. Tapi aku tak melihat siapa pun di sana. Sepertinya dia telah pergi dan ikut bersembunyi dengan peri lainnya.

"Ayo By!" ajak Ataska sambil menarik lenganku.

"Tidak Ka, aku harus menghadapi Naga itu. Aku tak bisa lari lagi darinya," kataku tanpa gentar.

Aku cukup menyadari bahwa awal dari kemarahan Naga itu adalah karen hilangnya sancy diamond yang selama ini di jaganya.

Aku memang tidak tahu keberadaan permata berharga itu sekarang. Tapi semua kemarahannya adalah karena aku datang ke tempatnya dan mengusik tidurnya.

Seandainya saja saat itu aku tak nekat untuk datang ke sana, maka musibah ini tak akan terjadi. Naga itu akan tetap terlelap dalam tidur panjangnya dan tidak merusak kawasan peri warior.

"Maksudmu apa By?" tanya Ataska yang seperti kebingungan dengan perkataanku.

Aku tahu ini bukan saat yang baik untuk menjawab pertanyaan Ataska. Tapi bagaimana pun dia harus tahu apa yang seaungguhnya terjadi hingga membuat Naga itu marah besar seperti sekarang.

Aku menatap ke arah semak yang masih menahan amukan Naga. Aku tahu jika aku masih memiliki sedikit waktu untuk mengulur waktu dan menjawab pertanyaan Ataska secara singkat.

"Itu Naga penunggu hutan terlarang. Selama aku menghilang aku pergi ke sana," jawabku sambil sesekali meantap wajah Ataska.

"Hutan terlarang? Untuk apa?" tanya Ataska yang begity kaget dan tak percaya dengan jawaban yang aku berikan.

"Aku hanya ingin tahu apakah aku benar peri istimewa yang di maksud dalam buku yang aku baca atau bukan."

"Tapi kenapa?"

"Rasanya sakit Ka hidup dalam hinaan semua kawanan."

Iris biru milik Ataska membulat. Ada rasa kaget dan sedih di matanya. Dia sepertinya tak pernah menyangka jika aku merasa terluka dengan semua keadaanku.

"Maafkam aku yang telah memperparah keadaanmu," kata Ataska yang menyadari apa yang telah dia lakukan membuat hidupku semakin sulit.

"Bukan saatnya membicarakan kesalahanmu padaku. Naga itu sedang marah karena kehilangan permata berharganya," kataku mencoba menghindari suasana yang sesaat lagi aku yakini akan berubah menjadi melow.

"Maksudmu?" tanya Ataska yang semakin tak paham dengan ucapanku.

"Naga itu tertidur di dalam hutan sambil menjaga sebuah permata yang sangat langka. Tapi permata itu tiba-tiba hilang dan membuatnya marah. Aku sendiri tak tahu dimana permata itu berada sekarang," kataku sedikit menjelaskan awal kemarahan Naga itu.

Wush ... sebuah semburan api hampir saja mengenaiku dan Ataska seandainya kami tidak menghindar pada waktu yang tepat.

Mata Naga itu bersinar nyalang menunjukkan kemarahannya. Dia kembali menyemburkan api ke sana-ke mari dan membakar apa pun yang ada di sekitarnya.

Beruntung para peri penjaga telah bersembunyi hingga mereka tidak terkena semburan api yang dikeluarkan Naga itu.

Kini Naga itu terus mengincarku dan Ataska yang masih berada di dalam jangkauan penglihatannya. Aku tahu dia hanya ingin melampiaskan semua amarahnya dan mencari permata yang selama ini dia jaga dengan baik.

Aku berlari menghindari semburan napas Naha sambil sesekali menggerakkan tanganku untuk menumbuhkan semak berduri atau tumbuhan rambat. Aku hanya berharap jika tumbuhan itu dapat menahan pergerakan Naga itu, tapi sayang ternyata aku salah.

Naga terus menyemburkan api dan langkahnya tidak terhalang sedikit pun oleh tanaman yang aku tumbuhkan. Setiap kali aku menumbukan sesuatu, maka saat itu dia akan menghanguskannya menjadi debu yang di terbangkan angin.

"Dapat," kataku saat berhasil menumbuhkan tumbuhan rambat dan mengikatkannya pada kaki Naga.

Aku baru saja akan menumbuhkan tumbuhan lainnya saat aku melihat salah satu peri yang bersembunyi di balik pohon mengeluarkan kemampuannya untuk menyerang Naga.

Awalnya aku tersenyum karena berpikir bahwa serangan itu ditujukan pada Naga yang tengah mengamuk. Tapi ternyata aku salah, serangan itu ditujukan pada tanaman rambat yang aku gunakan untuk mengikat kaki Naga.

"Ataska!" teriakku memanggil Ataska yang sedang terbang dan berusaha untuk mengecoh pergerakan Naga.

Ataska yang mendendengar panggilanku langsung terbang ke arahku sambil terus berusaha menghindari serangan Naga.

"Ada apa By?" tanya Ataska setelah berada di dekatku.

"Tolong kamu angkat aku, ikuti arahanku!" kataku.

Ataska sedikit mengernyitkan keningnya. Dia merasa aneh dengan permintaanku karena sebelumnya aku tak pernah meminta bantuannya dan kami pun tidak pernah akur. Tapi kali ini, untuk pertama kalinya kami aku dan aku meminta bantuannya.

Tanpa banyak bertanya, Ataska langsung memegang tubuhku dan mulai terbang ke angkasa.

Aku memberikan perintah atas apa yang harus Ataska lakuka  untuk menghindari semburan api dan amukan Naga itu. Sesekali aku menumbuhkan tumbuhan besar, semak berduri, atau tumbuhan rambat hanya untuk menghalangi serangan Naga.

"Ke arah pohon itu?" kataku sambil menunjukkan ke arah sebuah pohon di mana aku melihat ada bayang peri lain di sana.

Aku sangat yakin jika peri itulah yang telah menghancurkan semua semakku yang aku gunakan untuk menahan pergerakkan Naga.

Dalam jarak beberapa meter aku mulai melihat cahaya kuning berkilauan. Aku cukup ingat jika cahaya itu adalah pancaran dari sancy diamond yang selalu di jaga Naga.

Aku meminta Ataska untuk terbang lebih cepat lagi ke arah cahaya itu. Aku tak ingin kehilangan jejak peri itu dan membuat Naga semakin mengamuk.

"Elsie...," kataku saat berada di belakang peri yang bersembunyi di balik pohon sambil memegang sancy diamomd.

The Missing Of RubyTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon