Mingyu menutup kembali pintu rumah itu dan berjalan ke kamarnya.

Ia memandangi bayangannya sendiri di cermin, mengusap permukaan wajahnya.

"Ah, Kwon Soonyoung. Aku tidak bisa berkata apapun lagi soal ini. Kenapa dulu aku selalu menyamar menjadi wanita saat ke pasar?"

Perlahan sosok Mingyu berubah. Ia mengusap wajahnya lagi dan memandang pantulannya di cermin.

"Aku hanya tidak ingin dikenali. Hanya itu."

***

Bibi Kim sedang sibuk di dapur dan memasak untuk dua orang yang sedang berada di kamar.

"Sebenarnya aku ini bibinya atau pembantunya?" keluhnya menaruh wajan kotor di atas bak cuci.

Ia menaruh makanannya di atas meja makan sambil memandangi Soonyoung yang baru saja keluar dengan setelan kantornya.

"Pergilah!" usir Bibi Kim pada Soonyoung.

"Kau tidak apa-apa berada di rumah seperti ini?"

"Lagipula aku akan pergi dan menyerahkan semuanya padamu dan Jihoon. Apa kau sudah mengirimnya?"

Soonyoung mengangguk.

"Ah, baik, baik. Aku mengerti. Pergilah!"

Soonyoung mengambil sepotong roti di atas meja makan dan melahapnya. Ia tersenyum ke arah Bibi Kim.

Bibi Kim balas tersenyum ke arah Soonyoung yang berlalu pergi melalui pintu rumah itu.

Ia melirik ke kamar atas.

Jihoon pasti sedang bingung sekarang

"Jihoon-ah! Turunlah! Ayo sarapan!" serunnya berjalan menaiki tangga ke kamar atas.

Bibi Kim berdiri di depan kamar Jihoon dan Soonyoung tepat saat Jihoon sudah membukanya. Bibi Kim memperhatikan Jihoon dari ujung kepala hingga kakinya.

Jihoon menatapnya bingung sementara Bibi Kim menemukan bekas ciuman di lehernya.

Dasar Soonyoung...

"Apa yang kalian berdua lakukan semalam?" senyumnya pada Jihoon, berpura-pura menggodanya.

Jihoon memasang wajah kaget. Ia tidak tahu harus menjawab apa.

"Soonyoung baru saja berangkat ke kantor. Sarapannya akan Bibi simpan dulu. Kau sebaiknya mandi dan ganti baju dulu, Kwon Jihoon," jelas Bibi Kim menepuk pundak Jihoon dan berjalan pergi.

Bibi Kim memandang pintu depan rumah itu bingung.

"Apa yang sedang kau rencanakan, Kwon Soonyoung?"

***

Wonwoo sudah bangun sejak jam 4 pagi. Matahari bahkan belum terbit dan jam masuk kerjanya masih 4 jam lagi.

Ia menoleh ke sebelahnya, memastikan apakah Mingyu masih ada di sana.

Dan seperti sebelumnya, dia menghilang lagi.

Selalu seperti itu.

Wonwoo menghembuskan nafasnya kecewa.

Ia berjalan lunglai ke dapur dan mengambil segelas air lalu meminumnya.

Wonwoo berjalan ke depan kulkasnya seperti biasa, mengecek apa saja yang harus dilakukannya hari ini.

√ membeli ramyeon

Ya, stok makanan instannya itu sudah menipis sekarang.

√ membeli minyak

Oke, mungkin ia akan mampir ke mini market sepulang kerja.

Wonwoo hendak membuka kulkas itu saat ia melihat sebuah catatan baru di sebelahnya.

Ini bukan tulisan tangannya.

Aku harus pergi. Jangan beritahu Soonyoung, aku ke mari.
Jangan lupakan aku sampai di kehidupan yang selanjutnya...

-Kim Mingyu

Wonwoo menatap kosong ke arah catatan itu.

...kehidupan selanjutnya?

Itu hanya bercandaannya saja semalam.

Apa dia benar-benar pergi ke sana?

Ke kehidupan yang selanjutnya?

***

Dua hari sudah berlalu. Wonwoo masih belum melihat tanda-tanda kehadiran Mingyu setelah hari itu.

"Apa dia benar-benar sudah pergi?" gumamnya berjalan menyusuri jalan setapak di depan kantornya

Ia baru saja keluar dari ruangannya. Ia sangat membutuhkan udara segar dan istirahat.

Ia menoleh ke sekelilingnya dan melihat Soonyoung sedang berbaring di paha Jihoon. Jihoon mengelus kepala Soonyoung pelan

Andai saja Mingyu bersamanya sekarang...

Andai saja...

***

To be continued.

Kalo pada masih bingung...

Ywdh lah... author bisa apa... 😂😂

Happy Reading!

[√] Evening Kiss: Do you know me?Where stories live. Discover now