Wonwoo merogoh kunci di tasnya dan membuka pintunya. Ia mengangkat tubuh Mingyu dan dengan sekuat tenaganya membaringkannya di ranjang.

"Hmmm..." gumam Mingyu merasakan dirinya sudah berbaring di atas ranjang.

Wonwoo dengan segera mengambil antiseptik serta kapas dan duduk di sebelah Mingyu.

Dengan hati-hati, ia mencelupkan kapas dalam antiseptik dan membersihkan luka-luka goresan di wajahnya.

Mingyu menggigit bibirnya, ia merasakan perih di wajahnya.

"Kenapa kau bisa sampai seperti ini?" ujar Wonwoo khawatir.

Mingyu tidak menjawab pertanyaanya. Ia hanya sesekali bergumam tidak jelas.

"Tidak bisakah kau tidak membuatku khawatir?" lirih Wonwoo.

***

"Kita harus mencari penggantinya sekarang!"

"Kita sedang dalam masa berkabung."

"Anda sudah gila?"

"Sekalipun saya sendiri tidak menyukai kehadiran mendiangnya, kita tidak bisa memperlakukanya seperti ini juga."

"Kalau begitu kita putuskan saja rencananya sekarang."

"Rencana?"

"Siapa yang sebaiknya melanjutkan perusahaan sesuai mandat dua CEO terdahulu."

"Tuan Lee?"

Semuanya menganggukkan kepalanya.

"Saya memiliki surat wasiat beliau."

"Apa Anda bisa membacakannya?"

"Hmm..."

"Apa itu benar-benar wasiat beliau?"

Orang yang sedang membawa surat itu mengangguk.

"Menantunya yang akan melajutkan kelangsungan perusahaan ini."

"Bila Tuan Han tiada lalu siapa menantunya?"

"Bukankah mereka tidak jadi menikah?"

"Anak Tuan Lee kabur saat resepsi."

"Benarkah?"

"Apa anak Tuan Lee sudah memiliki kekasih sebelum menikah? Jangan-jangan dia bermain di belakang Tuan Han."

"Atau dia tidak tahan dengan sikap Tuan Han seperti kita?"

Brak!

Seseorang memukul meja di hadapannya.

"Jangan membicarakan orang-orang yang sudah meninggal! Kita di sini hanya menentukan rencana ke depan dan bukan bergosip."

Semuanya terdiam.

Tak berselang lama seseorang mengangkat tangannya.

"Ya, silakan."

"Apa ada yang bisa menghubungi anak Tuan Lee?"

Semuanya terdiam.

"Apakah ada yang tahu di mana dia tinggal atau orang lain yang mengenalnya?"

Semuanya terdiam.

"Lantas bagaimana caranya kita mencari pengganti sesuai wasiat? Kita harus menemukan keberadaan anak Tuan Lee terlebih dahulu. Untuk sekarang..."

Seseorang tiba-tiba berdiri.

"Saya akan menjadi CEO sementara sebelum menemukan pengganti yang sebenarnya."

"Sekretaris Jung?"

Orang yang baru saja dipanggil mengangguk.

"Saya hanya akan menjadi pengganti sementara mengingat sekarang saya yang paling banyak tahu soal urusan perusahaan."

Semuanya mengangguk setuju.

"Baiklah. Rapat kali ini ditutup. Tuan Jung, saya harap Anda bisa melaksanakan tugas dengan baik."

***

Apartemen itu tampak kosong. Tuan Jung, CEO sementara perusahaan ayah Jihoon masih yakin ini tempat tinggal anak semata wayang Tuan Lee.

Tapi tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Tidak ada suara yang keluar dari dalam.

Tuan Jung mengetuk pintunya sekali lagi namun tidak ada jawaban.

"P-permisi, Tuan," sapa seseorang dari belakangnya.

Tuan Jung menoleh dan mendapati seorang wanita di sana.

"Apakah Anda mencari kamar apartemen baru?" tawarnya.

Tuan Jung menggeleng.

"Tidak. Saya mencari pemilik kamar ini. Sepertinya dia sedang tidak ada di dalam. Apakah Anda tahu di mana dia berada?"

"Dia sudah lama pergi dan tidak kembali ke sini kurang lebih sejak setahun yang lalu."

Tuan Jung menatapnya bingung.

"Apakah Anda tahu nomor yang bisa dihubungi?"

"Maaf, kalau boleh tahu Tuan punya hubungan apa dengan Jihoon?" tanya wanita itu masih mengingat nama pemilik kamar.

"Saya teman mendiang ayahnya, Jung Sewoon. Kalau saya tidak bisa meminta nomornya. Katakan saja padanya untuk menghubungi saya," balas Tuan Jung memberikan kartu namanya pada wanita di hadapannya.

(Biarin Jung Sewoon numpang, ya.. biar kesampean mimpinya wkwk)

"Akan saya sampaikan," balas wanita itu membiarkannya pergi dari sana.

***

Soonyoung masih menemani Jihoon duduk di depan televisi ketika tiba-tiba ponsel milik Jihoon.

"Bibi pengurus apartemen?" ujar Soonyoung melihat nama kontak yang tertera di sana.

"Sebentar," ujar Jihoon mengangkat teleponnya.

Soonyoung tidak ingin terlalu banyak ikut campur soal telepon itu. Walaupun sebenarnya mungkin ia harus melakukannya.

Jihoon mematikan panggilannya dan menelpon nomor lain.

Siapa yang ditelponnya?

"Paman! Kenapa baru menghubungiku sekarang?" protes Jihoon dalam panggilannya.

Dari yang awalnga cuek-cuek saja, Soonyoung jadi penasaran.

"Masalah apa?" tanya Jihoon lagi.

Soonyoung semakin penasaran.

"Oh..."

"Baiklah. Kalau soal itu biar kubicarakan terlebih dahulu," ujar Jihoon mengakhiri panggilannya.

"Pamanmu?" tanya Soonyoung segera setelah Jihoon meletakkan ponselnya.

"Dia sekretaris mendiang ayahku. Sudah kuanggap paman sendiri," balas Jihoon.

Soonyoung mengangguk mengerti.

"Soonyoung," panggil Jihoon.

"Ya?"

"Apa kita benar-benar akan menikah?"

Soonyoung mengangguk mengiyakan.

"Apa yang akan kau lakukan kalau tiba-tiba kau ditawari menjadi seorang CEO salah satu perusahaan besar di Korea?"

***

To be continued.

[√] Evening Kiss: Do you know me?Where stories live. Discover now