"Gak usah deket-deket sama dia," wajah Grego berubah menjadi dingin dan kaku.
Kini giliran Clairine yang mengerutkan keningnya. Gadis itu sama sekali tak mengerti dengan maksud ucapan Grego. Ia bisa merasakan ada perubahan pada nada suara dan cara bicara Grego barusan.
"Kenapa? Bukannya Al adik Kak Grego?"
"Gue gak suka aja lo deket-deket sama dia,"
"Cemburu yaaa?" tanya Clairine jenaka, mencoba untuk mencairkan suasana yang ia rasa mulai menegang.
"Gue serius, Clairine!" desis grego tajam. Clairine mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Lagi-lagi gadis itu hanya terdiam setiap kali Grego sudah berubah seperti ini. Semakin disahuti, malah Grego akan semakin menjadi.
Clairine memutuskan untuk melanjutkan makannya yang tadi tertunda tanpa mengeluarkan satu kata pun. Melihat, bahkan melirik ke arah Grego pun tidak.
Grego pun menyadari hal itu. Ia berulang kali melirik Clairine yang makan dalam diam dengan wajah sedikit ditekuk, seolah tak ingin menunjukkan perasaan kesal dan takutnya.
"Iya, gue cemburu," kata Grego pelan, namun masih bisa didengar oleh Clairine. Gadis itu langsung melirik Grego dan sebuah senyum lebar mulai mengembang di wajahnya.
Clairine menaruh sendok garpunya dan menopang wajahnya dengan kedua tangannya di atas meja. Grego melihat gadis itu dengan bingung. Apa yang ingin ia lakukan?
"Kata orang, cemburu itu artinya sayang loh,"
Grego terkekeh pelan melihat tingkah Clairine.
"Gue emang sayang sama lo, Clairine Elora," Grego mencubit pelan hidung Clairine, membuat gadis itu meringis, sekaligus merona karena perkataannya barusan. Astaga, ini detak jantungnya kayak orang lagi lari, padahal Clairine cuma duduk di hadapan Grego.
"Ke Monas, yuk, liat air mancur menari,"
[:]
Clairine asyik menikmati susu coklat kotakan miliknya sambil sesekali bergumam kagum melihat permainan air mancur dan warna lampu di Monas. Kedua matanya bahkan tak pernah lepas dari atraksi mengagumkan itu. Berbeda dengan Clairine, Grego justru mengunci pandangannya pada gadis cantik di sebelah kirinya.
Grego selalu suka memandangi Clairine diam-diam, menikmati seluruh ekspresi gadis itu yang selalu berhasil membuatnya jatuh hati. Tangan kirinya terangkat dan membelai lembut surai hitam kecoklatan milik Clairine, membuat konsentrasi gadis itu terpecah dan beralih pada Grego.
"Kenapa?" tanya Clairine bingung.
"Gapapa,"
Clairine mengedikkan bahunya dan kembali menaruh atensinya pada air mancur yang masih menari dengan indahnya. Ia membiarkan Grego bermain bebas dengan rambut panjangnya, beradu dengan angin malam yang tak mau kalah ingin memiliki Clairine.
"Jadi dateng ke acara teknik gak?" tanya Clairine tanpa menoleh ke arah Grego.
"Kalo gue gak dateng emang kenapa?"
"Ya gapapa, nanya doang sih,"
Grego meraih tangan kanan Clairine dan memainkan jemarinya dengan lembut. Belakangan ini, tangan Clairine seolah menjadi hal kesukaan Grego. Setiap bersama Clairine, Grego selalu saja mencuri kesempatan untuk memiliki tangan gadis itu. Setiap kali Grego melakukan itu, Clairine akan merona malu, bahkan sampai saat ini.
"Gue dateng biar mata lo gak jelalatan nyortir cowok lain, tapi lo nonton match gue ya?"
Clairine memutar bola matanya dengan malas. Untuk apa mencari laki-laki lain kalau hatinya sudah berlabuh pada makhluk di sebelah kanannya ini? Ya kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Èvader
FanfictionEscape, evade; Karena setiap orang selalu berusaha untuk mencari jalan keluar menuju kebebasan dan dari kebebasan
I Do, I Really Do
Mulai dari awal
