Extra Part II

7.7K 711 27
                                    

"Ayaahhhhh!" Rama menghampiri sang ayah yang baru saja pulang dari kantor, dengan sigap Iqbaal menggendong Rama dan membawanya menuju ruang tengah, di mana (Namakamu) berada.

(Namakamu) mencium tangan Iqbaal kemudian mengambil alih jas yang sudah dilepas oleh Iqbaal.

"Mau langsung mandi?" tanya (Namakamu).

Iqbaal menggeleng, "Aku mau ngobrol dulu sama Rama," ucap Iqbaal kemudian mendudukkan Rama di sebelahnya.

"Gimana sekolahnya, Ram? Rama gak nakal kan?" tanya Iqbaal dengan lembut. (Namakamu) ikut terduduk di samping kanan Rama. Mendengarkan perbincangan mereka.

Rama menatap kearah Iqbaal kemudian menggeleng, "Enggak, kok. Tadi Rama banyak ngobrol sama temen-temen,"

"Ngobrolin apa?"

"Katanya mereka punya adik, Rama mau punya adik, Yah."

Sontak (Namakamu) melotot mendengar ucapan polos Rama sementara Iqbaal tertawa renyah. Pandangan Iqbaal beralih pada (Namakamu). Menatap wajah istrinya dengan menyeringai. (Namakamu) memutar bola matanya melihat tatapan Iqbaal.

"Apa yang bikin Rama kepingin punya adik?" tanya (Namakamu).

"Temen-temen Rama bilang, kalo punya adik itu jadi rame. Kita bisa main sama adik. Rama bosen sendirian terus. Di sini Rama gak ada temen." jawab Rama

Iqbaal mencium puncak kepala Rama dengan sayang kemudian mengalihkan pandangannya kearah (Namakamu) dengan alis yang ia naikkan sebelah, "Gimana? Bersedia ngasih adik buat Rama?" tanya Iqbaal.

(Namakamu) melotot mendengar pertanyaan Iqbaal. Pipinya serasa memanas. Dengan segera ia meninggalkan keduanya menuju kamar dengan alasan ingin menaruh jas Iqbaal yang belum sempat ia taruh di dalam kamar.

Iqbaal terkekeh melihat kelakuan (Namakamu) yang terlihat salah tingkah karena ulahnya. Pandangannya beralih kearah Rama kemudian mencium pipi putranya itu, "Nanti ayah usahain buat kasih kamu adik, yaa. Tapi sabar. Karena bikin adik itu prosesnya gak sebentar, agak lama." ucap Iqbaal. Rama mengangguk polos membuat Iqbaal terkekeh melihatnya.

**

Iqbaal memasuki kamarnya. Terlihat (Namakamu) yang kini tengah merapihkan pakaian yang baru selesai disetrika agar segera dimasukkan ke dalam lemari. Khusus untuk ini, (Namakamu) tidak pernah menyuruh asisten rumah tangga yang melakukannya.

(Namakamu) melirik sekilas kearah Iqbaal kemudian kembali pada aktivitasnya, "Kamu mandi, gih. Nanti keburu sore." suruh (Namakamu) tanpa mengalihkan pandangannya kearah Iqbaal. Perempuan itu masih sibuk dengan aktivitasnya.

Iqbaal tersenyum kecil kemudian berjalan memasuki kamar mandi tanpa berbicara apapun. (Namakamu) menatap punggung Iqbaal dengan lesu.

Ia menghembuskan nafasnya kemudian segera menyelesaikan tugasnya, karena setelah itu ia harus membuat makanan untuk makan malam keluarga kecilnya itu. Tapi sebelumnya, dia menyempatkan diri membuatkan teh hangat untuk Iqbaal, supaya setelah Iqbaal selesai mandi, laki-laki itu merasa kembali hangat karena teh buatannya.

20 menit kemudian, akhirnya Iqbaal selesai mandi dan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menggantung di lehernya. Sesekali ia mengeringkan rambut yang masih basah menggunakan handuk tersebut. Tatapannya beralih ke penjuru kamar, kemana (Namakamu)? Pikirnya.

Namun, bibirnya seketika menyunggingkan senyum setelah melihat secangkir teh yang masih panas. Terlihat dari asap yang masih mengepul keudara. Disaat yang bersamaan, Iqbaal merasakan hidungnya mencium bau harum masakan. Tidak salah lagi, sudah pasti (Namakamu) tengah menyiapkan masakan untuk makan malam. Ingin sekali ia menghampiri istrinya itu, sekedar membantu atau memperhatikan gerak-gerik istrinya ketika tengah memasak. Namun, tugas pekerjaannya terlalu menumpuk hingga akhirnya Iqbaal memilih untuk menuntaskannya dan terduduk di sofa yang terletak di kamarnya. Tak lupa ditemani dengan secangkir teh buatan istrinya.

All I Ask.. ✔Where stories live. Discover now