16. Pergi tanpa pesan.

69 7 0
                                    

"GENTAAAAA,"

Genta berdecak malas seraya menghentikan laju langkahnya, laki-laki itu berbalik menatap malas sosok Hanny yang tengah berlari kecil menghampiri nya.

Hanny mengatur nafasnya ketika telah tiba di dekat Genta. "Gue panggil dari tadi baru ngeh lo, budeg emang!" Kesal Hanny dengan sisa nafas yang masih tak beraturan akibat berlari mengejar Genta tadi.

Genta berdecak malas seraya membetulkan posisi tas gendongnya yang tersempir di bahu kanan nya.

"Apa?"

"Lo bawa mobil kan?" Hanny malah balik bertanya.

Genta tersenyum miring. "Bilang aja mau nebeng pulang,  banyak basa-basi lo,  ngak usah terlalu gengsi jadi cewek."

Hanny mendengus, jika dia tidak memerlukan bantuan Genta mana mungkin juga dia rela memanggil laki-laki itu. Salahkan saja mamanya yang tidak pernah memberi izin Hanny untuk mengendarai mobil.

"Anterin gue ke rumah Angga," ujar Hanny tanpa basa-basi.

Genta berpikir sejenak. Setau dirinya juga hari ini Angga memang absen tidak masuk tanpa keterangan.

"Lo tau gak Angga kenapa gak masuk hari ini?" bukannya menjawab Genta justru malah balik bertanya.

Hanny berdecak dengan malas. "Gue kira lo tahu, lo kan temen sekelasnya."

"Hellow, gue pikir lo yang lebih tahu. Lo kan pacarnya," Genta membalikan perkataan Hanny barusan.

Hanny mendengus. "Ishh gue pikir lo tahu, gue juga nggak tahu, orang dari kemarin Angga nggak ngabarin gue makanya sekarang gue mau minta anterin lo buat ke rumah nya. Takut nya dia sakit lagi,"

Genta mengangguk dengan malas. Toh Angga juga teman baiknya, sekalian juga dia melihat keadaan Angga karena akhir-akhir ini juga Angga sering tidak masuk sekolah dengan keterangan yang tidak jelas.

"Ya udah ayok," ujar Genta seraya melenggang pergi. Tepat di langkah ketiga laki-laki itu kembali menghentikan langkahnya, kemudian membalikan tubuh untuk menatap Hanny yang masih berdiri di tempatnya.

''Woy barbie idiot ngapain masih berdiri di sana, ayok." seru Genta.

Hanny berdecak malas jika bukan karena ia tidak memerlukan bantuan Genta, dia tidak akan pernah sudi di atur-atur oleh laki-laki.

"Pulang dulu lah gue kan harus dandan dulu," kata Hanny. Perempuan itu bahkan mengibaskan rambutnya ke belakang kemudian berjalan mendahului Genta.

Genta memutar bola mata dengan malas. "Ishh, untung lo cewek kalo bukan udah gue tonjok tuh muka." kesal Genta.

***

"Kita ke rumah papa gue dulu, lo masih ingat kan jalan nya,"

Hanny dengan begitu tenangnya berujar menginterupsi Genta. Perempuan itu dengan duduk di kursi belakang mobil dengan telinga yang tersumpal earphone berwarna putih. Hal yang membuat Genta sangat jengkel, karena laki-laki itu merasa dirinya seperti supir. Dan lihat lah si barbie idiot itu bertingkah seolah-olah seperti majikan yang dengan seenak jidat menyuruh-nyuruh nya.

"Genta woy, budeg kali lo ya." Hanny jengkel ketika Genta sama sekali tidak menyahut ucapannya.

Genta melirik Hanny dari kaca spion,  tatapan mereka saling beradu.

"Bisa nggak ngomongnya pakek tolong,  karena gue bukan pembokat lo yang bisa lo suruh-suruh seenak nya." kata Genta dengan intonasi yang mulai kesal.

"Ah ribet lo! Iya-iya, Genta tolong anterin gue ke rumah papa gue dulu." ucap Hanny dengan nada yang di buat selembut mungkin.

"Ngapain?"

Feeling✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang