Dengan rasa semangat yang berkobar, Atlan bangkit dari posisi nyamannya. Ia langsung mengganti baju dan celana. Dengan senyum lebar terukir di wajah Atlan, ia melangkah keluar dari rumah menuju tempat mereka janjian. Ia yakin, tidak akan ada kesamaan lagi di antara mereka!!!
Mari kita buktikan!!
Siulan pelan terdengar keluar dari mulut Atlan, dengan tenang ia mengendarai mobil dengan kecepatan stabil. Mendahului mobil di depannya, jika keadaan memaksa saja. Jalanan juga ikut mendukung perasaan tenang Atlan, ia benar-benar merasa percaya diri dan tenang.
Dengan hati-hati, Atlan memakirkan mobilnya. Ia diam beberapa menit, sebelum keluar dari mobil dengan senyuman percaya dirinya. Sangat santai, ia melangkah masuk ke dalam lapangan itu dengan ekspresi yang terlihat santai.
Beberapa anak kelasnya ternyata sudah sampai disini. Hanya beberapa, karena yang lain pasti telat. Mereka di ajak ngumpul jam 3, datangnya jam 4, karena mereka jalan jam 3 bukan sebelum jam 3. Ya begitulah mereka, tidak mengerti bahasa Indonesia.
Gue aja yang jago banyak bahasa, masih paham soal kata-kata itu.
"Woi Tlan!!"
"Cuman lo yang nongol?" heran Atlan.
Lio tidak menjawab pertanyaan Atlan, karena fokusnya sudah teralihkan oleh sesuatu. Ia menggaruk belakang lehernya, "Lo mau main futsal atau pergi ke mall?"
Satu alis Atlan terangkat, "Emang kenapa kalau gue pakai ini?"
Lio melongo, "Ya kali lo main futsal pakai jeans!!!"
"Udah diam," mata Atlan sudah menyelusuri setiap sudut lapangan, mencari seseorang, "lo tenang aja, gue bawa baju ganti. Sebenarnya, gue cuman mau nonton aja. Lagi nggak niat main."
Sepertinya, sahabatnya yang satu ini otaknya sudah rusak. Dia yang mengajak main, tapi dia yang tidak mau main. Lio berdecak, "Itu leher entar jadi leher jerapah!"
Atlan tidak memedulikan ucapan Lio. Ia masih sibuk melihat sekeliling dan berharap orang yang dicarinya cepat datang. Kenapa juga ia berharap?!
Tunggu dulu.
Memangnya dia siapa sampai harus ia harapkan kedatangannya? Kayaknya otak ini sudah rusak, sampai mengharapkan dia datang. Memangnya dia pasti datang?
"LO!!"
Atlan tersentak, baru saja melamun lima detik udah dapat teriakan. Eh? Suaranya???
Mata Atlan langsung melihat orang yang baru saja teriak. Ternyata yang di harapkannya datang, tapi tunggu dulu.
"Lo ngapain pakai baju sama kayak gue?!"
Atlan terkesiap melihat pemandangan di depannya. Ternyata, mereka kembali jadi kembar lagi."Lah?! Mana gue tahu kalau ini baju sama kaya lo!!"
"Lo pasti ngikutin gue!!"
"Mana ada gue ngikutin lo, lo yang ngukutin gue!!"
"Udah ngaku aja!!! Lo pasti ngikutin gue!!!"
"Enak aja lo bilang, lo yang ngikuti gue!!"
"Lo yang ngikuti gue, bukan gue!!!"
"Guys!" Rian menyela.
"Apa lo?!" tanya Atlan dan Stella kompak.
Atlan dan Stella kembali melihat satu sama lain dengan tatapan kesal.
Tatapan Stella menajam, "Udah, ngaku aja kalau lo yang ngikuti gue!! Gue yang pertama pakai baju ini!!"
"Ya jelas gue lah!!"
"Gue yang pertama!!"
"Gue udah pakai baju ini dari jam sembilan pagi!!"
"Gue dari jam enam!!!"
"GUYS!!" Rian kembali menyela.
Kali ini, Atlan dan Stella hanya diam.
"Kalian tadi bilang jam berapa? Jam enam? Jam sembilan?" tanya Bella.
"Setahu gue, kalian berdua nggak pakai baju ini ke sekolah," ucap Fara.
"Stell, gue rasa ini cuman kebetulan," Halim melirik ke arah Atlan, "dan lo Tlan, kenapa lo pakai baju ini?! Lo nggak main?!"
"Nah, kalau lo ganti baju, baju kalian nggak akan sama lagi, Tlan," saran Lio.
Satu kata untuk hari ini, menyebalkan!!! Ia benar-benar muak dengan Atlan yang tidak pernah mengalah. Stella benar-benar tidak suka dengan sifat cowok itu!!!!
*****
7 Agustus 2017
YOU ARE READING
We're Not Twins, But We're?
Teen FictionApa jadinya, jika kalian bertemu dengan seseorang yang benar-benar sama dengan kalian? Atlan dan Stella adalah dua orang yang tidak sengaja saling bertemu di satu tempat. Mereka bertemu dengan keadaan dimana apa yang mereka pakai itu sama persis. Da...
Part 6
Start from the beginning
