Clairine dan Grego

774 150 36
                                        

Busway yang ditumpangi Clairine dan Grego bisa dibilang cukup sepi. Hanya ada segelintir orang yang ada sehingga keduanya mendapat tempat duduk.

Jujur saja Clairine benar-benar merasa lelah setelah aktivitasnya seharian penuh ini. Rasanya ia ingin segera pulang dan berbaring di atas kasurnya yang empuk dengan dipeluk erat selimut Minnie Mouse kesayangannya. Apa daya, hari ini Clairine malah harus tidur di salah satu ruangan di kampusnya beralaskan matras dan sleeping bag. Jauh dari keinginannya.

"Kalo mau tidur, tidur aja. Nanti kalo udah sampe gue bangunin," ujar Grego yang menyadari mata 5 watt Clairine.

"Gapapa, Kak. Kuat kok," jawab Clairine pelan. Yah, semoga saja.

Sayangnya, tak berapa lama kemudian mata gadis itu terpejam rapat. Grego bisa mendengar helaan nafas Clairine yang beraturan bersamaan dengan tidurnya yang semakin dalam. Lelaki itu terkekeh pelan melihat gadis di sampingnya yang rasanya belum sampai 5 menit yang lalu mengatakan dirinya masih kuat menahan kantuk.

Grego memperhatikan wajah tertidur Clairine dengan seksama. Entah rasa apa yang tiba-tiba menyeruak di dadanya. Begitu menggebu-gebu sekaligus terasa menyakitkan.

Mungkin, Grego hanya sedang rindu.

Sangat merindukan seseorang, hingga rasanya begitu menyakitkan.

[:]

Waktu baru menunjukkan pukul 2 pagi. Clairine tengah terbaring di dalam sleeping bag miliknya. Sejak 1 jam yang lalu, gadis itu hanya berpindah-pindah posisi mencoba untuk tidur, namun sayangnya rasa lapar mengalahkan rasa kantuknya.

Gadis itu bergerak ke sebelah kirinya, mencoba mengusik tidur salah seorang teman satu timnya, Shania.

"Sha. Sha, bangun dong," Shania bergumam pelan. Merasa tak disahuti, Clairine pun mengguncang bahu Shanie lebih kencang.

"Apa sih, Rin? Gue baru merem ini," ujar Shania setengah tertidur.

"Laper banget gue, temenin ke mcd yuk di sebelah bentaran,"

Di sebelah kampus mereka emang ada McD yang buka 24 jam, yah meski sebelah kampus jalannya tetep agak jauh karena pintu gerbang kampus yang dibuka cuma pintu utama. Otomatis, mereka harus muter dulu, karena posisi mereka sekarang ini ada di gedung belakang.

"Anjing ya lo gila. Malem-malem begini ngajakin gue ke McD. Ogah ah mending gue tidur," tolak Shania mentah-mentah.

"Yah, Shan, gue juga maunya tidur, tapi gimana dong perut gue bunyi, protes kelaperan,"

"Ajak yang lain kek gitu siapa asal jangan gue. Perlu bobo cantik," Clairine hanya memajukan bibirnya mendengar jawaban Shania. Gadis itu sebenarnya takut pergi sendirian, tapi perutnya benar-benar lapar.

Setelah terduduk berdiam diri dan menimbang-nimbang cukup lama, Clairine akhirnya bangkit dan meraih dompet dan cardigan birunya.

"Ke McD buruan, beli, langsung balik. Gak akan kenapa-napa. Amin," ujar Clairine lirih seraya memakai sandalnya dan keluar dari ruang kelas yang menjadi tempat tidur panitia malam itu.

Baru saja Clairine membuka pintu, ia dikejutkan dengan Grego yang berhenti di depan pintu ketika berniat melewati ruangannya. Lelaki itu mengernyitkan dahinya, menatap Clairine dengan bingung.

Clairine ikut-ikutan memperhatikan pakaiannya. Piyama dan cardigan ditemani sandal jepit tak buruk bukan untuk pergi makan di pagi buta?

ÈvaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang