28

1.9K 273 141
                                    

"Baru... ku sadari, cintaku bertepuk sebelaaaah tangan... 🎼."

Kepala Luke yang tadinya ditidurkan ke meja, mengangkat, mencari siapakah yang dengan seenaknya menyanyikan lagu itu. Lagu yang seirama dengan kisah percintaanya.

Matanya menangkap Dicky yang tengah bersiul-siul sambil sesekali melirik Luke dengan tatapan jahil.

"Ky, diem." ucap Luke kesal. Ia memberengut lalu kembali menidurkan kepalanya di meja.

"Dih, orang, gue lagi memperlihatkan bakat nyanyi gue." Dicky berjalan kearah Luke.

"Lagunya jangan itu bangsat." geram Luke, ia memlototi Dicky.

Dicky cengengesan lalu menepuk pundak Luke.

"Yaelah, cemen banget lo jadi cogan." ejeknya.

Luke kembali menatap Dicky dengan tatapan geram-kesal-benci.

"Ngomong doang bisanya. Coba, tuker posisi!"

"Oh, tidak bisa. Nanti, Gina jadi milik lo gitu? ga rela gue." tolak Dicky sambil menggelengkan kepalanya.

Luke berdecak. "denger ya, sapu ijuk. Cuma satu orang yang suka sama Gina, yaitu elo."

Masih ingat dengan Gina? yang beberapa waktu lalu bertemu Kira di kantin dan membicarakan Luke yang disunat? ya, dia adalah pacar Dicky.

Dicky menganggukan kepalanya. "iya juga ya, gua selama ini ga pernah denger ada yang demen ama die."

Gina sebenarnya cantik, tapi mulutnya pedas dan toa. Jarang ada yang mendekatinya. Namun anehnya, Dicky tertarik oleh gadis seperti itu, Luke bahkan tak mengerti bagaimana Dicky menyukai Gina si toa masjid.

"Cewek lo, mana?"

Luke mengangkat bahunya, berusaha tak peduli dengan keabsenan cewek favoritnya itu.

"Dateng noh." kata Dicky lagi.

Luke langsung mengangkat kepalanya dan matanya menatap pintu kelasnya secara langsung.

Disitu berdiri seorang cewek dengan gaya seadanya tapi sempurna di mata Luke. Rambutnya yang disisir sekenanya lalu dijepit asalan. Kini, ia berjalan ke arah Luke di dampingi Gina disampingnya.

Waktu seakan berhenti saat gadis itu tertawa heboh. Terima kasih kepada Gina si toa yang membuat hidangan pagi yang manis untuk Luke Hemmings.

Gadis itu duduk dikursinya— di depan Luke persis. Luke memandangi juntaian rambut Kira yang seakan melambai-lambai untuk ia isengi seperti biasanya. Tiba-tiba sekelebat bayangan dirinya dan Kira kemarin terputar di otaknya, Luke meringis. Ia membatalkan niatnya untuk mencopot jepitan itu.

Hatinya berdenyut kembali saat mengingat kejadian itu. Harus dihukum lagi kah hatinya yang telah lama menunggu dan berharap lalu dihempas oleh hari pengakuan itu.

Memang kenyataannya sudah tidak ada harapan lagi untuknya. Dirinya mengaku kalah telak.

Sadar. Jika sudah seperti ini, seharusnya ia tak usah menunggu bila akhirnya hanya menjadi tamu, tak perlu pula memasang wajah rindu bila akhirnya bukan dia yang ditunggu.

Kira merapihkan semua buku yang ada di atas mejanya lalu memasukan semuanya ke dalam tasnya. Kali ini ia tidak ditemani seorang teman pun. Gina terpaksa pulang duluan karena ibunya membutuhkannya.

Kira melenguh saat tasnya berhasil ia gemblok, pundaknya sakit saat menopang tas berisi buku tebal.

Ia berjalan keluar kelas, hendak mencari Luke di kantin dan benar saja, dia memang disitu bersama Dicky— partner mahoannya.

Panti Pijat • cth | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang