24

2.1K 283 135
                                    

Salahku yang terlalu berharap padamu yang hatinya tidak jelas untuk siapa.

🍀

Angin malam berhembus kencang, menerpa pipi Kirana. Ia mengeratkan jaketnya dan mempercepat langkahnya. Masing-masing tangannya saling menggosok satu sama lain, menghasilkan suatu kehangatan sementara.

"Udah gue bilang, perginya naik mobil aja." cibir Luke. "batu sih, lo."

Kira tak menjawab perkataan Luke, ia masih sibuk menghangatkan tubuhnya sampai telapak tangan Luke menyentuh kepalanya dan mengarahkannya ke dekapannya.

"Gausah bawel, lo kedinginan, makanya gue peluk dari samping." Luke mencegah Kira berbicara.

Sementara, hati Calum seakan tercabik melihat adegan itu. Pikirannya berkecamuk antara kesal, marah dan iri. Bodohnya, ia masih belum menyadari maksud semua itu.

"Jalan kaki bagus kok, buat kesehat-"

"Itu buat lo. Bukan buat dia." Luke menyerembet, memotong cepat perkataan Calum. Calum memang tak mengerti apa-apa jika angin malam seperti ini saja bisa membuat dampak besar yang terjadi pada Kirana.

"Fisik cewek sama cowok beda, apalagi Kirana. Dia bisa kena flu berat abis ini, parahnya dia bakalan demam." tutur Luke.

Sebenarnya ia tak sudi memberitahu sisi lemah Kirana, tapi mau gimana lagi? jika ia tak mengatakan ini, mungkin Kirana dengan polosnya mengiyakan ajakan jalan malam lain bersama Calum.

Dan Luke sangat mengkhawatirkan itu.

Kirana terdiam mendengar perkataan Luke barusan, sifat Luke yang protektif memberikan kesan nyaman untuknya. Pipinya memanas seketika.  Tapi tiba-tiba, ia bersin.

Bersin pertama.

Bersin kedua.

Bersin ketiga.

"Shit." umpat Luke. Ia menggengam tangan Kirana, menariknya kearah Sunny Mart yang berada tak jauh dari mereka. "Lo tunggu disini, gue gamungkin bawa lo kedalem, disana lebih dingin."

Luke memutar otaknya, ia tak mungkin menyuruh Calum membeli obat flu kedalam. Pasti dia ga ngerti. Terpaksa, Luke meminta Calum menjaga Kiranya untuk sementara.

"Calum," panggil Luke. Calum yang merasa dipanggilpun mendekat. "tolong lo jagain dia bentar, gua mau kedalem."

Calum mengangguk mengerti, ia mendekati Kirana yang hidungnya terlihat merah sekarang.

"Masih dingin?" tanya Calum dengan mata cemasnya. Kepala Kira mengangguk lemah. "i'll warm you."

Maka dengan itu, Kira duduk disamping Calum. Ia menyenderkan kepalanya di dada Calum yang sekarang tengah memeluknya. Nafas hangat Calum menerpa rambutnya, Kira menyembunyikan tangannya dibalik jaketnya.

"Bener kata Luke, kamu sekarang demam, Rana." kata Calum seraya mengeratkan pelukannya ditubuh Kira. Kira tak menjawab, pening tiba-tiba menyerang kepalanya.

"Ini semua gara-gara saya." lirih Calum, kepalanya menunduk lalu terlihatlah Kirana dengan mata terpejam.

"Calum!" seru Luke, ia berlari dengan satu kantong plastik ditangannya. "makin parah, dia demam."

Panti Pijat • cth | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang