16

14.9K 1.2K 340
                                    

***

AKU GEMETAR saat celana Sasuke telah sepenuhnya merosot ke bawah, dan dia menendangnya ke belakang bersatu dengan pakaian lainnya. Wajahku semakin memanas, telingaku nyaris terbakar ketika melihat kejantanan Sasuke berkedut setiap kali pemiliknya menatap intens ke arahku. Uchiha Sasuke telanjang sepenuhnya secara sukarela di hadapanku, ini adalah anugerah, para Dewi bahkan berteriak iri padaku saat ini.

Sakura Kecil mulai meloncat dari satu atap gedung ke gedung lainnya, dia melakukan parkour gila-gilaan dengan gaya berkuda. Aku mendukung atraksinya kali ini, karena aku ikut menyukai apa yang kulihat sekarang. Kami satu pemikiran.

"Sasuke." Aku mengerang hampir gila, kepalaku terkulai lemas di atas ranjang, membiarkan Sasuke beranjak untuk membuka laci di samping ranjang dan mengambil satu kondom di dalam laci. Seringainya masih di sana, dan saat Sasuke bergerak membuka bungkus kondom dengan giginya, napasku memburu.

Aku bangkit dan mengambil benda itu dari tangannya, "Biar aku saja."

Sasuke menatapku tak percaya. "Kau serius?" tanyanya dengan napas terputus-putus, Sasuke sudah berada pada batasnya tapi dia berusaha untuk tidak terlihat terlalu liar di depanku, dan itu membuatku sedikit berbangga diri.

Aku menelan ludah gugup, sesuatu di hadapanku juga turut berkedut. Dengan posisiku yang terduduk di tepi ranjang dan Sasuke yang berdiri di hadapanku, membuat wajahku berhadapan langsung dengan Sasuke Bagian Bawah. Kedua tanganku gemetar saat memasangkan kondom pada kejantanannya. Otot perut Sasuke mengencang, dia menahan napas kemudian mengerang.

Terasa sangat keras ketika tanganku menggenggamnya, sangat hidup dan... semakin membesar. Ya Tuhan, apa benda ini benar-benar bisa masuk? Maksudku, dia berdenyut dan semakin membengkak. Aku menelan ludah kasar.

"Astaga, Cherry." Sasuke mendorongku ke atas ranjang dengan lembut, membuat tubuhku kini kembali berada di bawah tindihannya, kedua kakiku terbuka dengan Sasuke yang berada di tengah. Aku bergidik pelan ketika kepala kejantanannya bersentuhan dengan diriku di bawah sana. "Aku ingin bercinta denganmu sangat keras, ya Tuhan."

"Ya." Aku terengah-engah, Sasuke kembali menghisap leherku, kemudian beralih pada bagian bawah telingaku. Aku menjerit kecil, astaga itu titik sensitifku. "Ya ya, lakukanlah. Please..."

Sasuke menuntun kedua tanganku untuk melingkar di lehernya, dan berbisik diiringi dorongan kejantanannya yang mulai melesak masuk. "Lampiaskan padaku apapun yang kau rasakan, okay? Tatap aku, Sakura."

Nada suara Sasuke lebih berat dari biasanya, dan aku mencoba untuk membuka mata saat sesuatu yang asing mencoba menembusku di bawah sana. Perih dan terasa sangat penuh. Sasuke menghela napas kecil di depan bibirku, dan dengan sekali hentakan kuat, aku menjerit diiringi kuku jari tanganku yang mencakar punggungnya. "Ya Tuhan... Sasuke."

"Maafkan aku." Dia berbisik serak, kedua alisnya tertarik ke dalam dengan kening yang mengkerut. Sasuke kehabisan napas karena dindingku yang mencengkeramnya terlalu kuat. Aku ikut menahan napas merasakan dirinya yang berkedut liar dalam diriku, Sasuke semakin keras, ya Tuhan, ini gila.

Hingga beberapa detik, aku terbiasa akan kehadirannya. Aku menggoyangkan sedikit pinggulku, memberi kode bahwa dia sudah bisa bergerak. Sasuke meluruskan kedua tangannya di masing-masing samping kepalaku, membuatku kini hanya bisa meremas seprei sebagai pengalihan.

Pinggulnya mulai bergerak, maju mundur secara perlahan, dan aku seakan mengalami euforia seksual. Aku mengerang frustrasi saat hujaman pinggul Sasuke berubah menjadi sedikit lebih cepat. Rasa ngilu pada kewanitaanku berubah menjadi kenikmatan yang luar biasa, aku mendesah keras, dan memekik. "Ah! Ya Tuhan!"

Dangerous ManWhere stories live. Discover now