Merayakan Sakit Hati

19 5 0
                                    

Gemerlap cahaya lampu menyilaukan mataku pada awalnya. Tapi, itu sungguh indah. Sunyi menemaniku, di dingin malam yang sepi ini.

Pada akhirnya, aku melarikan diri, lagi. Dari segenap rutinitas dan kewajiban. Aku menepi sejenak dari Ibukota. Mengambil cuti beberapa hari. Mengemas beberapa pasang pakaian seadanya.

Aku butuh waktu. Aku ingin sendiri. Menikmati sakit hati. Aku ingin menangis. Aku ingin berteriak dengan keras. Aku ingin bebas menyalurkan sakit yang menusuk hati. Tanpa pertanyaan kenapa. Tanpa kata-kata sabar. Hal yang tak bisa kulakukan di rumah, karena hal itu akan membuat cemas Ibu.

Maka malam ini, aku menyendiri. Dingin. Tenggorokanku tercekat, rasanya sakit. Air mata itu perlahan turun. Setelah mati-matian kutahan seminggu ini. Rasa sakit itu akhirnya menampakkan diri, setelah kuredam dengan susah payah.

Aku bukan sampah. Aku bukan sampah. Berkali-kali batinku menjerit. Tidak terima aku diperlakukan seperti sampah. Lelaki brengsek itu benar-benar.

Air mata terasa hangat di pipiku. Malam ini saja aku ingin menikmati sakit hati. Seraya mencoba berdamai dengan diri sendiri. Bukan salahku yang terlalu baik. Hanya dirinya yang tak lagi layak untuk menerima sikap baikku. Si brengsek itu.

Letusan kembang api terlihat indah. Entah perayaan apa yang sedang terjadi disini. Tapi aku bersyukur. Karena aku bisa berteriak dengan keras. Mengeluarkan seluruh emosi. Malam ini, biarkan aku merayakan sakit hati. Untuk kemudian bangkit dan lebih hati-hati.

Karya : girlandsky

WRITING CLASS - JULYWhere stories live. Discover now