40 (A)

2.6K 259 125
                                    

Jika di pernikahanmu aku hanya menjadi tamu, cinta pasti tahu bagaimana cara terbaik untuk mendoakanmu.

🍀

"Ma, Calum gausah dipakein bedak." kata Calum, tangannya berusaha menjauhkan tepuk yang berada di tangan Dewi.

"Ish, Calum. Kamu ini kenapa sih, daritadi nolak terus? dipakein bedak itu biar ga keliatan dekil. Udah deh, kamu nurut aja kalo dibilangin." semprot Dewi, matanya melotot ke Calum.

Calum akhirnya pasrah dan menuruti kemauan Dewi yang sekarang telah menjadi ibunya.

"Anak Mama itu harus ganteng! kamu ga liat tuh, Nadine udah cantik banget! Masa, yang mau ngegandeng Nadine masih buluk kayak gini?"

Sementara Kirana yang sedari tadi berdiri dibelakang pintu, merasa dadanya sesak. Sesak sekali. Rasanya ada sebongkah batu yang menubruk hatinya. Matanya terasa perih tiba-tiba.

Tangan yang memegang knop pintu semakin kuat ia genggam. Dengan sekuat tenaga, ia memutarnya perlahan, membuat suara decitan khas pintu kayu.

"Nah, ini dia anak kesayangan Mama!" Dewi menghampiri Kira, matanya memandang Kira dari atas hingga bawah lalu senyuman tercipta dibibirnya.

"Calum, adik kamu aja udah cantik gini, kalah sama kam—"

"Mama lihat clutch aku?" potong Kirana cepat.

Mata Dewi mengerjap sekali, melihat tingkah Kirana yang sedikit aneh di matanya.

"Ada," jawab Dewi singkat. "di deket meja riasnya Calum."

Kirana lekas mengangguk lalu berjalan cepat kearah Calum. Clutch miliknya sudah terlihat dari kejauhan dan kenapa Tuhan harus menakdirkan clutchnya berada didekat Calum?

"Nih," tangan Calum tersodor kearah Kirana, dengan kasar ia mengambil pemberian Calum.

"Ma—" Kira menahan nafas saat merasakan setetes air mata akan terjatuh di pipinya jika ia berkedip satu kali lagi. "makasih." jawabnya cepat.

Calum menatap punggung Kira yang lambat laun menghilang dari pandangannya, tatapan nanar terlihat jelas dikilauan matanya.

Calum tengah berjalan kearah pelaminan, diiringi dengan tarian daerah juga Nadine yang sedari tadi jika ia lihat tidak pernah berhenti tersenyum lebar.

Calum menghela nafas kasar. Sudahlah. Ini semua sudah terjadi, lalu apa yang akan selanjutnya ia perbuat? Bercerai? Tidak, tidak semudah itu. Ia mungkin bisa saja melakukan itu tapi perempuan mana yang pantas diperlakukan sebejat itu?

Hatinya masih terjerat di hati Kirana, ia tak bisa berbohong. Bahkan, Nadine sudah tau hal itu. Nadine ingin sekali menikah dengannya tetapi konsekuensinya adalah ia tidak dapat memberikan cinta pada Nadine.

David sedari tadi juga tak henti-hentinya tersenyum ceria seakan pernikahan ini benar-benar membuat Calum bahagia seumur hidup. Nyatanya tidak. Pernikahan ini bagai abu-abu bagi Calum, ia tidak merasakan kebahagiaan ataupun kesedihan, melainkan kehampaan.

Apa rasanya berumah tangga tanpa adanya cinta?

Dari dulu otaknya telah di set untuk selalu menganggap Nadine sebagai teman kecilnya dan tidak untuk dijadikan pasangan apalagi pasangan hidup seperti ini.

Hatinya merasa tersakiti saat Papanya selalu memaksanya melakukan hal yang tidak ia sukai. Beribu cara sudah ia lakukan dari yang awalnya dengan cara halus hingga cara kasar sekalipun. Lalu apa akhirnya? Ia tetap menikah dengan Nadine.

Panti Pijat • cth | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang