Tangan Iqbaal mengelus rambut (Namakamu) dengan lembut. Sesekali membisikkan kata manis yang mungkin saja akan membuat (Namakamu) lebih tenang.

"Kamu masih sayang sama aku, kan?"

(Namakamu) mengangguk dalam dekapan Iqbaal. Iqbaal tersenyum bahagia kemudian mengecup puncak kepala (Namakamu). Kembali mengeratkan dekapannya dengan penuh kasih sayang agar (Namakamu) selalu nyaman saat berada di sampingnya.

Jangankan diberikan kehangatan seperti ini, diberi tatapan dingin bagai es di daerah kutub sekalipun, (Namakamu) akan tetap mencintai Iqbaal.

Iqbaal melepaskan dekapannya, mengecup kening (Namakamu) dengan tempo yang lama, sambil mengelus rambut belakang gadis itu.

Iqbaal melepaskan kecupannya, kemudian menatap gadis itu, "Aku lapar, makan yuk." ajak Iqbaal menatap wajah (Namakamu) dengan senyum manis.

(Namakamu) berpikir sejenak kemudian mengangguk antusias. Iqbaal mengaitkan jemarinya pada jemari (Namakamu) dan menarik gadis itu menuju salah satu tempat makan yang ada didekat sini.

**

"Iqbaal.." lirih (Namakamu) membuat Iqbaal memutar wajahnya agar dapat menatap gadis itu. Memandang (Namakamu) dengan penuh tanya.

Kini keduanya sudah berada di kamar mereka. Iqbaal menyandarkan tubuhnya di dinding, di sampingnya terdapat kaca besar yang menampakkan keadaan Jepang saat malam seperti ini. Begitu indah

"Kenapa?"

(Namakamu) hanya menggeleng ragu membuat dahi Iqbaal mengerut. Apa yang ingin dikatakan (Namakamu) sebenarnya?

"Ada apa?" tanya Iqbaal dengan lembut. Jarak mereka memang tidak jauh, hanya satu meter.

"Kam-u.." (Namakamu) menggantungkan kalimatnya. Sebenarnya, ia hanya ingin memastikan ucapan Iqbaal saat di taman tadi. Apakah Iqbaal benar-benar kembali mencintainya, atau hanya sebagai pemanis pernikahan mereka?

"Kamu beneran cinta sama aku?" tanya (Namakamu) menatap Iqbaal ragu kemudian langsung menundukkan wajahnya karena takut akan jawaban yang Iqbaal berikan.

Sementara Iqbaal tersenyum kemudian mengangkat tangannya, memberi aba-aba agar (Namakamu) mendekat kearahnya, "Sini deh,"

(Namakamu) hanya menurut dan mendekat kearah Iqbaal, hingga jarak mereka tinggal 2 langkah. Iqbaal menarik lengan (Namakamu) agar semakin mendekat membuat jarak di antara mereka semakin terkikis. (Namakamu) sedikit mendongakkan kepalanya agar dapat melihat wajah Iqbaal. Rasanya, ia sudah lama sekali tidak melihat Iqbaal dengan jarak sedekat ini.

"Kamu masih kurang yakin?" tanya Iqbaal, tangan dinginnya terangkat untuk mengelus pipi (Namakamu) membuat gadis itu tersentak karena sedaritadi ia melamun, "Apa perlu aku ngomong sekali lagi supaya kamu percaya?" tanya Iqbaal menatap (Namakamu) tepat di bolamata nya membuat (Namakamu) refleks menggeleng.

"Atau kamu butuh bukti?" tanya Iqbaal lagi semakin membuat (Namakamu) terdiam.

Iqbaal semakin mendekatkan jaraknya, "Aku bakalan buktiin,"

Dahi (Namakamu) mengerut, mendadak ia gagal paham dengan ucapan Iqbaal, "Buktiin apa?"

Iqbaal tersenyum jahil dan langsung menggendong (Namakamu) ala bridal, berjalan mendekat menuju ranjang. Gadis itu memekik kaget karena perlakuan Iqbaal.

