Naga

940 91 1
                                    

Aku melihat sebuah pohon menjulang tingg di atas kolam api yang meletup-letup dan siap menghanguskan apa saja yang ada di atasnya. Dan di seberang kolam pun aku melihat pohon yang sama yang menjulan tinggi.

Di seberang sana aku melihat Elsie tengah duduk sambil mengigit jarinya. Sepertinya dia tidak berniat untuk menolongku menyebrangi kolam api ini.

Aku mulai menggerakkan tanganku untuk menumbuhkan tanaman rambat hingga aku bisa naik ke atas pohon. Ini bukan hal yang sulit bagiku, apalagi Elsie tidak dapat melihat apa yang aku lakukan.

Setelah sampai di atas pohon, aku menjulurkan ranting yang cukup kuat agar sampai di pohon yang ada di seberang kolam. Memanjangkan ranting memang tidak semudah menumbuhkan tanaman rambat, tapi ini juga bukan hal yang sulit bagiku.

Akhirnya ranting pohon itu sampai juga pada pohon yang ada di seberang kolam. Dengan perlahan dan penuh kehati-hatian aku mulai menyerabranhi kolam. Rasa panas kadang sampai ke tubuhku, tapi aku bertekad untuk tidak menyerah.

Selangkah demi selangkah aku langkahkan kakiku pada ranting yang aku julurkan di atas pohon. Hingga kini akhirnya aku bisa sampai di ujung kolam dengan selamat.

Perlahan aku menuruni pohon hanya dengan menggunakan kedua kaki dan tanganku. Ya, aku tidak mungkin menumbuhkan tanaman rambat agar bisa turun karena itu akan membuat Elsie curiga.

"Syukurlah kamu bisa sampai dengan selamat, aku baru saja akan terbang dan membantumu menyebrang," kata Elsie dengan suara yang seolah-olah peduli padaku.

Mendengar ucapannya, aku mengangkat sebelah alisku karena bingung dengan perubahan sikapnya. Dia yang tadi marah padaku, kini kembali bersikap baik seperti biasanya.

Tanpa menghiraukan kata-kata Elsie, aku melanjutkan perjalananku dalam diam. Aku tak ingin berbicara walau hanya sepatah kata pun karena aku tak tahu bagaimana Elsie sesungguhnya.

Aku melangkahkan kakiku pada tanah yang berbatu dengan begitu hati-hati. Aku terlalu takut jika aku akan terjatuh dan menyebabkan luka yang parah.

"By, apa kita tidak istirahat dulu?" tanya Elsie yang sepertinya mulai kelelahan menggunakan kakinya untuk berjalan.

"Istirahatlah jika kamu capai, aku akan tetap melanjutkan perjalananku," jawabku tanpa mempedulikannya.

Aku terus melangkahkan kakiku hingga akhirnya aku terdiam dan terpaku pada sesosok tubuh yang begitu besar yang berada dihadapanku. Aku sungguh tak percaya dengan apa yang aku lihat. Aku selalu mengira bahwa semua itu hanyalah sebuah mitos, tapi ini ternyata benar adanya.

"Ada apa?" tanya Elsie yang sepertinya dia tidak jadi berhenti dan mengikuti langkahku.

Aku tidak menjawab pertanyaan Elsie karena masih teepaku dengan apa yang ada dihadapanku. Ya, aku melihat seekor Naga yang sangat besar tengah tertidur dihadapanku.

"Naga?" kata Elsie yang sama terkejutnya denganku.

Lagi, aku tak menjawabnya walau hanya sepatah kata pun. Aku mentap Naga itu dengan tatapan nanar dan mencoba mencari celah di antara Naga itu.

Tunggu ... aku nelihat sesuatu yang berkilauan dengan indahnya di balik Naga itu. Apakah itu sancy diamond?

Aku memerhatikan benda berkilauan itu, dan kembali aku mengingat bentuk yang ada di dalam buku yang kubaca. Ya, itu adalah sancy diamond.

Elsie melangkahkan kakinya beberapa langkah dihadapanku. Dia seprtinya tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

Seekor Naga dengan ukuran sangat besar berwarna emas sedang melingkar mengitari sancy diamond. Sesuatu yang sungguh tak dapat aku percayai. Sesuatu yang bahkan tak pernah ada dalam pikiranku.

Elsie terus melangkahkan kakinya menghampiri Naga yang tengah tertidur. Entah apa yang akan dia lakukan, tapi kuharap dia tak melakukan hal aneh di luar pikiranku.

"Berhenti Els!" kataku sambil berusaha menghentikan langkah Elsie yang semakin mendekat ke arah Naga itu.

"Kenapa harus berhenti?" tanya Elsie sambil menatap iris kuningku dengan tatapan yang sangat sulit aku artikan.

"Kamu bisa membangunkan Naga itu," kataku dengan suara yang cukup pelan karena khawatir suaraku akan membangunkan Nafa itu.

Aku memang tidak tahu kebenaran tentang Naga, tapi menurut mitos yang beredar, Naga memiliki napas api yang bisa membakar apa saja yang ada di dekatnya.

Dan aku tentu saja tak ingin menjadi salah satu dari napas itu. Walau hidupku terasa begitu pedih, tapi aku masih ingin menikmati hidupku.

Tidak, bukan untuk menikmati pertemanan atau hubungan dengan lawan jenis karena kenyataannya aku tak pernah memiliki teman dan dekat dengan lawan jenis. Soal Elsie, aku sendiri tidak yakin jika dia adalah temanku. Aku merasa dia terlalu banyak menyembunyikan rahasia dariku, dan salah satunya tentang hubungannya dengan Ataska.

Aku hanya ingin hidup untuk menikmati indahnya dunia peri dan mengasah semua kemampuanku terlapas dari aku ini peri berkemampuan khusus atau bukan. Tapi setidaknya aku mungkin dapat memanfaatkan kelebihanku jika aku terus mengasahnya.

"Lebih baik kamu diam By!" kata Elsie dengan suara yang cukup keras dan tegas.

Perlahan aku merasakan tanah yang kupijakan bergoyang. Dengan panik aku segera berjalan menjauh dari sosok Naga yang ada dihadapanku.

Aku mencoba menumbuhkan sebatang pohon yang kuat hanya agar dapat menjadi peganganku dari guncangan yang aku tak tahu penyebabnya.

Tiba-tiba mataku terbelalak menyaksikan apa yang terjadi di hadapanku. Ya, Naga yang tadi tertidur dengan perlahan mulai bergerak menunjukkan kesangarannya. Sepertinya dia terbangun karena suara Elsie yang begitu keras dan membahana.

"Aaagghhh...," teriakku saat semburan api keluar dari mulut Naga itu dan hanya berjarak beberapa meter dariku.

Beruntung semburan api itu tidak mengenaiku, jika mengenaiku, maka tamatlah riwayatku dan aku tak akan mampu membuktikan apakah aku peri berkemampuan khusus atau bukan.

Aku bersembunyi di balik pohon yang aku tumbuhkan. Aku melihat gerak-gerik Naga yang melihat kesana-kemari mencari sesuatu atau seseorang yang telah membangunkannya.

Dengan gemetar aku menumbuhkan pohon lain dengan jarak tak lebih dari setengah dari pohon yang telah aku tumbuhkan tadi. Pohon itu akaj aku gunakan untuk mendekat ke arah Naga dan mengambil sancy diamond.

Aku tahu, mungkin tindakanku itu tak bedanya dengan mencuri sesuatu yang berharga. Tapi aku membutuhkab diamond itu untuk membuktikan mengenai jati diriku. Ya, aku terlalu lelah di hina dan di caci oleh peri lainnya.

Pohom demi pohon aku tumbuhkan dengan menggunakan kekuatanku. Dan perlahan aku mulai berjalan mendekat ke arah Naga yang terlihat begitu marah dan mulai mengamuk dengan menyemburkan api kesana-kemari. Dia sepertinya tak suka jika ada yang membangunkan dia dari tidurnya.

Tak jauh dari tempatku bersembunyi, aku melihat Elsie tengah berdiri menantang Naga itu. Dia sepertinya tidak memiliki rasa takut sedikitpun untuk menghadapi Naga itu.

Akhirnya, Naga itu melihat keberadaan Elsie dan pertarungan mengerikan itu pun dimulai. Naga terus menyerang Elsie dengan napas apinya, dan Elsie terus menghindar dengan terbang kesana-kemari.

"Elsie...," teriakku saat aku melihat semburan api Naga itu mengenai tubuh Elsie

The Missing Of RubyWhere stories live. Discover now