Terjebak Nostalgia

2.1K 137 1
                                    

"You'll just keep crashing if you never take your eyes off the rearview mirror."
~Leo Christoper~

Anna.

Sore ini begitu cerah saat aku menikmati senja dengan secangkir teh hijau di tangan kananku. Jendela kaca besar di apartemen ini membuatku leluasa menikmati senja kapanpun aku mau. Seorang pria memelukku dari belakang dan menyandarkan kepalanya di pundakku.

"Kamu cantik sekali sore ini, Ann." Ucapnya pelan di telingaku. Aku menoleh dan tersenyum padanya.

"Gombal banget kamu, rys."

"Makanya aku tergila - gila denganmu Ann. Karena setiap hari kamu semakin cantik saja."

Ia mengecup pipiku lembut, sebagaimana ia selalu mengecupku setiap harinya. Aku menatapnya lagi dan lagi hingga perlahan wajahnya terasa kabur dan menghilang. Lalu, hanya aku sendiri di dalam apartemen ini.

Aku membuka mata perlahan dan menyadari semua itu hanya mimpi. Dan yang pertama aku lihat adalah wajah Nathan yang sedang tertidur sambil bersandar di perutku. Ia bersimpuh di bawah dengan tangan memelukku. Rasa cemas yang bergelayut semalaman seketika sirna saat aku melihat wajahnya damai saat tidur. Ku dekatkan jariku pada wajahnya dan menyentuhnya. Tanpa sadar airmataku menetes perlahan. Bagaimana bisa aku memimpikan Harrys saat Nathan tidur dengan memelukku seperti ini? Sebegitu teganya kah aku untuk menyakiti pria sebaik dia.

Nathan membuka matanya dan ia tersenyum saat melihatku menatapnya.

"Maaf membangunkanmu Nate."

"Aku yang minta maaf Ann, sudah membuatmu khawatir semalam."

"Tidak apa - apa. Yang penting kamu sudah di rumah sekarang."

Nathan tersenyum padaku. Dan aku membalas senyumnya.

"Shalat subuh yuk Ann." Ajaknya. Ia bangkit dan berjalan menuju kamar mandi.

Aku bangkit dari sofa dan berjalan menuju kamar seraya membawa selimut yang entah jam berapa diselimutkan Nathan padaku. Tidak penting jam berapa ia pulang semalam karena yang terpenting ia sudah pulang ke rumah sekarang.

Nathan.

Aku menoleh ke kiri dan mengucapkan salam terakhir lalu mengusap wajahku. Selesai shalat subuh, aku menyempatkan diri untuk berdoa, memohonkan kemantapan hati untuk terus bersama wanita yang saat ini menjadi makmum ku. Aku hanya bisa berpasrah pada-Nya karena semua yang terjadi di dunia ini tidak lebih dari skenario-Nya saja.

Selesai berdoa aku menoleh pada wanita yang masih khusyuk berdoa. Tangannya menengadah dan matanya terpejam. Wajahnya ayu meskipun tanpa make - up sedikitpun. Sungguh, aku ingin segera menjadikannya halal bagiku, namun dengan hati yang masih galau seperti ini, aku tidak ingin terlalu terburu - buru.

"Nate."

Anna membuyarkan lamunanku. Ia mengulurkan tangannya dan seperti biasa ia mencium punggung tanganku selesai shalat bersama.

"Kita berangkat ke Bandungnya pagi aja ya Ann, biar enggak macet." Ucapku sembari melipat sajadah.

"Mau sarapan dulu apa mau sarapan di Bandung sekalian?"

"Sarapan di tempat Mama aja ya. Aku kangen masakan Mama." Jawabku nyengir.

"Oke. Aku berkemas dulu."

"Tapi kita langsung pulang kan Ann?" tanyaku lagi sebelum keluar dari kamar.

"Iya. Besok pagi aku juga ada acara di hotel."

Setelah mendapatkan jawaban dari Anna, aku berjalan keluar kamar menuju dapur. Menyalakan mesin kopi dan membuat dua cangkir kopi untukku dan Anna.

Petrichor [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang