I Have Wronged You

1.8K 133 2
                                    

"She was a girl who know how to be happy even when she was sad. And that's important."
-Marilyn Monroe-

Anna.
Setelah seharian berada di rumah sakit, rasanya badanku seperti dipukuli orang banyak. Aku merebahkan tubuhku di tempat tidur masih dengan bathsuit yang menempel di badan. Terlalu lelah bahkan untuk sekedar berpakaian. Sejak pulang dari Bali, aku nyaris tidak sempat memejamkan mata karena aku langsung menyelesaikan laporan yang harus diserahkan kepada Big Boss sebelum aku memutuskan untuk cuti seminggu. Demi kesehatan Harrys dan juga demi Keylila, bukan demi diriku sendiri, aku harus terbang ke Singapore untuk membujuk Harrys. Dan ternyata bukan karena bujukanku tetapi lebih karena pertengkaran antara aku dan Harrys yang membuatnya harus masuk meja operasi selama tiga jam lebih.

-+6281223765xxx-

Kapan fitting bajunya neng? Udah oke ini.

Sebuah sms masuk dan membuatku merasakan sesuatu yang menggigit di hati. Dengan kondisi hubunganku dengan Nathan yang masih seperti ini, apakah aku akan tetap melakukan fitting wedding gown-nya? Rasanya masih sangat ingat betul beberapa bulan yang lalu, Nathan menemaniku memilih gaun yang akan aku kenakan di pernikahan nanti. Bahagia sekali ketika akhirnya aku tahu aku kan menikah saat itu. Dan yang lebih membahagiakanku adalah mengetahui bahwa aku akan menikahi seorang laki – laki yang sangat mencintaiku. Tetapi sekarang, aku mendadak merasakan kebahagiaan yang menyurut karena bayang – bayang tentang batalnya pernikahan, mengingat sikap Nathan padaku saat ini.

Aku bangkit dari tempat tidur dan memilih baju. Mungkin lebih baik aku berjalan – jalan saja daripada terlalu pusing memikirkan sesuatu yang belum tentu terjadi. Aku akan menyelesaikan semuanya nanti setelah pulang ke Jakarta. Celana jeans skinny dan blouse putih yang agak longgar serta shoulder bag warna navy adalah pilihanku saat ini. Aku meraih flat shoes dan berjalan keluar kamar. Mungkin aku bisa berjalan – jalan di sekitar Orchard Rd daripada harus berdiam di kamar saja.

Dari Singapore Marriot Hotel aku bisa berjalan menyusuri sepanjang jalan Orchard Rd dengan berjalan kaki. Dan rasanya sudah banyak sekali yang tahu bahwa di sepanjang jalan ini adalah surganya shopping centre. Siapapun yang berjalan – jalan kesini hanya cukup memilih mau masuk ke shopping centre mana dan berapa banyak budget yang ingin dihabiskan. Dari Hilton Shopping Galery, Far East Shopping Centre, Wheelock Place, Wisma Atria, hingga The Paragon. Satu persatu aku masuki hingga entah berapa banyak barang belanjaan yang aku tenteng kesana kemari. Dan sekarang malam sudah menyapa. Jalan – jalan mulai terang karena lampu – lampu kota. Orchard rd memang tidak pernah mati dengan begitu banyaknya orang yang berjalan kaki.

Perutku mulai terasa lapar saat aku memikirkan ingin makan apa. Chili crab, Laksa, Hokkien Prawn Mee, Nasi Lemak atau Ayam Hainan mulai terbayang – bayang di kepala. Dulu saat bersama Nathan ke Singapura, kita berdua pernah menghabiskan waktu seharian hanya untuk mencicipi semua makanan itu. Perut rasanya sudah nyaris meledak karena kekenyangan, tetapi Nathan yang sangat doyan makan rela menghabiskan makanan yang tidak aku habiskan. Membayangkan makanan saja membuat ingatanku melayang lagi pada Nathan.

Tanpa terasa langkah kakiku sudah menyeretku lagi ke lobby hotel. Dan itu membuatku malas untuk mencari makanan di luar. Mungkin sebaiknya aku room service saja dan makan di kamar. Aku membuka pintu kamar dan menyalakan seluruh ruangan di kamar yang luas ini. Ku letakkan seluruh barang belanjaan di tempat tidur termasuk shoulder bag-ku. Lalu, aku mengambil handphone di dalam tas dan memeriksa pesan yang masuk. Tidak ada satupun pesan dari Nathan. Sebegitu marahkah ia padaku hingga tidak sekalipun ia menghubungiku sejak pertemuan di Bali kemarin? Satu pesan masuk dari Keylila. Ia memintaku untuk datang ke rumah sakit sekarang. Entah apa yang terjadi pada Harrys, ia tidak mengatakan apa – apa. Dan aku juga tidak berusaha menghubunginya. Yang aku lakukan hanyalah turun ke lobby lagi dan mencari taksi untuk ke rumah sakit. Dan aku lupa lagi kalau aku belum makan.

Keylila.

Harrys masih juga belum bangun walaupun berdasarkan anestesi yang diberikan ia seharusnya sudah sadar. Operasinya berjalan lancar hanya saja dokter belum bisa memastikan after effect dari operasi karena Harrys masih juga tidak sadarkan diri. Seluruh sistem di tubuhnya juga sudah dipastikan tidak ada masalah. Hal – hal itulah yang membuatku bertanya – tanya ada apa dengan Harrys hingga ia memilih untuk tetap diam dalam tidurnya?

Anna membuka pintu kamar dan membuatku serta merta menghapus air mata yang menetes. Ia tersenyum padaku dan berjalan mendekatiku, sepertinya ia tahu aku baru saja menangis. Anna berdiri di sampingku sembari menatap Harrys yang terlelap dalam tidurnya dengan beberapa alat kedokteran menempel pada tubuhnya.
"Dia pasti akan siuman, Key." Bisik Anna padaku. Tangannya menepuk pundakku pelan. Aku menoleh padanya dan berusaha tersenyum.

"Bisa kita bicara sebentar Ann?" Aku beranjak dan berjalan menuju sofa di seberang ranjang Harrys. Dan Anna mengikuti di belakangku. Kami berdua duduk berhadapan di sofa. Aku menatapnya lekat sebelum akhirnya aku menanyakan pertanyaan yang terus terngiang di kepalaku sejak Harrys dioperasi.

"Apa yang sebenarnya terjadi saat itu hingga Harrys collapse?" Anna hanya diam menatapku dan tidak langsung merespon. Ia menoleh pada Harrys dan kemudian menunduk. Lalu, ia menarik nafas panjang sebelum menjawabnya, "Ia memintaku kembali padanya, Key."

Jawaban jujur Anna merontokkan hatiku seketika. Harrys benar – benar menganggap serius yang aku ucapkan sebelumnya, bahwa aku akan membiarkan ia kembali pada Anna selama ia bersedia menjalani operasi dan tidak memintaku untuk menceraikannya.

"Aku menolaknya dan memintanya untuk tidak lagi meminta hal konyol seperti itu. Aku pikir seharusnya ia tahu dimana posisinya sekarang dan dimana posisiku. Aku tidak berpikir itu akan menyebabkan aneurismanya pecah dan semua ini terjadi. Maafkan aku Key." Anna melanjutkan ucapannya. Ada penyesalan di matanya.

"I'm the one who wronged you Ann. I'm so sorry. You shouldn't be here worrying about Harrys. Where you should belong is in Nathan's, not here." Aku mengucapkannya dengan segala emosi yang berkecamuk di dadaku. Mataku mungkin mulai merah karena perasaan bersalah, sakit hati, cemburu dan kemarahan pada diriku sendiri.

"Key, ini bukan kesalahanmu. Aku adalah orang yang memutuskan berada di sini, bukan kamu ataupun Harrys. Jadi kamu tidak perlu merasa bersalah seperti itu. Aku tahu persis dengan apa yang aku lakukan."

"Kamu tidak tahu Ann, kamu tidak tahu kalau Nathan sudah mengetahui semuanya. Kamu tidak tahu kalau dia bahkan tahu kamu berada di sini untuk menemani Harrys. Anna, keegoisanku telah membuat hubunganmu dengan Nathan terancam." Aku melihat wajah Anna berubah merah mendengarnya. Aku melihat ia tersentak mendengar ucapanku. Tetapi, lebih baik aku mengatakan pada Anna tentang apa yang sebenarnya terjadi. Perasaan bersalahku pada Anna membuatku sadar tentang betapa berdosanya aku padanya.

Namun, ia tersenyum kemudian. " Key, hal seperti ini tidak akan membuat hubunganku dengan Nathan terancam. Kami baik – baik saja." Ucapannya lembut seolah ia memang benar – benar baik saja. Tidak tahukah dia tentang apa yang terjadi pada Nathan sekarang? Apa ia hanya sedang berpura – pura tidak tahu?

Anna.

Aku berjalan menyusuri lorong rumah sakit dengan hati yang penuh tanda tanya. Benar yang Keylila katakan tadi, aku tidak tahu dengan apa yang terjadi pada Nathan sekarang dan aku tidak berusaha mencari tahu tentang itu. Yang aku lakukan justru wondering around here, tanpa tahu tujuan jelas aku berada di sini. Membujuk Harrys untuk menjalani operasi? Ia tidak lagi membutuhkannya. Berlibur? Aku tidak sedang berlibur saat ini.

Aku duduk di bangku dan meraih handphone dari dalam tas. Tidak ada notifikasi apapun di handphone. Hanya fotoku dan Nathan yang berada di layar handphone. Ia benar – benar tidak menghubungiku sejak peristiwa di Bali, dan entah kenapa, aku juga tidak menghubunginya sama sekali. Apa yang sebenarnya sedang aku lakukan sekarang? Berharap Nathan akan menghubungiku dan menjemputku di sini? He's not that kind of man. Dia lelaki realistis yang sangat berkomitmen dengan ucapannya. Dan beberapa waktu yang lalu, ia mengatakan akan memberikanku waktu untuk menentukan. Itu berarti ia sedang menungguku untuk menentukan pilihan, dan seharusnya aku sudah memberikan jawaban itu padanya. Kenapa harus membiarkannya selama ini? Suddenly, I feel so stupid!

-00-

Petrichor [END]Where stories live. Discover now