Chapter 7: For A Long Time

13.6K 285 10
                                    

Kyle melihat Brianna hanya memakai kaos dan celana dalam, menunjukkan kaki jenjangnya, dan hampir saja membuat Kyle berfikir yang aneh-aneh.

"Hey, um, aku hanya ingin bicara denganmu, aku membawa ice cream dan mungkin aku bisa membuatkanmu pancake. Bolehkah aku masuk?"

----------
"Bagaimana kamu bisa tau alamatku?" Tanya Brianna dari dalam apartmentnya.

Kyle benar-benar kesusahan mencari konsentrasi agar dirinya tidak terus menerus memandangi kaki jenjang Brianna.

Kyle menelan ludahnya dan menutup matanya untuk beberapa detik, "a-akan ku jelaskan setelah kau mempersilakanku masuk." Jawab Kyle dengan grogi.

Brianna menggeser badannya, mempersilakan Kyle untuk masuk apartmentnya. Setelah Kyle masuk, Brianna mengunci pintu apartmentnya dan menyenderkan tubuhnya di pintu dan menyilangkan tangan di dada.

"Kyle, bisakah kita langsung ke intinya saja? I've been through too many things today and gosh I'm so fucking tired." Ujar Brianna resah.

Kyle menaruh kertas belanjanya dan berjalan mendekati Brianna, "Look, Maafkan aku, Bri. Semua ini salahku dan aku hanya minta kau untuk mendengarkan sedikit penjelasanku." Kata Kyle dengan mata yang berbinar. Tidak sadar, tangan Kyle sudah menggenggam kedua tangan Brianna dengan erat.

"Kau tidak harus menggenggam tanganku seperti itu." Kaya Brianna dingin, membuat sebuah situasi awkward dan Kyle melepaskan genggamannya.

"Ok, bagaimana kalau kita bicara sambil makan pancake dan ice cream? Ini bisa menyembuhkan rasa capekmu." Kata Kyle lalu ia langsung menuju dapur mini milik Brianna dan mulai memasak pancake.

Brianna hanya bisa pasrah dan duduk di sofa sambil melihat Kyle masak, "Lihatlah, seorang yang baru ku kenal 3 hari, sudah masak pancake di dapurku malam-malam"

Kyle menoleh kebelakang dan tersenyum miring kepada Brianna, senyuman yang sama yang pernah membuat kaki Brianna lemas saat pelajaran Mr. Johnson, "bukankah 3 hari sudah cukup untuk mengenalku?"

Kyle membawa dua piring pancake dengan ice cream coklat diatasnya, dan duduk disamping Brianna,
"Aku hanya ingin minta maaf untuk perbuatan Lily dan perbuatanku tadi pagi, I know I've put you through a lot of things."

Brianna melihat Kyle dan ia merasakan hal yang sama yang ia rasakan waktu di penthouse Kyle, perasaan seakan-akan ia berada di "rumah".

"Tidak apa-apa, aku bisa memakluminya, Lily adalah tunanganmu and she has the right to be mad at me." Kata Brianna sambil menyuap sepotong pancake ke mulutnya.

"Lily dan aku tidak bertunangan, well, secara teknis tidak." Ujar Kyle sambil menyingkirkan piringnya.

Brianna memandang Kyle dengan tatapan bingung, "apa maksudnya secara teknis tidak? Lalu apa yang kudengar dan kulihat tadi pagi?"

"A-aku tidak dapat menjelaskannya kepadamu, itu masalah keluargaku." Ujar Kyle dengan gugup dan dingin.
"Apakah, pancakenya enak?" Tanya Kyle.

Brianna tertawa dan tersenyum lebar pada Kyle, "Man, this is one of the most delicious pancake I've ever taste."

Perkataan Brianna membuat Kyle tersenyum lebar, "kata ayahku, bakat memasakku ini kudapat dari ibuku."

"Dimana ibumu sekarang?" Tanya Brianna.

"She's in a better place now. Sedihnya aku tidak pernah sempat mengucapkan selamat tinggal kepadanya. Terakhir kali aku melihatnya dia sedang menangis dan aku dibawa pergi oleh Jackson."

Brianna merasa tidak enak, "I'm sorry for asking about your mom."

"Tidak apa-apa. So, tell me more about yourself." Ujar Kyle berusaha mengganti topik pembicaraan.

"Hmm, orang tua asliku bercerai saat aku masih sangat kecil, aku tinggal dengan ibuku di London sampai umurku 6 tahun, ibuku meninggal." Kata Brianna dingin, "sedihnya, ayah dan kakakku tidak pernah datang untukku dan akupun tidak punya keluarga lain, sehingga aku ditaruh di panti asuhan."

Tidak sadar, air mata Brianna sudah menggenang di matanya. Kyle mengambil sapu tangan di kantongnya dan menyeka air mata Brianna.

"Hey, maafkan aku, kau tidak perlu melanjutkannya kalau kau mau.." ujar Kyle.

"Tidak. Tidak apa-apa. Kemudian orang tua tiriku yang sekarang mengangkat aku dan membesarkan aku dengan luar biasa. Mereka sangat baik." Ujar Brianna dengan menyunggingkan senyuman palsunya.

"I'm glad that you're fine with them, tapi tadi kudengar, kau punya kakak?" Tanya Kyle.

"Ya, ibuku dulu sering bilang kalau aku punya seorang kakak laki-laki, yang dibawa oleh ayahku ketika mereka bercerai," ujar Brianna, "tapi sampai sekarang, aku tidak tau siapa dia."

"Wow, kupastikan dia sangat tampan," Kata Kyle sambil menggigit pancakenya.

"Kenapa kau bisa bilang begitu?" Tanya Brianna heran.

"Karena, adiknya saja sangat menawan." Jawab Kyle dengan senyuman khasnya.

Brianna 'meleleh' mendengar hal tersebut, tapi ia berusaha menyembunyikan perasaannya itu, "sekarang giliranmu, ceritakan tentang dirimu." Ujar Brianna.

"Well, sebenarnya kita punya banyak kesamaan, orang tuaku juga berpisah ketika aku masih kecil, ayahku mengambil hak asuhnya atas diriku dan sampai sekarang aku tinggal dengan ayahku." Kata Kyle lalu menyendok pancakenya.

"Hm, sebuah kesamaan yang tidak sengaja ya?" Ujar Brianna, "ternyata kupikir-pikir, kau tidak sesombong atau semewah yang orang-orang pikirkan. Kau tau, kaulah 'sang pewaris Danforth Company'"

Kyle tertawa mendengar hal itu, "They're judging too fast, and talk to much about it."

"Cukup dengan heavytalk-nya, ceritakan padaku hal-hal tentangmu yang tidak mungkin kupercayai." Ujar Brianna.

"Ok, apakah kau percaya aku pernah mengikuti kelas taekwondo?" Kata Kyle dengan senyum yang melebar.

"Tidak mungkin, Kyle" kata Brianna dengan mulut yang menganga dan tertawa.

Akhirnya mereka bercerita banyak mulai dari Brianna yang kakinya patah karena menari ballet sampai Kyle yang kalah taruhan $1000 untuk sebuah pertandingan tinju.

"Hey Brianna, can i be honest with you?" Ujar Kyle, "Aku tidak tau darimana asalnya perasaan ini, tapi aku merasa, aku sudah mengenalmu untuk waktu yang lama."

"Aku juga merasakan hal yang sama, Kyle." Kata Brianna.

Kyle memandangi Brianna, tubuhnya yang indah dan kaki jenjangnya yang tidak tertutup apapun, kemudian tatapannya terarah ke bibir Brianna.
'Damn Bri, why those lips are so inviting.' Pikirnya.

"Apakah kau akan menciumku lagi, Kyle?" Kata Brianna dengan suara lirih.

"I thought you'd never ask." Tanpa basa-basi lagi, Kyle langsung mendekap Brianna dan mencium bibirnya.

Briannapun tidak menolak atau mencoba melepaskan diri, malahan ia melingkarkan kedua tangannya ke belakang leher Kyle dan mencium balik Kyle dengan nafsu.

Kyle mengangkat pinggang Brianna dan membuatnya duduk diatas Kyle, berhadapan dan masih membara dalam ciuman mereka yang panas.

Kyle melepaskan diri dari ciumannya, "What are you doing to me, Brianna?"

DangerousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang