Panic (9)

47.7K 3.4K 117
                                    

*

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*

"William! Kau...God! Kau kenapa?", teriak Autumn panik saat William masuk ke apartemen dengan bibir berdarah.

"Aku tidak apa-apa. Jangan berlebihan", ujar Liam sambil memukul pelan kening Autumn.

"Tidak apa-apa kau bilang? Yang benar saja. Katakan...kau kenapa? Jatuh? Atau...ada seseorang yang memukulmu?", tanya Autumn sambil berjalan cepat mengikuti William yang berjalan menuju kamar.

"Aku baik-baik saja. Jangan membuat kehebohan apapun. Berlebihan!", ujar Liam sambil duduk di sofa.

"Aku? Jangan membuat kehebohan? Aku mengkhawatirkan mu dan kau bilang aku terlalu berlebihan?", ujar Autumn sambil mengerucut marah.

"Jangan marah. Sudah aku bilang kau cantik kalau marah dan aku akan tergoda", ujar Liam sambil mengulurkan tangannya.

Autumn memandang Liam lama namun menyambut tangan Liam.

"Aku sebaiknya mengambil kotak obat", ujar Autumn.

"Tidak perlu", ujar Liam sambil menarik Autumn yang ingin berdiri.

"Tapi itu...", ujar Autumn menggantung.

"Ada cara yang lebih baik kalau kau ingin aku cepat sembuh", ujar Liam.

"Apa? Hmm...sebaiknya aku menelpon Alex", ujar Autumn.

Liam menahan tangan Autumn. Menggengamnya erat.

Autumn mendengus kesal lalu menatap Liam prihatin.

Autumn mengusap sudut bibir Liam pelan. Usapan yang membuat Liam berdesir. Sudah tidak terhitung lagi Liam berdekatan dengan Autumn. Bahkan lebih intim dari sekarang sekalipun. Tapi tatapan mata Autumn selalu mampu menghipnotis Liam untuk terbuai. Aroma memabukkan tubuh gadisnya ini mampu membawa Liam berkelana. Berkelana dan tertidur di padang rumput nan luas di musim panas.

"Bibirmu pecah ", bisik Autumn lirih sambil memicingkan mata, menegaskan penglihatannya.

"Tidak apa-apa. Cium aku...pasti sembuh", ujar Liam sambil tersenyum miring.

Autumn refleks menekan bibir Liam yang di sentuhnya.

"Awww...itu...sakit!", pekik Liam.

"Ma...af...!", pekik Autumn begitu tersadar telah menekan bibir Liam dengan cukup keras.

"Kau mesum!", ujar Autumn membela diri.

Liam mengusap bibirnya. Masih terasa perih. Pukulan Jonathan kali ini begitu keras.

"Apa sakit sekali?", bisik Autumn sambil mencium bibir Liam pelan.

Aroma besi tercium di sela ciuman mereka, membuat mereka tertawa pelan. Liam meringis berulangkali menahan sakit, tapi sepertinya mencium Autumn mampu menjadi pereda sakitnya.

AUTUMN RHAPSODY ( Completed )Where stories live. Discover now