Delapan

53 11 4
                                    


"Kau akan berkencan? Apa aku tidak salah dengar?"

"Jangan lupa, aku dulu seorang Casanova," sahut Seong-Joo seraya menyisir rambutnya ke belakang, membuat Min-Hee memutar bola matanya.

Melihat satu-satunya sahabatnya itu mematut diri di cermin sambil merapikan rambut cokelat ikalnya membuatnya merasa lega. Selama ini, laki-laki itu mungkin termasuk orang yang paling sulit disuruh untuk pergi berkencan. Dia akan memilih bertekur dengan lapangan dan bola kakinya dibandingkan duduk kencan dengan beberapa gadis yang disarankan Min-Hee padanya.

"HoHo Myoll tidak buruk, bukan?" Seong-Joo setengah berteriak dari kamar mandi, seperti khawatir gadis itu tidak akan mendengar suaranya jika dia tidak berteriak. Padahal jarak kamar mandi ke tempat Min-Hee berada sama sekali tidak jauh dan Seong-Joo tentu tahu itu.

"Laki-laki macam apa yang mengajak berkencan di HoHo Myoll? Flower boy!"

"Apa yang salah dengan HoHo Myoll? Volkswagen di kafe itu bagus, kuharap aku bisa memilikinya."

"Tidakkah pilihanmu terlalu manis?"

"Tidak, tidak. Suaranya lembut, kurasa dia akan suka HoHo Myoll." Seong-Joo tersenyum lebar sambil mengenakan kemeja abu-abu setelah kaus putihnya yang bertuliskan nama band kesukaannya di dada. The Smith.

Min-Hee menggelengkan kepalanya. Apa yang sebenarnya masuk ke dalam jiwa anak itu, pikir Min-Hee. HoHo Myoll, Volkswagen dan sekarang kaus putih bertuliskan The Smith. Apa tidak ada tempat dan pakaian lainnya yang lebih pantas digunakan dalam sebuah kencan, pikir Min-Hee.

"Apa aku sudah terlihat sempurna?" tanya Seong-Joo sekali lagi, mencoba mencairkan suasana karena tampaknya mood Min-Hee tidak sedang bagus.

"Kau menjijikkan," sahut Min-Hee. Gadis itu tidak mengacuhkan Seong-Joo dan memilih membaca majalah di tangannya lagi

"Apa aku harus menambahkan sesuatu pada penampilanku?"

"Lepas pakaianmu!" sahut Min-Hee serius, bersambut dekapan erat tangan Seong-Joo di dada.

"Dasar mesum!"

"Apa kau bilang? Ha! Kau kira aku tertarik pada tubuhmu yang sama sekali tidak berbentuk itu? Kau tidak punya baju lain? Itu norak sekali," komentar Min-Hee seraya menutup majalah di tangannya cepat.

"Tapi The Smith itu keren!"

"Pakailah kemeja denim-mu dan jangan kancingkan bajunya. Itu terlihat lebih baik."

Min-Hee terdiam sambil memperhatikan Seong-Joo menuruti kalimatnya. Dengan denim yang melapisi kaos putih Seong-Joo, laki-laki itu terlihat sedikit lebih baik daripada penampilan sebelumnya.

"Oke kurasa penampilanku cukup baik. Sebaiknya aku pergi sekarang. Jika kau ingin pulang, kunci saja pintunya. Ingat, jangan berbuat aneh-aneh dengan Zino, jadi aku tidak perlu meninggalkan kencanku hanya karena kau menelepon."

Seong-Joo terkekeh pelan, menyambar kunci mobilnya di meja dan berlalu.

Ya, sesekali Seong-Joo membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri. Bukan begitu, Min-Hee-ya?

*

Hye-Young akan membuat pertemuan itu sesingkat mungkin. Terlebih lagi jika laki-laki itu adalah Chae Seong-Joo. Hye-Young mungkin akan meninggalkannya begitu saja. HoHo Myoll yang dimaksud si penelepon itu adalah sebuah kafe kecil yang ada di dekat Stasiun Sangsu. Pintu depan kafe bermodal pintu lipat, sepenuhnya terbuka. Dua buah meja dan kursi diletakkan di luar dengan rerumputan sintesis dan papan nama lucu bergambar kucing abu-abu, gitar dan kopi. Tidak sulit menemukan kafe lucu tersebut karena kepala Volkswagen cokelat muda terlihat jelas dari luar.

Ketika melangkah masuk, Hye-Young sudah bisa menghidu aroma kopi yang menguar di udara. Sedikit campuran karamel dan aroma manis menjadi pelengkap. Hye-Young memandang sekitar, mencari seseorang berkemeja abu-abu yang kemarin membuat janji dengannya di kafe tersebut.

Hye-Young tidak mengatakan pakaian apa yang dikenakannya, jadi mau tidak mau, dirinya harus menjadi orang yang mencari sosok penelepon misterius itu. Hye-Young berjalan lebih dalam lagi, masuk ke bagian belakang kafe. Mata Hye-Young kini terpaku pada seorang laki-laki yang duduk di sudut belakang, dekat dengan kursi berjajar yang sepertinya diperuntukkan bagi mereka yang datang seorang diri dan ingin mengerjakan sesuatu. Laki-laki itu tengah berkutat dengan ponselnya. Menundukkan kepalanya ke bawah dan membuat Hye-Young hanya dapat melihat rambutnya yang ikal kecokelatan.

Dia adalah satu-satunya pengunjung berkemeja abu-abu. Tidak banyak pengunjung sore itu, hanya sepasang wanita berusia sekitar tiga puluhan di kursi depan dan serombongan anak sekolah menengah di tengah ruangan.

"Jogiyo..." Hye-Young tidak mengerti bagaimana harus menyapa laki-laki itu.

"Oh, gadis telepon!"

"Seo-Seong-Joo-ssi..." Hye-Young membalikkan tubuhnya tepat ketika dia menyebutkan nama Seong-Joo lantang-lantang. Tubuh Hye-Young melemas, kakinya seolah tidak bisa membantu menopang beban tubuhnya lagi. Hye-Young berpegangan pada kursi ketika tubuhnya sedikit limbung.

"Nona, kau tidak apa-apa?" Seong-Joo dengan sigap menangkap lengannya, memintanya duduk di kursi.

"K-kau tidak mengenalku?"

"Tentu saja aku kenal! Kau gadis di telepon itu, aku mengenali suaramu," sahut Seong-Joo sambil memamerkan senyumnya. Senyum Seong-Joo begitu manis, bertambah manis sejak delapan tahun lalu Hye-Young mengenalnya di sekolah menengah. Napas Hye-Young tercekat ketika matanya tanpa sengaja beradu dengan mata Seong-Joo. Laki-laki itu bahkan tersenyum dengan matanya.

"Aku hanya ingin berkenalan denganmu. Kau percaya jika aku bukan orang jahat, bukan?"

Seong-Joo yang dulu dan Seong-Joo yang sekarang tidak berubah banyak. Selain bertambah tinggi dan postur tubuhnya yang semakin bagus. Seong-Joo yang dulu lebih mirip seperti laki-laki lemah yang selalu membutuhkan pembelaan. Sekarang laki-laki lemah itu sudah berubah menjadi laki-laki gagah yang kaupercaya dapat kauandalkan dalam berbagai kesempatan.

Hye-Young berkali-kali menghela napas, dadanya masih sesak. Dia tidak pernah menyangka akan bertemu dengan laki-laki itu lagi. Yang paling menyesakkan adalah, karena hal-hal yang ada di dalam diri Seong-Joo tetap tidak berubah sementara laki-laki itu bahkan tidak bisa mengingat siapa gadis di depannya.

Jangan tanyakan pertanyaan apapun pada Hye-Young lagi. Gadis itu tidak akan bisa menjawabnya. Hye-Young terpaku menatap Seong-Joo. Rindu dan rasa kecewa berkumpul jadi satu di dadanya. Yang mana yang harus dia ikuti, Hye-Young juga tidak tahu pasti.

"Akhirnya aku bisa bertemu denganmu. Kau tahu, suara aslimu ternyata lebih enak didengar ketimbang suaramu di telepon. Perkenalkan. Namaku Chae Seong-Joo."

"C-Chae...Seong-Joo?"

***

Catatan Penulis: Halo semuanya, kembali lagi sama chapter terbaru! Ditunggu vomment-nya ya. Dan jangan lupa yuk mampir ke kisah lainnya di HandiNamire99 AsmiraFhea lianurida piadevina . Ceritanya seru-seru lho!

XOXO,

Dhamala Shobita

PHONE'S REMINISCENCE (Memento Series #3)Where stories live. Discover now