13. Ferly?

202 15 1
                                    

" Kau baca cerita buku itu, tapi Aku yang membacamu. Ada apa aku? jika ada Engkau?"

( penggalan puisi lama Enha ree: Oktober di perpustakaan. tahun 2009_masa kecil banget dan nggak percaya pernah buat puisi ini )

Perpustakaan hari ini lumayan sepi, hanya ada beberapa Siswa disana. Mereka sepertia biasa membaca dan meminjam buku. Tapi Milkha lebih suka seperti ini. Dari awal Ia bersekolah disini dia menjadi curiga kalau anak-anak SMA Mentari memang kurang minat membacanya. Mereka lebih suka nangkring dikantin saat jam Istirahat, atau menonton anak-anak latihan basket ataupun cheerleaders.

Milkha memilih bangku paling pojok untuk membaca. Besok ulangan Biologi dan Ia butuh banyak referensi.

Lembar demi lembar Ia lahap materi dari isi buku itu, cara membaca Milkha memang sangat terlihat cool. Bersandar pada kursi dan bukunya tetap dimeja dengan posisi berdiri.

Autis. satu kata yang cocok untuk menggambarkan gaya Milkha membaca. Dingin dan penyendiri.

Hal inilah yang membuat Cewek ini selalu mendapat nilai tinggi selain memang gen cerdas yang menurun dari kakeknya, Alexis. Dia punya hobi membaca dari kecil dan semakin gila sejak Ia kelas dua SMP. Banyak buku Ia cari sampai memenuhi kamarnya.

Pengalaman menarik tentang membaca Ia dapat saat liburan di Swiss, saat itu Milkha banyak melihat orang-orang disana selalu melakukan aktifitas membaca saat waktu luang. Yaitu saat mereka bersantai ditaman, di kursi terminal bahkan saat di dalam kereta api. Apakah itu sebabnya orang Eropa mempunyai Sumber Daya Manusia yang lebih baik dari negara kita? Saat itu Milkha menyadari semakin banyak kita membaca, ternyata semakin banyak pula hal yang tidak kita ketahui di luar sana. artinya, selama ini Ia tidak banyak tahu sehingga Ia baru paham setelah membaca.

Milkha begitu tenggelam dalam dunianya hingga sampai-sampai Ia tidak sadar seseorang menyapanya hingga beberapa kali. Seorang Cowok berperawakan tinggi dengan kulit bersih dan dia mempunyai senyum yang manis di wajahnya.

" Hallo? " Cowok itu menyapanya sekali lagi. Milkha mengangkat wajah, menatap Cowok itu sebentar lalu diam agak lama. Yah, itu adalah respon Milkha pada orang yang pertama ingin mengenalnya. Belum dapat jawaban dari Cewek di depannya, cowok itu tersenyum. Dan senyum ini beda dari yang lain. Bukan senyuman kagum ala cowok yang memandang Milkha, atau senyum jail menggoda saat Milkha lewat di depan mereka. Senyum ini adalah senyum Cowok paling teduh dan tulus yang pernah Ia temui di sekolah ini selain Diaz teman sekelasnya.

" Kenapa? " tanya Milkha pada Cowok itu.

" Tidak, Aku cuma baru melihatmu di Sekolah ini, maksudku di perpustakaan sekolah " Jawabnya seraya membenarkan posisi duduknya.

" Oh "

Jawaban seperti ini menurut Cowok itu terlalu singkat, dan sangat..dingin.

" Baiklah, Kau suka membaca? "

" Hm " Milkha, masih melihat bukunya.

" Bagi sebagian orang, perpustakaan seperti rumah kedua. Kau pernah mendengar? " tanya Cowok itu tanpa nada berlebihan.

" Ya "

" Aku suka perpustakaan dan puisi, kau juga? "

" Kecuali puisi dari seorang Cowok sok kenal. Yang pasti garing " Jawaban Milkha kali ini meyakinkan Cowok itu bahwa Milkha tidak gampang tersentuh dan memberi akses pada orang lain untuk tahu banyak tentangnya.

" Kalau begitu Kau pasti tahu kahlil Gibran "

" Apa Lo sedang membicarakan pujangga paling terkenal di dunia? " Milkha mengangkat sebelah alis. Menyiratkan bahwa tanpa Ia beritahu, semua orang pasti sudah tahu siapa Gibran. Cowok itu tersenyum seolah tidak merasa tersinggung sama sekali. lalu berkata pelan.

Keenan Dan MilkhaWhere stories live. Discover now