Chapter 27 - Just a dream

Start from the beginning
                                    

"Aku disini, Ken"

Bahkan ia berbicara? Apa aku ini sudah gila?

Tubuhku terlalu lemah, meskipun aku masih ingin memeluknya. Kemana hilangnya semangat dan energiku yang kuat itu?

"Kendra?" Aaron menangkapku tubuhku yang nyaris terjatuh, ia kemudian membaringkanku kembali ke kasur dengan pelan.

"Jangan pergi, Aaron! Aku mencintaimu, jangan pergi, kumohon!" Aku meraih tangannya, entah kenapa kata itu keluar dari mulutku begitu saja.

Tapi yang jelas aku tidak akan membiarkannya pergi kemana-mana lagi.

Meskipun suaraku serak, kurasa Aaron bisa mendengar dengan jelas apa yang kuucapkan barusan. Please, jika ini mimpi, aku ingin berada disini saja.

"Aku tidak akan kemana-mana," Ucapnya lagi. Aaron duduk disampingku di ujung kasur tempatku berbaring.

"Kendra!" Dad dan mom datang.

Aku berusaha bangun kemudian duduk lalu mereka langsung datang dan memelukku dengan erat.

"Kalian lihat Aaron? Dia disini." aku melepaskan pelukan mereka dan menarik lengan Aaron.

"Tentu saja, sweetheart!" jawab mereka.

Ada apa ini? Memangnya bisa kenyataan terbalik seratus delapan puluh derajat? Ini bukan mimpi kan?

Kini aku dapat merasakan bahwa tidak ada lagi suasana yang menekan seperti beberapa hari yang lalu, memangnya apa saja yang terjadi saat aku tertidur?

"Katakan sesuatu, Aaron! Apa aku mimpi lagi?" Aku mengguncang tubuh Aaron, meskipun aku tidak punya lagi tenaga untuk itu. Aku menatapnya, tak ku sangka aku sudah sangat merindukan mata biru keabuan itu.

"Lagi? Kau terus memimpikanku, huh?" Guraunya.

Semua orang disana terkekeh, kecuali aku, satu-satunya yang terlihat kusut dan masih linglung.

"Aaron!" lirihku, aku memeluk lagi Aaron yang sedang duduk menyamping disampingku dengan erat.

"Lihatlah dia! Langsung sehat kembali" ledek dad.

"Tapi, bagaimana bisa?" Aku terlalu senang sehingga mengabaikan kedua orangtuaku lagi.

"Jika aku yang membawa pesawat itu, hal ini tidak akan terjadi. Ceritanya panjang, nanti kuceritakan semuanya padamu," jelas Aaron.

Aaron begitu manis, apa mungkin ia melakukan semua itu hanya karena dad dan mom ada disini?

Dad berdeham, ia menggandeng mom dan hendak melangkah keluar dari ruangan, "Kami akan pergi mengurus administrasinya dulu," Ucap mereka.

Setelah melihat mereka meninggalkan ruangan, aku kembali memeluknya, aku tidak akan peduli lagi apa yang akan Aaron pikirkan.

Aku terlalu merindukannya.

"Kau bilang kau mencintaiku?" Bisiknya di dekat telingaku, membuatku merinding setengah mati.

Aku melepaskan pelukan itu lalu terkekeh, "Aku? Hmm, kurasa t--" Ucapanku terpotong saat ia mulai mencium bibirku.

Oh, yang benar saja, ini titik kelemahan terbesarku.

Kendra sadarkan dirimu! Kau barusan menyangkal soal pernyataan cinta itu dan sekarang kau malah menikmati dan membalas ciumannya.

Aku sengaja menjauhkan diriku, Aaron langsung sadar dan menghentikan ciuman itu.

"Kau kenapa, Aar?" Tanyaku ragu.

"Mencium istriku," Sahutnya dengan raut wajah yang datar.

Wah, aku masih saja kagum dengan dirinya yang bisa mengatakan hal-hal seperti ini dengan mudah dan dengan wajahnya yang begitu datar.

Tiba-tiba saja suatu hal terlintas dipikiranku "Jangan lupa dengan perjanj--"

"Lupakan perjanjian bodoh itu!" Sela Aaron sembari tersenyum miring.

Apa yang membuatnya begitu baik padaku? Oh tidak, jantungku berdegup kencangnya bukan main.

"Kau akan menyesalinya," Tukasku.

Apa kepalanya habis terbentur hebat? Ada apa dengan sikapnya ini?

"Tidak."

Huh, kenapa wajahnya selalu saja datar?
Aku menyipitkan mataku, menatapnya intens mencoba mencari apa maksudnya dibalik semua ini.

Jangan terlalu lama menatapnya, Ken. Kau bisa hilang akal nanti, "Kau pasti akan menyesalinya," tegasku sekali lagi.

"Tidak akan," Jawabnya.

"Kau tahu, kan? Aku bisa saja menerkammu habis-habisan," Godaku.

"Silahkan saja."

TBC
👑

✅ A Missing PartWhere stories live. Discover now