"Gue ajak sekalian ke ruang mr. Raihan ya. Gue telat ngasih nih tugas.." Nadia mengangguk.

"Sekalian anterin gue pulang ya.. " pinta Nadia.

"Gampang lah.. "

Mereka keluar dari kelas dan menuju ke ruangan dosen. Mereka berpapasan dengan Fero dan Andre. Nadia tersenyum kepada mereka berdua.

"Lo dah sembuh, Nad? " tanya Andre.

"Udah kog... "

"Kog gak bareng Bara? " kini gantian Fero yang bertanya.

"Gue gak tau.. " Nadia menatap kedua nya.

"Kalo bisa lo percaya ya sama orang kayak dia. Dia sayang banget sama lo.. " ucap Andre dibalas senyuman Nadia.

"Kita duluan ya.. " Nadia langsung melangkah meninggal kan Fero dan Andre bersama Andi.

"Lo tunggu di luar aja ya! " ucap Andi.

"Iya.. " jawab Nadia.

Nadia duduk di kursi di samping pintu masuk ruangan dosen nya. Ia bersenandung kecil menyanyikan lagu kesukaan nya.

Bara lewat di depan nya dan Nadia hanya acuh tak acuh. Tak di sangka Bara berjalan ke arah Nadia dan langsung duduk di sebelah Nadia.

"Kamu dah sehat? " tanya Bara.

"Udah.. " Nadia masih tatapan ke depan nya.

"Perasaan kamu mau jadi dokter kog malah sakit sih? " Bara mulai berbasa-basi.

"Gak tau juga.. " Nadia memainkan tali tas nya.

"Kalo di ajak ngomong hadap ke orang nya.. " untung keadaan kampus sudah sepi jadi tak ada yang mendengar pembicaraan mereka.

Nadia mendengus dan menghadap ke arah Bara, "kenapa? Mau tanya lagi silahkan! "

"Kamu sakit nya gak parah kan? " tanya Bara lagi.

"Menurut kamu aja gimana? " ucap Nadia agak kesal.

"Ngegemesin banget sih .." Bara mengelus Puncak kepala Nadia.

Nadia menghindar dari tangan Bara, "biasa aja...!"

Bara hanya tersenyum dan meraih kedua tangan Nadia untuk ia genggam.

"Maafin aku ya! " Bara tersenyum menatap mata Nadia yang menyiratkan rasa sakit.

Nadia hanya diam dan melepas tangan Bara yang menggenggam tangan nya.

"Kamu buktiin dulu kalo kamu bakal serius dan gak main-main dengan hubungan ini sama orang tua aku. Buat mereka percaya sama kamu.." ucap Nadia terlihat biasa saja padahal dalam hati nya ia merasa gelisah.

"Aku bakal buat orang tua kamu percaya sama aku lagi.. " Bara tersenyum.

Pintu ruangan dosen terbuka dan menampilkan Andi yang terlihat frustasi.

"Ayok balik, Nad! " Andi sedikit melirik ke arah Bara.

"Ayok.. " Nadia berdiri dari duduk nya dan berjalan pelan ke arah Andi.

"Kaki lo masih sakit? " tanya Andi tanpa menghiraukan Bara yang masih menatap nya.

"Biasa aja.. Nama nya juga lecet ya pelan-pelan jalan nya. " Nadia mendengus kesal.

"Aku duluan.. " pamit Nadia dan langsung menggandeng Andi.

Mereka berjalan ke arah parkiran.

"Lo frustasi amat.. " ejek Nadia.

"Gimana gak frustasi, Nad. Gue suruh mijitin pak tua itu biar tugas gue di terima.."

Nadia langsung tertawa, "kasian amat hidup babang Andi.. Haha.. "

"Dah lah, lo tadi ngomong apa aja sama Bara? " tanya Andi kepada Nadia yang hendak masuk mobil Andi.

"Masuk dulu.. " Andi langsung masuk kemobil.

"Biasa, dia minta maaf.." jawab Nadia enteng.

"Pokok nya kalo dia buat lo sakit lagi, gue bakalan ngabisin dia.. " sungut Andi.

"Emang makanan apa? Kog di abisin, inget bang, dia itu manusia bukan makanan.. " Nadia memakai seat belt nya.

"Maksud nya gue langsung bikin dia babak belur.. " Andi juga memakai seat belt nya.

"Udah lah.. Yok pulang.. " Nadia menepuk pundak Andi.

"Inget Nadia, gue gak main-main sama perkataan gue. Sahabat gak bakalan sudi liat orang yang udah nyakitin sahabat nya. Lo kenal gue Nadia.. " ucap Andi.

"Iya, gue tau. Pokok nya biar Bara aja yang berjuang dalam masalah ini.. " kata Nadia.

"Jahat amat lo.. Kalo lo sayang sama dia ya jangan gitu.. " Andi mencibir.

"Lo tuh gimana sih, tadi bilang nya apa sekarang bilang nya apa? Dalam masalah ini itu orang tua gue yang bakalan nentuin.. "

"Iya iya... "














Vote and comment.

BOYFRIEND [END] ✅Where stories live. Discover now