8

5.4K 398 133
                                    

Luke dengan jaket kulit berwarna hitamnya telah siap bertempur. Ia mengenakan helm hitamnya dan menaiki motor ninja yang baru dibelikan Andy, ayahnya.

Ia menyalakan motornya dan saat pedal gas ingin ia injak, seseorang dengan suara lembut memanggilnya.

"Luke, kamu mau kemana?" Luke menoleh dan menemukan Liz yang berdiri tak jauh dari dirinya.

Ia tiba-tiba tergagap. "Aku mau ke.. itu.."

Tangannya berkeringat, bingung. Ia tidak pandai ber alibi. Matanya tak berhenti melihat benda lain yang sekiranya menarik daripada mata ibunya, Liz Hemmings.

Liz mengangkat sebelah alisnya, menunggu jawaban anak bungsu kesayangannya itu.

"Rumah Ashton." jawab Luke, ia merutuki perkataanya tadi. Ah, ia salah langkah.

"Kerumah Ashton kok rapi banget? biasanya kamu cuma pake kaos." Luke memejamkan matanya dan bergumam,  Ah, 'kan.

"Mau pamer ke Ashton, Mi. Dia pengen jaket kulit kaya gini juga soalnya." Luke tersenyum kikuk. Sementara menunggu ibunya menjawab alibi konyolnya.

"Oh, ati-ati. Jangan pulang malem." Dengan itu Luke mendesah lega, mengancungkan jempol kearah ibunya dan menancapkan gasnya.

Luke menarik nafasnya, melajukan motornya ke Desa Biji Duren, atau lebih singkatnya, ia ingin menemui Calum. Ia pergi ke Panti Pijat.


Luke melepas helmnya, kepalanya menengadah menatap rumah yang cukup besar untuk sebuah Panti Pijat.

Yang ia tau, Panti ini sangat terkenal. Bahkan google saja tau. Tentu saja Panti ini sangat sukses.

Setelah mengunci motornya, Luke berjalan diantara kerumunan orang-orang yang tengah mengantri memasuki Panti Pijat.

Ia beralih ke tempat bertuliskan 'informasi' dan menemukan seorang gadis cantik disana.

Luke berdeham. "Disini ada yang namanya Kaum ga?" tanyanya.

"Kaum?" tanya gadis itu. Luke mengangguk. "cowok, matanya coklat terang."

Mulut gadis itu membentuk huruf O. "Calum maksudnya?"

Luke mengangguk cepat. "Eh, iya maksudnya itu."

"Sebentar saya panggilin." kata gadis itu. "tunggu."

Gadis itu memberhentikan langkahnya dan menoleh kebelakang. "kenapa?"

"Nama lo siapa?"

Gadis itu menatap mata biru Luke dengan ekspresi terkejut. "Na-nadine."

Luke mengangguk-anggukan kepalanya. "Oke, Nadine. Saya Luke." ia tersenyum.

Luke memberikan senjata ampuhnya, senyumnya pada Nadine. Namun Nadine tak menggubrisnya, walau saat ia tak sengaja menatap mata biru itu, hatinya menghangat.

Nadine pergi, meninggalkan Luke sendirian. Ini sudah seminggu semenjak ia menanyakan alamat Panti Pijat ini pada Kirana. Dan sudah sekitar 5 kali, Luke mengikuti ekskul taekwondo di sekolahnya.

Lumayanlah, ia telah menguasai 3 jurus andalan yang cukup ampuh untuk melawan musuh. Yang pertama ia namai, jurus tendangan kambing. Yang kedua, jurus tonjokan badak dan yang terakhir, jurus putaran angin.

Kurang tampan dan keren apalagi, Luke?

Matanya berkeliaran ke penjuru Panti, ini sekitar jam 5 sore tapi tak ada tanda-tanda Panti ini berubah sepi. Ramai, dipenuhi oleh ibu-ibu dan anak kecil.

Seorang anak kecil menatap Luke dari kejauhan. Tatapannya mengisyaratkan kalau ia takut dengan tampang Luke. Luke yang menyadari hal itu, spontan tersenyum. Dan tiba-tiba saja, anak kecil itu ikut tersenyum juga.

"Maaf, siapa ya?" pundak Luke ditepuk, ia menoleh kebelakang dan menjumpai laki-laki berbola mata coklat terang dan rambut hitam.

Sialan, ternyata bener.

Luke menatap lelaki yang Kirana selalu ceritakan. Matanya benar-benar coklat. Bukan mata coklat yang diakibatkan terkena matahari. Tapi, benar-benar coklat.

"Gue, Luke." jawab Luke. "Lo, Calum 'kan?"

Calum mengangguk. "Bisa ngomong berdua, diluar?"

"Mau apa?" tanya Calum tak menatap Luke. Ia tidak tau siapa laki-laki bule ini.

"Lo kenal Kirana?"

Calum mendengus. "Kirana ada bany-"

"Kirana Anastasya, yang lo pernah pecahin kaca handphonenya." potong Luke cepat.

Calum tersentak, menoleh kearah Luke dan mengernyit. Untuk apa dia bertanya tentang Kirana?, pikirnya.

"Kenal." jawab Calum singkat.

Luke menarik nafasnya. "Gue minta, lo jauhin Kirana." kata Luke tegas.

Luke gelisah. "Gue suka sama dia." jawab Luke terang-terangan.

Calum bukannya tak peduli, ia tidak menyukai Kirana dalam artian, cinta. Tapi, ada sesuatu dari diri Kirana yang membuat Calum nyaman dan debaran didadanya tak kunjung berhenti bila didekatnya. Maka dengan itu, Calum berusaha menolak.

"Kenapa saya harus jauhin Kirana?" tanya Calum yang membuat mata biru Luke menatapnya geram.

"Karena, gue suka sama dia!"

"Apa hubugannya?"

"Dia milik gue, dari awal." tangan Luke mengepal.

Calum menatap Luke sinis, entah mengapa, ia tidak suka dengan Luke. Sama sekali tak suka dengannya.

"Gue tau, dan menurut gue, sebagai cowok. Lo pasti tau tentang cara dia ngeliat lo." kilatan mata Luke terlihat. Dadanya terasa sakit.

"Kalo dia mulai tertarik sama lo." lanjut Luke.

Calum menatap Luke tak percaya. "Bagus deh, kalo lo ga suka sama dia. Karena dengan itu, gampang buat lo jauhin dia." kata Luke.

Selesai sudah dirinya, ia akan terus mengejar Kirana. Luke bangkit dan berjalan kearah motornya berada.

Sementara Calum, tak terima begitu saja dengan ucapan bule itu.

"Luke." panggilnya, Luke menoleh ke arah belakang dan menemukan Calum dengan tangan terkepal.

"Saya bingung dengan pernyataan yang bilang kalo Kirana itu milik kamu sejak awal." Luke menatap Calum dengan mimik, apa maksud lo?.

"Menurut saya, kamu gapernah milikin dia. Bahkan dari awalpun, dia bukan milik siapa-siapa." Calum mengakhiri perkataannya dengan mulus.

Dan dengan itu, bendera perang berkibar diantara keduanya.


•••
skrg gue lebih demen update cerita ini drpd cliche, heu.

update tiap hari, lucu juga. Eh, ga mampu deng, gue.

tp skrg panti pijat akan berlanjut updatenya, hehe ditunggu ya!

Panti Pijat • cth | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang