8

8.6K 720 14
                                    

Happy reading!

Suasana sarapan beberapa hari ini terlihat berbeda dari biasanya. Seperti yang terjadi saat ini, itu dikarenakan adanya (Namakamu) di antara mereka. Iqbaal terduduk di meja makan dengan wajah sedikit lesunya. Membuat Rike menatap Iqbaal heran.

"Kamu kenapa, Baal?" tanya Rike membuat Herry dan (Namakamu) juga menatap kearah Iqbaal.

(Namakamu) menatap sekelilingnya. Seperti ada yang kurang. Ah, yaa. Dimana Zidny?

"Zidny mana, Baal?" tanya (Namakamu) seraya menatap wajah Iqbaal. Namun yang ditatap tak menatap balik. Hanya menggeleng dan menjawab bahwa Zidny berada di kamar. Iqbaal juga memberikan alasan bahwa Zidny tidak mengikuti sarapan karena perempuan itu yang tiba-tiba tak enak badan. Mungkin merindukan Iqbaal.

Sudah satu minggu setelah Iqbaal menikah 'lagi', Zidny tidur sendiri saat malam. Kalian pasti sudah tahu alasannya, kan? Karena Iqbaal tertidur dengan (Namakamu).

"Yaudah, kamu cepet sarapan. Abis itu berangkat," ucap (Namakamu) lembut kemudian menyiapkan sarapan untuk Iqbaal. Iqbaal menghela nafasnya. Jika boleh, ia ingin untuk tidak bekerja hari ini. Ia ingin berada di samping Zidny. Ia begitu mengkhawatirkan Zidny karena hampir satu minggu ia sedikit mengabaikan Zidny.

Selesai sarapan, Iqbaal bersiap untuk berangkat kekantor. (Namakamu) membantunya, seperti menyiapkan jas dan juga tas kantornya. Iqbaal harus buru-buru berangkat karena ada meeting mendadak di kantor. Jadi, ia tak sempat untuk pamit dengan Zidny.

"Hati-hati," ucap (Namakamu) tersenyum tulus kearah Iqbaal. Iqbaal hanya tersenyum tipis dan melepaskan tatapan mata mereka. (Namakamu) hanya bisa tersenyum getir.

"Tolong suruh Zidny untuk sarapan, yaa. Aku gak mau dia telat makan, apalagi sampe sakit." itulah yang selalu Iqbaal ucapkan setiap ingin berangkat menuju kantor.

Tangan Iqbaal terangkat untuk mengelus puncak kepala (Namakamu) dengan manis. Ini Iqbaal lakukan untuk yang pertama kalinya. Membuat senyum getir (Namakamu) berubah menjadi senyum mengembang.

"Yaudah, kalo gitu aku berangkat." ucap Iqbaal kemudian menurunkan tangannya. Dan berjalan menuju mobil.

(Namakamu) tersenyum mendapat perlakuan seperti itu terhadap Iqbaal. Mungkin itu hanya perlakuan yang biasa. Tapi sungguh luar biasa bagi (Namakamu). Mengingat sikap dingin Iqbaal terhadapnya setelah mereka menikah.

(Namakamu) kembali masuk kedalam rumah. Ia harus menjalankan apa yang Iqbaal minta. Membuatkan bubur untuk Zidny yang tengah sakit. Kali ini, dia membuatnya dengan hati yang riang.

30 menit membuat, bubur itu sudah jadi. Dan ia akan mengantarkannya menuju kamar Zidny—dengan Iqbaal.

Zidny hanya terdiam seraya menyandarkan punggungnya di sandaran ranjang. Tatapannya kosong. Akhir-akhir ini ia merasa tubuhnya lemah. Pikirannya kacau.

Bahkan Zidny menghiraukan (Namakamu) yang sudah terduduk di hadapannya. Terus menatap lurus dengan kosong.

"Zid, sarapan dulu yaa. Biar kamu sehat,"

Zidny menggelengkan kepalanya.

"Zid, ayolah. Ini Iqbaal yang minta," ucap (Namakamu) lembut. Mendengar nama Iqbaal disebut, sontak membuat Zidny menatap wajah (Namakamu) dengan tatapan bertanya. Benarkah?

(Namakamu) mengangguk untuk meyakinkan. Dan akhirnya, Zidny pun mau untuk memakan sarapannya. Dibantu oleh (Namakamu). (Namakamu) tersenyum tipis melihat keadaan Zidny yang semakin tak baik saat ini.

"Zid, aku minta maaf," (Namakamu) menundukkan kepalanya membuat Zidny menatap (Namakamu) heran.

"Untuk apa?" tanya Zidny. Suaranya terdengar begitu parau dan lemah. Tangannya terangkat untuk menyentuh dagu (Namakamu) lembut. Membuat (Namakamu) terpaksa harus mendongakkan kepalanya.

All I Ask.. ✔Where stories live. Discover now