Chapter 10 - Bad intention

Mulai dari awal
                                    

"Oh! Kau artis itu kan?" Dia tampak sedikit terkejut, ternyata masker ini tidak terlalu berguna untuk beberapa orang.

"Maaf, apa kau kenal dengan pria bernama Aaron Torres secara pribadi? Ada hal yang per--"

"Oh! Aaron, si tampan. Hmm, apa jangan-jangan kau juga..." Wanita itu mulai tersenyum tersipu melihatku.

"Tidak! Aku bukan salah satu penggemarnya. Jadi apa yang kau tahu sesuatu soal dirinya?" Tanyaku lagi.

"Sebagai gantinya, bolehkah aku mengambil foto denganmu?" Tanya wanita berambut hitam itu dengan antusias, dan sepertinya ia masih baru disini

Aku menghela napas, setelah mengiyakan, kami mengambil foto dengan kamera depan ponsel wanita itu. Tapi sebagai gantinya, ia harus memberitahuku hal yang berguna tentang Aaron.

"Dia tampan pastinya, tapi ia juga sangat dingin, prestasinya luar biasa sehingga pak CEO selalu memujinya. Dia panutanku saat bekerja, sungguh, ia patut diteladani siapapun!" Jelasnya.

Tidak yakin apakah ini jawaban yang kuinginkan?

"Kau yakin karena prestasi? Ada yang bilang ia selalu menjilat pak CEO disini" Pancingku.

Wanita itu menggeleng tanda tidak setuju dengan ucapanku barusan. Aku membiarkannya pergi dan mencari target selanjutnya. Apa mungkin Aaron memang tidak punya niat apapun?

Aku bergeleng,
Itu tidak mungkin, Kendra.

"Permisi." suara lemah lembut itu sedikit menyentakku.

Aku berbalik dan memandang wanita cantik seusiaku, ia terlihat langsing meskipun dalam setelan seragam pilot, rambut merah panjangnya tergerai. Penampilannya sudah hampir menyentuh standar seorang model.

"Kau tersesat, ma'am?" Tanyanya sopan.

Jujur saja, aku masih tertegun melihat seorang pilot sepertinya pandai sekali menjaga kesehatan rambutnya. Sedangkan diriku?

Aku berdeham, "Permisi, apa kebetulan kau kenal dengan pria bernama Aaron Torres?" Tanyaku sambil tersenyum.

Percuma saja, Kendra bodoh! Senyumanmu itu tertutup oleh masker sialan ini.

Dia tampak berpikir sejenak, jadi aku menambahkan, "Secara pribadi, mungkin?" Tambahku.

"Erhm, baiklah....dia baik, sangat baik, meskipun dingin, sebenarnya hati senior-ku itu tidak sedingin sikapnya. Dia tipe orang yang selalu menolong orang-orang disekitarnya" Jelasnya.

Aku menghela napas, kenapa tidak ada satu katapun yang mengatakannya buruk?

Baru saja aku hendak membuka mulut. Seorang wanita berumur empat puluhan lewat, wanita cantik yang barusan memberiku penjelasan itu meraih lengan kurusnya,

"Ms.Lin, seseorang bertanya tentang Aaron, mungkin kau bisa menambahkan?" Ucapnya kepada wanita itu.

"Kenalkan, ia senior tertinggi kami. Sudah bekerja disini sangat lama, Ms.Lin pasti lebih mengenalinya" Jelasnya lagi kepadaku.

"Aaron, huh? Kau juga tergila-gila dengannya seperti wanita-wanita lain?" Tanyanya sambil terkekeh.

Sungguh, aku yang tadinya sudah tegang melihat wajahnya yang seram itu, kukira ia sosok yang galak dan tegas. Tapi ternyata tidak seseram itu. Wanita yang dipanggil Ms.Lin, dia baik dan ramah.

"Bukan, kebetulan kudengar ia punya banyak prestasi" dustaku. Kemudian tersenyum canggung.

"Yang jelas ia tidak banyak berbicara, tapi dia orang yang sangat bertanggung jawab" jelasnya lagi sambil berdecak kagum.

Wajahnya itu membuatku langsung percaya dengan semua perkataannya. Dan aku terus saja mengangguk-angguk.

"Sungguh pria idaman setiap wanita, huh?" Tambahnya lagi.

Aku mendesah dalam hati, sebenarnya semua itu bukan termasuk kriteria jawaban yang kuharapkan.

Setelah mengucapkan terima kasih, aku lalu membiarkan mereka pergi. Mereka pasti punya kegiatan yang jauh lebih penting daripada mendeskripsikan seperti apa pribadi Aaron itu.

Satu hal lalu terlintas dipikiranku. Bukankah aku ini seorang aktor? Kenapa aku tidak pernah terpikir untuk mencoba membuat karangan? Jika ditambah dengan sedikit ekspresi meyakinkan, kedua orangtuaku itu pasti akan lebih percaya padaku dibandingkan Aaron.

Sambil berjalan melewati koridor, aku merogoh tasku dan mengambil ponsel. Mencari nomor dari daftar nama dan menyambungkan panggilan.

Setelah beberapa detik, aku menurunkan ponselku, menghela napas panjang. Lagi-lagi kedua orangtuaku tidak mengangkat panggilan dariku.

Kemana sebenarnya mereka pergi? Aaron tidak mungkin menculik mereka, bukan?

Ayo tinggalkan pesan suara saja, aku menyerah. Entah sampai kapan menunggu mereka menerima panggilan dariku.

"Dad? Mom? Musim panas memang saat terbaik mengunjungi Hawaii. Tapi apa Hawaii se-menyenangkan itu sampai-sampai kalian melupakan putri kalian disini sendirian? Hari ini aku ke airport, bertemu seseorang. Lalu aku singgah ke ruangan staff. Mereka mengeluh soal kinerja Aaron. Dia bukan orang yang cocok, apalagi untuk menjadi seorang CEO nanti, dad. Aku tahu kau jarang terjun ke lapangan, kau boleh percaya atau tidak pada kata-ka--" Ucapanku terpotong saat pandanganku bertemu dengan sosok yang kukenal.

"Sepertinya pembual ini jauh lebih mengerti urusan penerbangan, dibandingkan aku"

Aaron keluar dari salah satu pintu itu dan sekarang ia berdiri tepat di depan mataku.

Tamatlah riwayatku.

TBC
👑

✅ A Missing PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang