Rain Is A Love That Sky Sends To Earth

2.9K 191 1
                                    

"Tears are simply the raindrops from the storm inside of us"

-unknown-

Anna.

Sore ini hujan deras mengguyur kota. Aku sedang berada di dalam apartemen, menerawang ke luar jendela. Mataku menatap tetesan hujan yang menghantam bumi tiada habisnya, seolah ingin membanjiri bumi dengan seluruh air yang ia punya. Mungkin begitulah cara hujan mencintai bumi, ia memberikan segala yang dipunya pada bumi, meskipun itu akan membuatnya perlahan musnah dan bahkan itu juga bisa menghancurkan bumi.

Apakah memang begitu cinta? Love makes someone does everything and gives anything he has without even thinking of repayment. Is that what people called as love is blind? Somehow, I'm not sure about that.

Ketika aku mencintai Harrys, aku memberikan segalanya padanya. Namun, ketika ia mulai menyia – nyiakan segala yang aku berikan, maka perlahan aku menjadi enggan untuk memberikan apa yang aku punya. My senses even ask me to stop giving those things.

Mengingat Harrys selalu saja menyakitkan hatiku belakangan ini karena semakin lama aku merasakan perubahannya yang begitu drastis. Dan yang tidak aku bisa pahami saat ini adalah ia sudah tidak pulang selama seminggu. Ia bilang masih banyak hal yang harus ia selesaikan di Singapura dan aku tidak pernah tahu hal apa itu. Sebagai sekretaris pribadinya, aku tidak pernah tahu ia punya bisnis penting di sana. Dan sebagai kekasihnya, aku tidak pernah benar - benar tahu semua masalah keluarga atau pribadinya.

Sejak lima tahun yang lalu, saat aku dan Harrys memutuskan untuk mencintai satu sama lain, aku selalu belajar untuk tidak banyak bertanya tentang kehidupan pribadinya maupun keluarganya. Baginya, hal semacam itu sangatlah sensitif untuk dibicarakan dengan orang lain, meskipun dengan orang yang ia cintai. Mungkin saja, itu yang membuat Harrys nyaman denganku. Dan mungkin saja, hal itu yang membuatku menjadi orang bodoh sekarang. Aku sendirian dan tidak tahu apa – apa.

Lamunanku buyar saat handphoneku berdering. Di layar aku melihat nama Nathan.

"Hai."

"Anna, bisakah kamu turun ke lobby sekarang?" ucap Nathan dari seberang telepon.

Meskipun sedikit kaget, aku mengiyakan saja permintaan Nathan. Aku masih mengenakan t-shirt putih dan celana boho saat berjalan menuju lift.

Sesampainya di lobby, mataku berputar mencari – cari sosok Nathan. Dan aku menemukannnya sedang duduk di sofa ujung. Ia tampak kedinginan. Saat aku berada di dekatnya, aku baru menyadari kalau sebagian dari bajunya sudah basah kuyup.

"Oh God, Nate. Lo habis ujan - ujan?" tanyaku.

"Bukan ujan – ujan Anna, tapi kehujanan. Makanya aku mampir sini dulu. Would you like to help me? Karena yang aku lihat hujannya bakalan lama." Jawabnya.

Mataku melihatnya dari atas ke bawah dan hampir semua bagian dari baju yang ia pakai sudah basah. Mungkin itu yang membuat wajahnya pucat karena kedinginan. Aku mengajaknya ke apartemen.

Selama di dalam lift, kami berdua hanya diam. Sesuatu bermain – main di otakku saat ini. Untuk pertama kali, aku mengajak pria selain Harrys masuk ke apartemenku. Dan apakah Harrys akan baik – baik saja jika ia mengetahuinya? Karena apartemen ini adalah tempat kita berdua, bahkan aku tidak pernah mengajak siapapun juga untuk datang ke apartemen.

Saat pintu lift terbuka, aku segera membuang semua pikiran itu. Nathan datang kesini karena ia membutuhkan bantuanku, dan tidak ada salahnya jika aku membantunya. Aku membuka pintu dan mengajak Nathan masuk. Dengan segera aku menaikkan temperature air conditioner ruangan sehingga Nathan tidak akan semakin kedinginan.

Petrichor [END]Where stories live. Discover now