1.5

20 2 0
                                    


•°• Emosi dikodratkan pada kita bukan untuk dipakai serampangan.•°•

[RETROGRESI TAHUN KELIMA]

[ }{ ]

AKU MENGIKUTI MATANYA yang menatap langit biru. Jari telunjuknya mengarah ke salah satu awan sirus yang membentang di cakrawala.

"Kenapa bintang menghilang saat siang hari?"

"Bintang-bintang itu masih di sana. Tapi cahaya bintang tersamar dengan sinar matahari yang begitu terang,"

"Salah. Tapi karena mereka mereka diculik oleh alien!" Ia memberi tatapan mengintimidasi lalu tertawa renyah. Kemudian aku membiarkannya meracau tentang temannya yang selalu menceritakan dongeng putri salju.

Aku tersenyum samar dan memainkan kedua betisku di kolam renang. Membuat molekul-molekul kecil beterbangan ke permukaan.

Akhir musim panas kali ini kuhabiskan di pekarangan rumah Micah. Rumah yang bagiku sudah seperti kastil. Sebab berbanding jauh dengan rumahku yang terlampau biasa.

Di selatan ada kolam kecil dengan ikan koi yang membuka dan mengatupkan mulutnya setiap saat. Rerumputan hijau yang rutin dipangkas rapi memenuhi separuh pekarangan. Berbagai jenis tanaman hias dan pohon berbatang besar mendiami sisi-sisi pekarangan. Kursi dan meja kayu di sana menjadi tempat favorit mereka untuk pesta barbeque. Terbentang di hadapan kami adalah satu kolam renang yang dirancang dengan kedalaman 0,5 meter sampai 2 meter. Aku mengetahuinya dari angka yang tertera di pinggir kolam.

Di sampingku adalah saudara Micah yang kini menuntutku untuk menceritakan sesuatu. Walau aku menggeleng, namun itu tak cukup untuk mematahkan keinginannya.

Mata kenarinya berbinar-binar menatapku berharap. Aku mengamati dua pita kecil yang menghiasi rambut ikalnya seraya berpikir kisah jenis apa yang dapat membuatnya bungkam.

"Satuu cerita saja. Kumohon ..." Tangannya ia lipat seperti sedang berdoa. Gadis mungil ini terus bersikukuh. Kuharap ia tak ketakutan dengan ceritaku.

"Uhm .. Baiklah. Tapi tak ada dongeng putri yang bisa kau dapat dariku,"

"Yap. Tak masalah." Tatapannya masih berbinar. Aku menyeringai.

"Mitos mengatakan, ada pemuda yang masuk ke hutan di kaki gunung Fuji. Ia diberi pesan untuk mengucapkan suatu kata untuk orang yang ia temui di sekitar area hutan. Begitu ia mendapati seseorang, pemuda itu langsung berkata--" Gadis berpita hitam langsung memotong ceritaku. Tak kusangka ia akan melanjutkannya.

"NikuShiba. Lalu ia dibawa ke restoran dan disuguhi masakan lezat. Akhirnya ia tahu kalau daging olahan yang dimakannya adalah daging manusia yang mati bunuh diri," ucapnya dengan ekspresi horor hiperbolis. Namun dengan wajah imutnya, itu jelas membuatnya semakin lucu sampai ingin kumakan.

"Sebuah tradisi yang dijaga turun temurun. Tapi woah... Tak kusangka kautahu." Alisku terangkat sebelah sambil tersenyum miring.

Suara tapak kaki mendekat. Seorang lelaki yang menurutku tampan, mendekati wilayah kami. Pandangan kami langsung tersita olehnya.

Tidak. Bukan karena wajah tampannya, melainkan dessert yang baru saja disiapkannya. Di tangannya terdapat nampan dengan tiga cangkir transparan berisi es krim bertabur cokelat parut. Ia meletakkan nampan di atas meja. Kami pun segera duduk di kursi kayu.

R E T R O G R E S IKde žijí příběhy. Začni objevovat