2.5

9 0 0
                                    

•°• Rasanya pupil mata hitam pekat itu memiliki daya magis untuk membuatku menyerah pada tatapannya •°

*

Rendesvouz

*

EMOSI MENINGKAT SEIRAMA dengan gerakan refleks tubuhku yang segera menunduk, menghindari anak panah yang melesat. Mataku pun mengikuti tempat anak panah mendarat. Betapa terkejutnya bahwa ternyata sasarannya adalah seekor serigala yang sedang melompat hendak menerkamku. Aku melongo tak percaya ke arah gadis tak berekspresi itu. Tak menyangka prediksiku salah.

Tapi aura pembunuhnya tak mungkin salah.

Rasa penasaran terus meluap sampai hampir mendobrak bendungan kesabaran. Kini ia memasukkan serigala itu ke dalam kantung dan menyeretnya.

"T-tunggu!" teriakan serak terhantarkan oleh angin dingin hingga sampai ke pendengarannya. Mustahil kalau ia tak mendengarku, kecuali ia tuli.

Tapi realita memang kejam. Ia terlampau acuh. Berhenti melangkah pun tidak. Maka dengan geram, aku berlari tergopoh-gopoh seraya berteriak untuk mencapai dirinya.

"HEI!!" Kakiku berkali-kali tenggelam ke dalam dinginnya salju. Tapi tak mengapa, aku tak peduli lagi.

"KAU TULI, YA!" Pita suaraku semakin perih bersamaan dengan langkah kaki yang semakin berat. Beruntung gadis itu tak berjalan semakin cepat.

"Hosh.. Hosh.. H-hei.. aku memanggilmu, bodoh," bisikku begitu sampai di sampingnya. Tapi percayalah, ia sama sekali tak menganggap keberadaanku. Jadi, kuikuti saja dia. Jujur saja, dari jarak sedekat ini, ia tampak semakin rupawan. Kalau kau menemuinya, mungkin kebanyakan dari kalian akan setuju kalau wajahnya seperti hasil visual grafik komputer atau.. barangkali seorang peri.

Tiba-tiba ia melangkah perlahan, dan bersiul. Kemudian berhenti dan menanti. Dari kejauhan, tampaklah segerombolan anjing siberian husky yang menarik kereta salju.

Ah, jadi itu kendaraannya. Konyol. Ia terkesan seperti Santa Claus bodoh.

Begitu mereka sampai, gadis itu langsung membawa dua kantung besar ke bagian belakang keretanya. Selagi mengikat kantung-kantung itu dengan tali, aku melompat ke bagian depan kereta.

Setelah selesai dengan urusannya, ia duduk tepat di sampingku. Tanpa menghiraukanku, ia memberi aba-aba hingga akhirnya delapan siberian husky berlari secepat mungkin.

Belasan menit berlalu, kini kami telah sampai ke tempat yang tak pernah kudatangi sebelumnya.

LABORATORIUM PENELITIAN

DISTRIK 5


Kalimat tersebut terpampang jelas di atas gerbang hitam. Kautahu, aku bahkan tak pernah mendengar akan adanya laboratorium di distrik ini. Pulau ini terpencil dan berbahaya. Hanya ada pepohonan, pabrik kayu, dan pondok. Charlotte atau pun Paman Chuck tak pernah menceritakan bangunan lain. Lalu untuk apa sebuah laboratorium didirikan?

Seorang pria berbadan besar dan tegap, berjalan keluar dari pos di samping gerbang. Ia membukakan gerbangnya, untuk kemudian kami masuki. Matanya memicing saat melihatku.

"Apakah dia sampel barumu, Nona?"

"Mungkin," jawab gadis di sampingku dengan ekspresi dingin. Auranya terasa aneh hingga membuatku bergidik setiap ia berbicara.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 03, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

R E T R O G R E S IWhere stories live. Discover now