This I promise You (6)

56.1K 4.2K 202
                                    

*

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*

"Kenapa menghindariku sejak tiga hari lalu?", tanya William.

Autumn tidak menoleh pada William yang sedang duduk di kursi malas milik Ayahnya.

"Apa karena ajakanku menikah?", tanya William lagi.

Autumn berbalik. Menunduk. Sungguh, dia mati - matian menghindari pembicaraan ini. Dan cara menghindarinya tak begitu kentara, tapi tetap saja Liam sangat peka.

"Merasa belum siap? Baiklah...aku tidak akan memaksa", ujar William lagi.

Autumn tersentak. Nada suara William menyiratkan bahwa dia harus siap kehilangan pria yang di cintainya ini.

"Bukan...bukan seperti itu. Aku hanya merasa...tidak pantas. Kau tahu bukan? Keadaanku seperti ini", ujar Autumn lirih.

"Seperti apa?", tanya William sambil melepas kacamata hitamnya. Tatapan William lembut. Hal itu mampu membuat Autumn menunduk lebih dalam lagi.

"Aku bahkan tidak punya tempat tinggal tetap...aku...", ujar Autumn semakin lirih.

"Kewajibanku kelak memberimu tempat tinggal yang nyaman. Mencukupi semua kebutuhanmu. Memastikan kamu nyaman setiap waktu", ujar Liam sambil berjalan mendekati Autumn.

Liam menyentuh dagu Autumn. Mengangkatnya pelan. Di mata Autumn, Liam dapat melihat banyak keraguan yang seharusnya tidak perlu ada.

"Kau hanya harus mencintaiku. Serahkan selebihnya padaku. Aku akan membereskannya", ujar Liam.

Autumn menggeleng pelan.

"Keluargamu sangat baik. Aku tidak ingin menjadi tidak tahu diri. Itu saja", ujar Autumn sambil menautkan jari - jari lentiknya gelisah.

"Hmm...berarti kau memilih kehilangan aku daripada mengikuti kata hatimu?", tanya William.

"Apa kata hatiku? Kata hatiku adalah, aku sangat mencintaimu tapi rasanya semua ini tidak mungkin. Oh...ya Tuhan...aku bisa gila kalau seperti ini", ujar Autumn. Isakan mulai terdengar. Tangis kebingungan dan putus asa.

"Kemarilah ", ujar William sambil mengangsurkan tangannya.

Autumn menatap uluran tangan William sejenak sebelum akhirnya menyambut tangan kokoh itu.

William membawa Autumn berbaring di kursi malas yang cukup besar itu.

"Diamlah. Kau tetap cantik saat menangis. Tapi aku tidak mau kau menangis", ujar Liam sambil mengusap bahu dan lengan Autumn lembut.

"Jangan bercanda. Aku sedang bingung", ujar Autumn kesal.

"Well...aku akan menceritakan sebuah kisah. Dengarkan tanpa menyela, dan kau boleh mengambil keputusan apapun setelahnya", ujar Liam.

Hening meningkahi riuh keramaian di ujung lapangan. Liam menatap sejenak kesibukan orang - orang sirkus itu.

"Ini kisah tentang ibuku. Tentang perjuangan kedua orangtuaku. Kau akan tahu segalanya....di mulai dari sebuah kafe tempat Mom bekerja saat masih muda. Lalu berlanjut di apartemen Dad. Apartemen yang pernah kau singgahi waktu itu.....", ujar William tenang.

AUTUMN RHAPSODY ( Completed )Where stories live. Discover now