Chapter 4 - Vacation

Start from the beginning
                                    

Ayahnya yang keras kepala jarang sekali menyerah soal sesuatu, apalagi hanya untuk ditukar dengan satu hal saja.

Abercio mengangguk pelan, menandakan bahwa ia juga setuju dengan ucapan Kendra.

Kendra ingin berteriak dan melompat-lompat mengekspresikan suasana hatinya, mengeluarkan semua yang ingin ia keluarkan, tapi Kendra berusaha tenang karena ia tahu ia sedang berada di tempat ibadah.

"Tapi kami tidak terlalu yakin, Ken," Ucap Olivia, ia tahu benar anaknya ini mungkin saja akan mengecewakan mereka.

Sebelum kedua orangtuanya berubah pikiran, Kendra segera meyakinkan kedua orang tuanya itu, "Aku bersumpah akan melakukan apapun itu," Ucap Kendra, tatapannya memancarkan tekad yang kuat dan kebahagiaan saat ini.

"Ingatlah sedang dimana kau bersumpah, nak," Ucapnya dengan seulas senyuman penuh kemenangan tersungging di bibir Abercio, Ayahnya itu.

Kendra mengangguk, lalu memeluk ayahnya. Sedangkan kedua orangtuanya itu saling menatap, tidak mengira anaknya itu bahkan bersumpah.

Seburuk itukah pekerjaan mengurus perusahaan di mata Kendra?

Kendra terus mengangguk dengan antusias, Kendra tentu saja akan melakukan apapun itu untuk bebas dari tanggung jawab perusahaan.

Bebas! Dan aku punya mesin uang sendiri.
ia tidak mampu menahan senyuman kebahagiaan yang kini mengembang.

Idaman semua orang, siapa berani menolak? Menghasilkan uang tanpa bekerja.

👑

Kendra's POVSeperti biasanya, Villa itu tidak berubah sama sekali, masih sangat nyaman dan aku masih tetap menyukainya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kendra's POV
Seperti biasanya, Villa itu tidak berubah sama sekali, masih sangat nyaman dan aku masih tetap menyukainya. Terletak jauh dari kesibukan kota dan aku menyukai pemandangan alam disini.

Sayangnya, villa itu kini terlihat sedikit berdebu karena sudah lama tidak dikunjungi.

"Dad! Apa yang kau tunggu? Ayo masuk!" ajakku, aku berteriak dan berdiri didepan pintu menunggu kedatangan dad.

Hari ini hari terbaikku, Dad menyerah soal warisan. Must have got up on the wrong side of bed, entah mimpi apa aku semalam.

Aku menatap heran dad yang masih berdiri mematung di tengah-tengah halaman kami yang luas.

Tak lama kemudian, mobil SUV Land Rover hitam berhenti disana, tepatnya berhenti tepat didepan dad.

Aku hendak berlari menghampiri dad karena khawatir. Langkahku terhenti ditengah-tengah setelah melihat seorang pria tinggi dengan baju kaos berwarna gelap, ia pasti seseorang yang masih muda, karena gayanya terlihat sangat stylish.

Saat ia keluar dari mobil hitam itu, dad segera memeluknya, dengan pelukan yang sangat akrab pula.

Dad memang punya banyak teman, tapi yang satu ini jelas berbeda, berbeda dari usia maupun perlakuannya.

Jadi, kenapa dad memeluknya? Setelah pelukan singkat itu, mereka berbincang sebentar. Mereka pasti punya semacam hubungan yang baik.

Aku menatap wajah pria tinggi itu dengan saksama. Pria itu berwajah maskulin dan tampan, Janggut tipis menyebar di sekitar sepertiga bagian bawah wajahnya.

Wajahnya tidak asing, Mereka mendekat dan berjalan ke arahku. Aku mengenalinya! Dia...
Dia pria tadi pagi! Dan aku... aku muntah...

👑
TBC

✅ A Missing PartWhere stories live. Discover now