2

9.3K 772 7
                                    

"Assalamu'alaikum" ucap ketiga manusia yang berada di balik pintu. Membuat wanita paruh baya yang berada di dalam rumah segera berjalan cepat menuju ke pintu.

Bibirnya membentuk senyum setelah pintu terbuka. Menampakkan anak dan menantunya, serta satu gadis yang terlihat tak asing. Namun ia lupa.

"Wa'alaikumussalam, Iqbaal sama Zidny udah pulang, ya?" kemudian pandangannya beralih pada gadis yang berdiri di samping Zidny, "Kayak kenal, deh"

"Dia (Namakamu), Bund. Baru aja pulang dari Amerika. Aku sengaja ngajak dia kesini supaya ketemu sama Bunda," ucap Iqbaal memberikan penjelasan.

Rike menatap (Namakamu) dengan sumringah, tak menyangka dengan perubahan gadis itu yang begitu drastis. "Yaampun, yaudah masuk, yuk" ajak Rike menyuruh ketiganya untuk masuk.

"Kamu istirahat aja, yaa. Nanti aku nyusul," ucap Iqbaal pada Zidny. Zidny mengangguk nurut dan melenggang pergi menuju kamar setelah mendapat kecupan hangat dari Iqbaal tepat di keningnya.

Sementara Iqbaal langsung berjalan menuju dapur, menyiapkan minuman untuk (Namakamu) dan bundanya yang tengah berbincang di ruang tamu.

"Kamu apakabar, sayang? Yaampun udah berapa lama bunda gak ngeliat kamu," ucap Rike begitu antusias membuat (Namakamu) terkekeh renyah melihatnya.

"Alhamdulillah aku baik, Bund. Bunda sendiri gimana?" tanya balik (Namakamu) pada Rike. Berucap dengan tutur kata yang lembut.

"Baik juga. Gimana di Amerika? Bunda sempet takut loh pas tau kamu bakal tinggal di Amerika. Secara, negara Amerika itu negara yang paling bebas," ucap Rike

"Bunda tenang aja, aku kan bisa nyesuaiin hidup dan pergaulan aku,"

Saat tengah asyik berbicang, Iqbaal datang dengan membawa minuman untuk (Namakamu) dan bundanya, "Maaf yaa, aku bikinnya agak lama,"

"Iyaa, nggak pa-pa. Makasih yaa, Baal" ucap (Namakamu) tersenyum manis. Iqbaal ikut tersenyum dan mengangguk.

Iqbaal ingin beranjak pergi, namun Rike segera menghentikan langkahnya membuat Iqbaal kembali menatap bundanya, "Kamu mau kemana?" tanya Rike

"Ke kamar"

"Jangan dong. Temenin bunda sama (Namakamu) ngobrol dulu,"

"Maaf bund. Tapi kasian Zidny, dia udah nunggu aku di kamar," tolak Iqbaal secara halus. Mencoba untuk memancarkan wajah melasnya.

(Namakamu) tersenyum tipis, "Udah Bund gapapa, kan aku bisa ngobrol sama Bunda," ucap (Namakamu) kemudian tersenyum menatap Iqbaal, "Gih, kasian Zidny udah nunggu,"

Iqbaal mengangguk dan berjalan dengan langkah yang sedikit berat. Pandangan (Namakamu) beralih pada Rike. Wanita itu memasang wajah murung secara tiba-tiba.

"Bunda kenapa?"

Rike melirik (Namakamu) sekilas kemudian menggeleng seraya tersenyum tipis, "Bunda kasian sama Iqbaal. Udah 2 tahun menikah tapi sayangnya, Zidny gak bisa memberikan Iqbaal keturunan,"

(Namakamu) hanya diam. Tak memberikam komentar apapun karena dia sudah mengetahui hal itu. Bahkan langsung dari orangnya.

"Seminggu yang lalu, Zidny operasi. Tapi itu gak menghilangkan semua kankernya, karena sudah menyebar hampir keseluruh tubuh Zidny. Bunda nggak tega, tapi bunda juga punya keinginan. Bunda punya pengharapan dari pernikahan mereka. Tapi sayangnya, harapan bunda nggak bisa terwujud," lirih Rike membuat (Namakamu) merasa kasihan. Rike pasti menginginkan Iqbaap untuk segera menginginkan cucu. Orangtua mana yang tidak menginginkan anaknya untuk mempunyai keturunan? Sudah pasti semua orang tua menginginkannya.

All I Ask.. ✔Where stories live. Discover now