"Buktiin kalo sekarang aku cinta sama kamu."

Bruk

Keduanya terjatuh di atas ranjang dengan posisi Iqbaal yang berada di atas (Namakamu). Sementara gadis itu sedikit meringis karena tubuh bagian belakangnya menghantam kasur. Meski tidak sakit, tetap saja ia merasa jantungan. Ditambah lagi posisinya seperti ini.

"Mau tau caranya?" tanya Iqbaal

"G-gimana?" seketika (Namakamu) menjadi gugup, jantungnya berdebar sangat cepat dari biasanya.

"Kita kasih oleh-oleh yang bunda mau,"

(Namakamu) menahan nafas setelah mendengar ucapan Iqbaal. Setelah itu, lampu yang di jadikan penerangan di kamar ini mendadak mati. Sudah pasti karena ulah Iqbaal.

**

(Namakamu) meletakkan minuman hangat yang ia buatkan untuk Iqbaal di atas meja kecil kemudian terduduk di samping Iqbaal. Hening begitu mendominasi karena tidak ada yang memulai pembicaraan.

Suasana pagi ini terlihat sangat canggung sekali. Mungkin karena kejadian semalam yang membuat mereka seperti ini.

Ponsel Iqbaal berdering, menandakan bahwa ada panggilan masuk. Iqbaal mengambil ponselnya dan melihat nama sang bunda yang tertera di layar ponselnya.

"Halo, Assalamu'alaikum," ucap Iqbaal setelah mengangkat telponnya. (Namakamu) hanya mampu memperhatikan Iqbaal dari samping.

"Wa'alaikumussalam, Iqbaal gimana kabar kamu?"

"Aku baik kok, Bund. Bunda gimana?"

"Syukurlah, bunda baik kok. (Namakamu) gimana?"

Iqbaal melirik sekilas kearah (Namakamu) kemudian tersenyum, "Dia baik kok. Sekarang, lagi di samping aku," jawab Iqbaal.

"Bund.."

"Yaa?"

"Eum.. Zidny gimana kabarnya?"

"Zidny.. Baik kok, udah dulu yaa. Bunda cuma mau mastiin keadaan kalian aja. Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumussalam,"

Sambungan terputus membuat Iqbaal menghembuskan nafasnya dan meletakkan ponselnya di atas meja kecil.

"Bunda yang telpon?" tanya (Namakamu) membuat Iqbaal memalingkan wajahnya kearah (Namakamu) kemudian mengangguk.

"Iyaa, cuma nanyain kabar aja." Iqbaal mengusap puncak kepala (Namakamu) diiringi dengan senyum tipisnya.

"Mending minum dulu," ucap (Namakamu) memberikan gelas minuman yang tadi ia buat kehadapan Iqbaal. Iqbaal langsung menerimanya,

"Makasih, yaa" ucap Iqbaal kemudian meminum minuman tersebut dengan perlahan.

Selesai meminumnya, Iqbaal meletakkan gelas tersebut di atas meja. Memalingkan wajahnya kearah (Namakamu). Menatap wajah perempuan itu seksama. (Namakamu) yang diperhatikan dengan Iqbaal hanya bisa tersenyum. Senyum yang memberikan kenyamanan tersendiri untuk Iqbaal.

Iqbaal menarik kepala (Namakamu) agar bersandar di pundaknya. (Namakamu) hanya menuruti perintah Iqbaal dan memejamkan matanya merasakan tangan Iqbaal dengan lembut mengelus kepalanya.

"Makasih.." Iqbaal mengecup puncak kepala (Namakamu) dengan tempo yang cukup lama.

Alis (Namakamu) terangkat karena mendengar ucapan Iqbaal. Namun, tak ingin merusak momen, ia hanya terdiam dan merasakan apa yang sedang terjadi.

💫💫💫

Cintaku kembali, semoga ini berlangsung lama. Tidak sementara.


17/07/2017
Revisi
13 April 2018

All I Ask.. ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang