chapter 11

112 5 0
                                    

Adeli Pov

Dengan keadaan yang jelas tidak baik,aku berjalan ke luar rumah sakit dengan gontai. Mungkin tadi aku masih terlihat biasa karna belum ada air mata yang jatuh. Tapi kali ini,aku sudah tidak bisa menahannya. Aku tidak tau akan pergi kemana,aku tidak tau apa yang harus kulakukan selanjutnya. Aku hanya butuh waktu,waktu dimana aku bisa sendiri melampiaskan kekesalan dan tetek bengeknya.

"Adeli tunggu."

Seseorang memanggil dengan suara khas nya yang slalu aku suka.

Justin.

Aku tidak menghiraukan panggilannya sama sekali. Aku malah mempercepat langkah ku. Tapi gagal,Justin sudah meraih tangan ku sehingga langkahku terhenti. Orang-orang yg berlalu lalang di teras luas rumah sakit hanya melihat kami sekilas dengan tatapan ada-apa-ini.

"Adeli,kau harus kembali ke ruangan mu." perintah nya lembut. Sekarang Justin sudah ada dihadapan mata ku. Sayangnya saat ini aku tidak ingin melihat mata hazel nya itu.

Yang ada aku terhipnotis olehnya,ok ini menggelikan.

"Adeli,ayolah....kau sedang sakit."

"Apa peduli mu?" tanya ku dengan tatapan tajam. Ya sekarang aku menatapnya.

"Adeli,maafkan aku. Aku benar-benar tidaj bermaksud membuat mu begini. Maafkan aku,aku bisa menjelaskan semuanya."

Aku jengkel mendengar penjelasan basinya itu. b-a-s-i.

"Sudah tidak ada yang perlu dijelaskan,semuanya jelas. Kalian saling mencintai,aku tau itu." ucap ku tegas.

"Tidak kau salah,aku-"

"Aku tau,semua orang hanya menyayangi Jane. Semuanya. Dan termasuk kau Justin. Kau terlalu banyak membohongi hati mu,itu terlihat jelas saat kau berbicara. Tidak ada yang perduli akan diriku disini,semua hanya sebatas kasihan kepadaku. Aku-aku"

Tiba-tiba semuanya serasa berputar dan kepala ku terasa sakit sekali. Sampai kurasakan badanki terjatuh di tangan Justin dan semuanya gelap.

"Adeli"

Justin Pov

Aku membopong Adeli ke ruangannya. Hidung nya mimisan. Sudah kubilang bahwa ini tidak akan baik. Benar saja,karna frustasi seperti itu keadaannya semakin memburuk.

Dokter sudah masuk dan memeriksa Adel.

Jujur,aku merasa tidak enak kepada Jane. Keinginan Jane untuk membahagiakan Adel ada ditangan ku. Aku sudah terlanjur harus menuruti keinginan Jane. Bilang kalau ini semua hanya jarna Jane,memang itu kenyataannya.

"Bagaimana dok?" tanyaku sambil bangkit dari bangku. Tante Eve pun sudah bangun,dia sudah cemas dari tadi saat tidak melihat Jane diranjang.

"Keadaannya memang kurang baik,dia butuh banyak istirahat. Bagaimana pun juga,kegiatan jalan keluar ruangan ini menguras tenaga nya. Dan dia sedang sakit yg bukan biasa. Jadi tolong jangan biarkan Adeli pergi dari ranjangnya." jelas Dokter itu panjang lebar dan aku hanya mengangguk.

Tante Eve terlihat lemas dan cemas mendengar penjelasan dokter. Aku tau,ini terlalu sulit diteeima.

"Tante tenanglah,semua akan baik-baik saja. Adel pasti bisa sembuh." Aku mengelus punggung Tante Eve lembut mencoba menenangkan nya.

"Kita doakan saja yang terbaik."

Aku mengangguk pelan.

Kanker yang diderita Adeli belum sepenuhnya merasuki otaknya. Jadi aku yakin,segala macam penyembuhan akan dilakukan demi hasil yang maksimal. Yaitu Jane akan sembuh total dari penyakit nya.

Tapi sayang nya aku bukan Tuhan. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Jika aku terlihat ragu akan kesembuhan Adel itu wajar. Aku tau bahwa banyak orang diluar sana yang kehilangan nyawa karna kanker ganas ini. Tapi bukankah pengobatan semakin maju? semoga saja.

Aku selalu berharap yang terbaik untuk Adeli.

***

Hari ini aku pulang kerumah,sekedar mandi dan mengganti baju. Aku terlalu rajin menjenguk si kembar -Adeli dan Jane. Selesai merapihkan diri aku kembali menyetir menuju rumah sakit. Mungkin ini sudah menjadi rumah kedua ku.

Terlintas ide cantik di otak ku. Aku berhenti di sebuah toko bunga pinggir jalanan kota. Aku melihat sebuket bunga mawar merah dan putih. Apa Adeli akan suka ini? Semoga saja. Jane suka mawar,mungkin saja keterikatan saudara kembar sama pikiran dan minatnya. Jadi kupikir jika Jane menyukai ini,Adeli pun sama.

Aku kembali menyetir dengan sebuket bunga mawar di samping ku.

Semoga Adeli suka dan mau mendengarkan ku.

Setelah 20 menit aku pun sampai. Aku berjalan ke ruangan Adeli. Tunggu,aku melihat Jane di sana. Di salah satu bangku panjang.

"Jane,apa yang kau lakukan? Kau belum sepenuhnya pulih kan." aku duduk disampingnya.

"Ya,tapi aku bosan. Lagi pula aku hanya keluar ruanganku." ucap nya malas. "Waa kau bawa bunga? Untukku? Ah kau memang selalu tau kesukaan ku."

Astaga! Bagaimana ini?

"Eh? Kau menyukainya?" tanya ku basa basi. Jane mengangguk. Dia sudah terlanjur menyukai nya. Padahal kan ini untuk....

"Aku akan menaruhnya di meja kecil di ruangan ku. Ok?"

Aku menyerah. Dia sangat menyukainya. Mungkin aku akan membawakan bunga yg lain untuk Adeli besok.

"Tentu."

Pandangan ku beralih ke seseorang yang baru saja keluar dari ruangan dokter.

Itu Adeli.

Adeli melihat ku dan Jane yang sedang menciumi sebuket mawar di genggamannya. Jane tidak menyadari bahwa Adeli ada disana.

Sekilas dia pergi.

Berhubung Jane tidak melihat Adeli tadi,aku memutuskan untuk pura-pura tidak melihat Adeli juga. Karna kalau aku beeibtahu Jane bahwa Adeli melihat kami. Dia pasti akan...

Apa? Adeli tadi melihat kemari? Tidak,dia pasti salah paham. Aku harus menjelaskan semuanya. Aku janji akan membahagiakannya,bukan menyakitinya.

Bilang aku seperti peramal.

...

Destiny.Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα