Lavender (17)

40K 3.1K 211
                                    

*

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

*

Autumn masih membelalak.

"Pe...penis?", tanya Autumn gugup.

"Seperti yang kau dengar", ujar Liam datar. Terdengar seperti melaju di jalanan mulus yang tak berujung dan tanpa hbatan sedikitpun.

Autumn masih ternganga tak percaya. Lalu di tatapnya wajah Liam.

"A...ku...ingin muntah", desis Autumn sambil beranjak turun dari tempat tidur dan berlari menuju wastafel.

"Kuharap ini yang terakhir", ujar Liam kesal sambil memijit leher Autumn.

Autumn masih menunduk. Bukan hanya karena udang hal ini terjadi. Tapi lebih karena jawaban Liam yang di luar perkiraannya.

Autumn menyalakan kran dan mengusap mulutnya.

Liam masih berdiri di belakang Autumn. Bayangan tubuh Liam terlihat pada cermin di depan mereka.

Autumn terhuyung. Kepalanya pening karena rasa bersalah.

Tiba - tiba saja Liam mengangkat Autumn dan menggendongnya ke ranjang. Mendudukkan Autumn dengan bersandar di kepala ranjang.

"Istirahatlah", ujar Liam sambil menarik selimut sebatas pinggang Autumn dan menata bantal hingga Autumn merasa nyaman.

"Aku minta maaf", ujar Autumn lirih sambil memegang selimut dengan gugup.

Liam luruh. Pasrah dengan pemikiran gadisnya yang kadang - kadang membuatnya...kesal dan gemas secara bersamaan. Dia naik ke ranjang dan bersandar di kepala ranjang.

" Belajarlah untuk peka terhadap sesuatu", ujar Liam sambil menarik tangan Autumn.

"Aku....", ujar Autumn lirih. Sungguh...rasa bersalah itu tidak nyaman.

"Bertanyalah padaku kalau ada yang membuatmu tidak nyaman", ujar Liam sambil mempermainkan cincin di jari manis Autumn. Gerakan yang seakan menegaskan pada Autumn bahwa sudah ada ikatan di antara mereka.

"Dia...sama sekali tak terlihat seperti seorang pria. Bahkan suaranya", ujar Autumn. Rasa tidak percaya masih menyelimuti.

"Apakah kita perlu membahas ini? Well...dunia semakin pintar. Apa yang tidak bisa di lakukan oleh kemajuan jaman? Joice itu hebat. Dia punya segalanya. Kecantikan, kemolekan, kepintaran dan penis?", ujar Liam ringan.

Autumn mencebik kesal sambil memukul lengan William.

"Apa salahku? Katakan? Bukankah itu hebat? Dia paket komplit. Dia punya yang tidak di punyai wanita. Bukankah itu unik?", tanya William.

"Tidak usah di bahas kalau begitu", ujar Autumn. Dia malu setengah mati membahas hal ini dengan William. Pipinya pasti sudah merona tak karuan.

"Aku mengajakmu kemari untuk berlibur dan...melakukan sesuatu", ujar Liam.

AUTUMN RHAPSODY ( Completed )Where stories live. Discover now