Chapter 13 - Stuck in my head

Mulai dari awal
                                    

Mereka melewati perjalanan dalam keheningan, tidak ada satupun dari mereka yang mengatakan apapun dari tadi.

Kendra dari tadi hanya terus mengulangi kata 'Maafkan aku' di dalam hatinya. Ia tidak seberani itu memulai pembicaraan dengan pria yang dari tadi sedang fokus menyetir.

Sesampainya mereka, Kendra berjalan jauh di belakang Aaron. Pria pun tidak terlalu peduli dan terus saja melangkah menuju gerbang kedatangan untuk menyambut kedua orangtua Kendra.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, kedua orang itupun akhirnya muncul, ayah Kendra, Abercio. Ia tampak sangat segar, apalagi dengan kemeja hijau bermotif bunga-bunga khas Hawaii dan Olivia yang tampak cantik mengenakan topi jerami.

"Hey, anakku!" Olivia memeluknya erat.
Kendra benar-benar merindukan kedua orangtuanya. Sedangkan Aaron, ia sedang sibuk mendengar cerita perjalanan yang sedang diceritakan pria paruh baya itu dengan antusias.

Kini ia tahu alasan keduanya mempercepat perpindahan warisan. Mereka juga merasa lelah dan ingin menghilang dari kesibukan dunia ini sementara.

Kendra tidak yakin perjodohan mereka akan berjalan lancar-lancar saja. Ia sedikit iri melihat ayah dan ibunya saling mencintai dan saling menguatkan.

Mereka pergi bersama-sama menghilang dari kesibukan mereka, kedengarannya saja sangat menyenangkan.

"Dad" lirihnya sembari memeluk ayahnya itu. Rasa kecewanya benar-benar lenyap begitu saja saat bertemu langsung dengan kedua orangtuanya.

Setidaknya jika bukan ia yang bahagia, ia akan ikut senang melihat kedua orangtuanya bahagia seperti ini.

Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka, Aaron cukup mencolok, ia masih mengenakan seragam kerjanya sambil membawakan koper-koper besar milik Olivia dan Abercio yang dikenal sebagai CEO di kawasan ini.

Aaron terlihat sangat tampan, tapi Kendra memilih untuk menutup mata jika melihat yang satu itu.

Sampai kapanpun pria itu tidak mungkin mencintainya.

👑

Kendra's POV
Kata dad, kami akan segera menikah.

Kenapa dad harus mengatakan hal itu saat kami sedang duduk di meja makan bersama? Membuatku tambah tidak berselera saja.

Kami sama-sama membutuhkan, dia butuh jabatan yang tinggi. Dan aku perlu dia untuk menjalankan mesin uangku, bagus sekali.

Mari hidup mengikuti arus, karena punya kekuatan untuk melawannya saja aku tidak punya. Jika aku terus saja mengikuti arus seperti ini, semoga saja ada saat dimana aku dibawa ke air yang tenang. Ketika kekuatanku sudah terkumpul sepenuhnya, aku akan melawan arus berikutnya yang datang padaku.

"Ada sesuatu terjadi, bukan?" Suara dad kemudian membuyarkan lamunanku.

"Tidak, semuanya baik-baik saja" aku megelak dengan cepat, semoga saja hal itu tidak terlalu mencurigakan.

"Apa yang terjadi? Sesuatu terjadi, bukan?" Tanyanya lagi, tetapi kali ini terdengar lebih serius.

Astaga, aku tenggelam dalam lamunanku lagi dan Dad pasti mulai curiga denganku.

"Kurasa kau harus mempertimbangkan keputusan Kendra, sir" Aaron mendadak berbicara formal dengan dad.

Dengan panggilan 'sir' itu, Aaron seolah berbicara sebagai bawahan Abercio saat ini. Hal itu membuat mom dan dad memandangku heran dan menunggu jawaban dariku.

Oh tidak, aku tidak tahan lagi. Mataku pasti berair sekarang.

Aku bangkit dan pergi meninggalkan mereka, aku tidak peduli harus menangis di depan kedua orangtuaku.

Tapi aku tidak ingin terlihat lemah di hadapan Aaron, aku sudah menuduhnya yang tidak-tidak tapi sekarang malah aku yang menangis.

Sialnya, kenapa Aaron malah menyusulku? Kenapa aku tidak pernah sekalipun terlihat baik di depannya?

Tenanglah, Kendra. Kau mau meminta maaf, bukan? Dalam waktu yang singkat, aku berusaha mengumpulkan keberanian dan berbalik menatapnya.

"Tenang saja, aku tidak akan bilang apapun pada mereka" Tukasku. Tidak lupa memberi senyuman manis padanya.

Ya, aku mengerti, ia pasti hanya berakting didepan dad dan mom seolah-olah ia menghargai keputusanku, padahal tidak.

Sial, disaat begini aku malah memikirkan tentang harga diri. Maaf Aaron, aku terlalu egois. Minta maaf-nya lain kali saja.

"Aku hanya ingin tahu bagaimana pendapatmu" Ucapnya, tatapannya masih saja datar dan dingin, seperti biasanya.

Aku masih terikat dengan sumpahku sendiri, pendapatku mungkin tidak penting lagi.

"Baiklah, ayo menikah! Mari kita tampak selalu baik-baik saja didepan mereka," Jawabku sedang berusaha memamerkan senyuman palsu.

Ya, lebih baik begitu. Cukup aku saja yang tidak bahagia, karena mereka berdua pantas bahagia.

TBC
👑

✅ A Missing PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang