"Kau.."

Aku menatap Hanbin yang tertegun tanpa melanjutkan kalimatnya.

"Hmm, aku Jinny, kekasih mu.."

"Ani.. Kau ingin menipu ku lagi?"

Ia membalas tatapan ku seakan tak percaya, memegang pundak ku dan memaksa agar aku benar-benar menatapnya dalam.

Sekuat mungkin aku berusaha jantung ku terus saja berdetak tak karuan jika harus menatapnya lama, aku menunduk mengalihkan perhatian ku dan menetralkan detakan yang memang tak pernah bisa di ajak kompromi.

"Kau.. Bagaimana bisa? Jinny.. Tubuh ini?"

Ku gapai tangannya yang lebar, memainkan jari telunjuk dan tengahnya ini adalah cara yang biasa ku lakukan untuk menenangkan Hanbin saat ia terlihat gelisah.

Ia mengambil alih dengan mengenggam tangan ku erat, dan menaikan dagu ku agar mata kami kembali bertatap.

"......"

"......"

Graabbb
Hanbin menarik ku masuk ke dalam pelukannya dan mulai terisak. akhirnya Hanbin menyadari bahwa aku adalah Jinny kekasih bodohnya yang selama ini ia rindukan.

"Mianhae, aku baru menemui mu.."

Tenang ku sembari menepuk punggungnya lembut.


















Aku menjelaskan serinci mungkin, mengapa dan bagaimana aku bisa masuk ke tubuh Jinan.

Mungkin bagi sebagian orang lebih baik aku berbohong saja, tapi salah satu kelemahan ku adalah aku tak dapat menipu dan bersandiwara di hadapan Hanbin.

Ia terlihat shock saat pertama kali mendengar namun tak juga bisa menolak dengan apa yang telah aku korban kan dan ku lakukan untuk dirinya.

Satu pesan yang ia berikan untuk ku "Aku tau kau sangat merindukan ku Jinny.. Tapi aku tak ingin kau melukai siapa pun.."

Aku menghela nafas singkat, sangat tau apa yang ku lakukan ini salah tapi.. hanya ini satu-satunya cara yang dapat aku lakukan..

"Baiklah.. Aku akan mengembalikan tubuhnya.. Tapi tidak sekarang.."

Tegas ku pada Hanbin yang terlihat sedikit khawatir, ia mengagguk lalu mendekap ku dengan hangat, akhirnya setelah sekian lama aku bersabar, aku mendapatkannya.. aku mendapatkan kembali Hanbin ku dan aku tak akan pernah melepaskannya lagi..


























Saat aku tengah berbincang dan menghabiskan waktu ku bersama Hanbin, ibu menelpon, meminta ku untuk segera pulang.

Karna ini adalah pertama kalinya ibu melakukan itu aku tak ingin membuatnya kecewa.

Terdapat satu ruangan khusus di rumah ini untuk ibu menenangkan diri dari stress yang ia terima saat mengurus Monalisa Hotel, wajar saja, banyak sekali tangan-tangan yang mengingkan ibu bangkrut dan merebut tahta yang saat ini di dudukinya.

"Eomma.."

Ucap ku pelan pada wanita cantik yang tengah duduk membelakangi ku, perlahan ia memutar kursinya lalu berjalan ke arah ku dengan anggun, hal yang selalu aku kagumi dari sosok ibu.

plaakkk

Aku mendapatkan tamparan keras yang menyisakan bekas merah di pipi kiri ku, aku menatapnya dalam diam meminta penjelasan atas apa yang telah ibu lakukan.

Ia mengambil beberapa lembar foto lalu melemparkannya pada ku, aku menunduk untuk mengambil beberapa foto yang berhamburan di atas lantai, jantung ku berdetak cepat saat ku dapati bahwa itu adalah foto Jinan ketika ia menyamar menjadi diri ku guna menemui Hanbin.

"Jelaskan pada ku mengapa kau berbohong?"

"E..eomma aku.."

"Ini yang kau sebut drama? Ya, kau benar-benar melakoni peran mu dengan baik!"

"........." aku memilih diam karna bau alkohol yang menyengat menyelimuti tubuh ibu ku, percuma saja menjelaskan hal seperti ini pada orang yang setengah sadar.

"Kenapa kau diam saja? Jawab aku Jinan!!"

Ia menguncang tubuh ku, berusaha membuat kami bertatap namun aku menghindar.

Kesal, ia mendorong tubuh ini sekuat tenaga hingga aku jatuh terhempas, bukannya merasa bersalah ibu justru tertawa terbahak-bahak membuat ku mengerling heran sembari berusaha untuk kembali berdiri.

"Kenapa kau lemah sekali huh? Bukan kah aku sudah pernah bilang bahwa perwaris itu harus kuat!! Semakin hari kau semakin terlihat sama seperti adik bodoh mu itu!"

Adik bodoh? Yang ibu maksud itu aku?

Aku mengepal tangan ku kesal berusaha sebisa mungkin meredam amarah namun kata-kata yang ibu lontarkan benar-benar membuat ku hancur.




























Jinny..

Seberapa banyak orang yang tak menginginkan mu?

Aku terisak mengingat banyak sekali orang yang menghina ku, mencaci ku bahkan tidak menginginkan keberadaan ku di dunia ini, mengapa hidup ku benar-benar berbeda dari kehidupan Jinan?

Semasa aku hidup ibu sama sekali tak pernah memuji kemampuan ku, selalu memarahi ku dengan kasar, dan bahkan mengabaikan ku jika aku terkena masalah, baiklah mungkin aku masih bisa menerimanya, tapi kenapa di saat aku mati ibu tetap saja menganggap ku bodoh dan tak berguna? Tak pernah kah sedikit pun ia merindukan kehadiran ku di kehidupannya?

"Jinaniee.."

Seseorang menyadarkan ku dari lamunan dan mendudukan dirinya tepat di sebelah ku.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

June..

Pria itu..

Entah apa yang aku pikirkan, aku memeluknya tanpa memberikan penjelasan, seperti terbiasa melakukan ini di saat aku bersedih, aku merasa ia adalah orang yang dapat menenangkan ku selain Hanbin, aku terisak di dalam pelukannya hingga membasahi kaos yang ia kenakan.

Ia memberikan jarak di antara kami, menatap mata ku dengan intens dan mengabsen setiap detail wajah ku dengan ekspresi kebingungannya.

"Kau, Jinny?"

Apa ini? Ia dapat mengenali ku?

"Ke..kenapa ada di dalam tubuh Jinan?"

Aku tertegun, June dapat mengenali ku dalam sekali tatap tanpa harus ku jelaskan secara rinci, ia mengengam tangan ku lalu menghapus air mata yang sedari tadi jatuh membasahi pipi.

"Wae? Apa yang terjadi kali ini?"

Kali ini? Seberapa sering ia melihat ku menangis?

Ia tersenyum saat aku menatapnya heran, senyuman itu menghilangkan semua rasa curiga yang membuat ku terus menerka-nerka, baiklah kali ini aku ingin melupakannya, melupakan semua kecurigaan ku pada June, ku putuskan untuk menceritakan semua yang terjadi di hidup ku dari ketidak adilan yang aku dapatkan, kecemburuan ku pada Jinan, dan perlakuan ibu yang ku dapatkan tadi.

Seharusnya aku tak melakukan ini, tapi perasaan ku mengatakan bahwa aku dan June memiliki ikatan yang kuat melebihi ikatan ku pada Hanbin.






-tbc-

Cover by : Veoomize

TWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang