5

15.5K 1.3K 298
                                    

***

AKU bersikeras meminta agar Ino tetap tinggal di sini saat mereka akan kembali pulang. Aku tidak mau tinggal berdua dengan Sasuke, setelah tahu gosipnya, tentu saja. Dia mantan pembalap liar, dan juga pernah menjadi raja dalam sebuah klub malam. Yang kumaksud dengan raja di sini adalah saat Sasuke memutar musik gila-gilaan di ruang khusus DJ.

Aku tahu bahwa aku pun jauh dari kata gadis baik-baik, model majalah dewasa. Apa yang akan dikatakan mereka saat mendengar gosip baru yang berisi 'gadis majalah panas terlihat bersama dengan pria yang sedang gempar-gemparnya digosipkan keluar hotel dengan gadis yang berbeda.' perutku mual hanya karena memikirkannya.

Ino berulang kali memberiku penjelasan bahwa alasan dia memberitahuku gosip tentang Sasuke hanyalah semata-mata untuk menghindariku menjadi salah satu harem Sasuke selanjutnya. Aku beruntung Ino datang kemari sebelum aku jatuh terlalu jauh ke dalam pesonanya, dan berakhir dengan hubunganku dan Sasuke yang kembali renggang, kini aku-lah yang sengaja menghindarinya. Meski sesekali kami bertukar sapa singkat.

Sasuke bukan musuhku, aku juga tidak mempunyai alasan untuk membencinya. Hei kenapa aku harus membencinya? Dia baik, dan yang menjadi satu-satunya alasan kenapa aku menghindarinya adalah karena aku tidak ingin semakin tertarik pada Sasuke, dia berbahaya bagi setiap wanita. Termasuk aku.

Sasori pulang tadi pagi, kini di villa hanya ada aku, Ino dan Sasuke. Pria itu sedang sibuk di kamarnya, mungkin tidur siang atau apalah itu. Hari liburanku mulai membosankan, dan aku rindu suasana gaduh dalam studio saat pemotretan.

"Hei ayolah sayang, jangan bersedih. Kau bisa pulang jika kau mau," Ino mengigit kentang gorengnya kecil-kecil, dan melemparkan salah satunya kepadaku. Aku menghindar dan balik melemparnya dengan gelas plastik. "O-ow berhati-hati dengan itu okay? Aku tidak mau kepalaku menjadi sasaran."

"He-eh." Aku memutar mata, dan beralih pada novelku lagi.

Ino berjalan memutari meja, dan mencondongkan tubuh atasnya untuk mengintip. "...dan Jessica mengerang penuh kenikmatan, dia menjepit keras--hei buka lagi bukunya!"

"Hentikan membaca novelku dengan suara keras Ino!" Wajahku memanas, sedangkan Ino mulai tersenyum aneh, bagiku senyumannya selalu aneh.

"Kenapa memangnya? Itu menyenangkan, coba bacakan untukku."

"Kenapa harus?"

"Karena aku memintanya."

"Dan aku tidak mau."

"Kalau begitu biarkan aku membacanya."

Aku mendengus dan berdiri dari duduk, menghindari Ino yang berusaha merebut novelku. Oh kenapa dia sangat bersemangat untuk membacanya? Tidak 'kah Ino sedikit malu jika membacakan sesuatu yang berbau erotis? Oh dia memang tidak tahu malu. Aku masih menghindar dan terus mundur ke belakang, sementara di depanku Ino bersiap membentangkan kedua tangannya untuk menangkapku, dia benar-benar gila.

Aku berbalik dan berniat berlari, jika saja tepat di depan hidungku sebuah dataran keras yang dibalut kemeja hitam tidak menghantam wajahku. Aku menabraknya dan kami berdua terjatuh di atas lantai, itu Sasuke, dan aku sekarang menungganginya. Menunggangi, itu terdengar terlalu, erh, seksi. Mungkin menindihnya lebih cocok sekarang.

Ino di belakangku melotot, dia berekspresi senetral mungkin, dia bisa saja berakting dan memang sudah tahu bahwa Sasuke sedari tadi berada di belakangku. Sialan.

"Uh, maaf," Kedua kakiku mengangkangi pinggulnya, dan berusaha bangkit. Telapak tanganku perih karena menampar lantai hingga menimpulkan suara 'plak' kau bisa mengutip ucapanku. "Aku tidak melihatmu."

Dangerous ManWhere stories live. Discover now