9. Alasan pindah.

67 8 0
                                    

"Bibi, bukain pintu. Ada tamu tuh." jerit Genta seketika menggema di ruang tamu yang memang selalu sepi.

Tidak ada sahutan, ketukan pintu pun tidak terdengar lagi.

Genta yang memang saat itu sedang bermain playstation dengan deprok di lantai, santai-santai saja memainkan stik ketika ketukan pintu kembali terdengar.

Tanpa beralih sedikitpun dari ke asikkannya bermain, Genta kembali menjerit. "Bi, bukain pintu."

Lagi, tidak ada sahutan. Barulah Genta beranjak dari duduknya, bukan untuk membuka pintu melainkan berjalan ke arah kamar Ginny.

Genta berdecak saat melihat Ginny sedang pulas tertidur dengan earphone di telinganya, jangan lupakan wajah hantu dengan timun di mata gadis itu.

Dengan ogah-ogahan Genta berjalan ke arah pintu utama rumahnya. "Ini bibi kemana sih, ada tamu malah kelayapan."

Menghela nafas panjang, Genta mulai memegang kenop pintu rumahnya. "Cuma gue orang-orang yang emang berguna dirumah,"

Genta terbelalak kaget saat membuka pintu mendapati wanita paruh baya yang sedang berdiri di depan pintu rumahnya dengan tangan membawa piring berisikan kue, namun bukan itu yang menjadi fokus Genta melainkan wajah...

Gue kayak familiar sama wajahnya, mirip sama seseorang.

Wanita paruh baya yang pantas di panggil tante-tante itu tersenyum ramah pada Genta. "Nak, Genta ya?"

Genta tersenyum kikuk. "Iya Tan-te,"

Ini pasti tetangga sebelah nih.

Wanita itu lagi-lagi tersenyum ramah pada Genta. "Boleh tante masuk? Soalnya tante mau ngobrol-ngobrol dulu sama kamu."

Genta berhasil membelakak. Nggak ada tetangga lebih muda, seumuran sama gue gitu. Ini tante-tante agresif banget, jangan-jangan dia doyan berondong, terus mau modus sogok gue pake makanan supaya gue jadi berondong dia. Gila, amit-amit. Genta masih perawan ya Allah, jagain Genta.

"Genta, boleh nggak. Banyak yang mau tante bicarain kebetulan tante tinggal di sebelah rumah kamu."

Genta tersadar dari lamunannya, lantas mempersilahkan tante itu masuk. "Ayo masuk tante,"

Wanita itu tampak terkagum saat melihat seberapa luasnya ruang tamu, Genta dapat melihat dari mata waniga itu yang berbinar.

Keduanya duduk di sofa saling berhadapan. Genta menatap wanita itu penuh selidik, siapa tahu niatnya kesini memang mau menjadikan nya brondong simpanan.

"Kamu bisa panggil Tante dengan sebutan Tante Rose, tante tinggal disebelah sana rumah kamu tepatnya di sebelah kanan." katanya memulai perbincangan.

Genta diam saja, perasaannya mendadak ketar-ketir sendiri.

Sial, gue takut di apa-apain.

Melihat Genta yang hanya diam saja Rose -wanita itu- menyimpan piring berisikan kue di meja, lalu bicara. "Sebagai tetangga yang baik, tante sengaja bawa kue ini dan sekalian berkunjung."

Tuhkan, gue bilang juga apa.

Rose kembali melanjutkan. "Em, mana Ginny?"

Genta dibuat bingung disini. Nih tante girang bin agresif ternyata nggak ngincer gue doang, Ginny juga.

"Maaf?"

"Gini, Tante kesini bukan semata-mata cuma mau berkunjung aja. Tante kesini karna pengen lihat kalian berdua anak-anak dari Ghina sama Gibran,"

Feeling✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang