Chapter 17 : Revealed (4)

1.2K 127 178
                                    


Sakura's POV

Ck. Kenapa mama dan papa tidak mengangkat teleponku?

Aku harus memberi tahu semua tentang Sasori sekarang. Aku tidak peduli bagaimana nasibnya selanjutnya. Intinya aku sangat sakit hati dengan semua kenyataan ini.

Bagaimana bisa?

Bagaimana bisa ia menyembunyikan hal sebesar ini dari semua orang? Membiarkan Sasuke yang sebenarnya tidak bersalah menerima perlakuan tidak menyenangkan dari orang-orang yang bersangkutan.

Aku benar-benar tidak menyangka. Ini semua diluar dugaan. Sangat diluar ekspektasiku. Aku sama sekali tidak pernah membayangkan kalau ini semua berhubungan dengannya.

Sasori menghancurkan hidupku.

Menghancurkan hidup adik kandungnya sendiri.

Demi kepentingan pribadinya.

Oke, aku bisa menoleransi jika ia melakukan itu untuk wanita yang dicintainya. Terutama wanita itu sedang mengandung. Tapi setidaknya ia bisa memberi tau padaku dengan baik. Ia bisa meminta tanpa membuat rencana brengsek yang menghancurkan hidupku. Dan hidup Sasuke juga.

Bicara tentang Sasuke. Semuanya. Aku benar-benar menyesal sekarang.

Ternyata ia tidak bersalah.

Sama sekali tidak bersalah.

Jika ia bisa dikatakan bersalah pun. Kesalahannya tidak ada bedanya dengan kesalahanku. Kami sama-sama dijebak dalam sebuah tragedi bernama perselingkuhan.

Aku dan Gaara.

Sasuke dan Shion.

Sasuke sudah tau semuanya. Bagaimana kejadian aku dan Gaara pada malam itu. Semuanya. Seperti yang ia lihat. Kami memang, ya begitu, mmm, seperti yang Sasuke katakan. Semuanya benar.

Gaara.

Dia pria baik hati yang meminjamkan uang padaku ketika tiba-tiba kartu kreditku terblokir dan uang dalam dompetku semuanya lenyap. Sekarang aku mengerti kenapa hal itu terjadi. Karena Sasori. Itu perbuatannya. Semuanya disengaja agar aku bisa kenal dengan Gaara. Dan memang diawal perkenalan, pria itu dapat memberikan kesan manis. Lewat senyumnya, tatapan hangatnya, perhatiannya, gesture tubuhnya, semuanya. Dengan tujuan membuat hatiku luluh.

Pertemuan yang kukira tidak sengaja padahal sangat sengaja itu, sempat terulang beberapa kali.

Dan pasti tanpa ada Sasuke.

Entah itu di cafe, di mall, di club atau dimanapun aku akan bertemu dengannya.

Dan setiap kali kami bertemu. Ia selalu mencurahkan perhatiannya. Tatapannya seolah mengatakan kalau ia menginginkanku. Tapi aku tidak menggubris itu semua. Aku tidak peduli.

Karena saat itu, Sasuke masih ada disini. Dihatiku.

Dan supermarket adalah tempat pertama aku dan Sasuke bertemu dengan Gaara. Seperti layaknya seorang teman kami saling menyapa dan mengobrol. Sedangkan Sasuke? Saat itu ia memang punya hak untuk cemburu. Aku merasakan hal itu. Hawa menyeramkan yang menguar dari dua orang disekitarku. Dan dari senyum licik yang sekilas ku lihat waktu itu, seharusnya aku curiga dengan Gaara. Mungkin senyum licik itu ditujukan pada Sasuke, sehhingga Sasuke melarangku berteman dengan Gaara sejak hari itu. Dan Sasuke memang mengatakan kecurigaannya terhadap Gaara. Tapi, aku hanya seorang gadis 17 tahun. Ku akui saat itu aku sangat bodoh dan labil. Jadi, aku hanya mengiyakannya, tidak menganggap hal itu dengan serius.

Dan memang apa salahnya berteman? Lagipula Gaara orang yang baik.

Begitulah pemikiran polosku pada saat itu.

Real Love💞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang